Tag: Pancasila

  • Mardiana: Wawasan Kebangsaan dan Ideologi Pancasila Perkokoh Karakter Identitas Bangsa Indonesia

    Mardiana: Wawasan Kebangsaan dan Ideologi Pancasila Perkokoh Karakter Identitas Bangsa Indonesia

    Lampung Utara (SL)-Anggota Komisi II DPRD Provinsi Lampung, Mardiana, MT., menyambangi warga Desa Mekarasri, Kecamatan Sungkai Tengah, Kabupaten Lampung Utara, Sabtu 27 Februari 2021,

    Kunjungan kerja Mardiana, MT., legislator asal Fraksi Partai NasDem, yang dilangsungkan di balai desa setempat ini, guna menyosialisasikan pembinaan ideologi pancasila dan wawasan kebangsaan.

    Pada kesempatan itu, Mardiana juga menyampaikan, di masa pandemi global covid-19 ini, dirinya mengimbau agar warga Desa Mekarasri tidak pasrah menghadapi kondisi yang berdampak terganggunya stabilisasi berbagai sendi kehidupan masyarakat.

    “Meskipun tatanan kehidupan sosial mengalami suatu gejolak akibat hantaman pandemi corona, kita tidak boleh menyerah dan berpasrah diri dengan keadaan. Kita harus berjuang,” kata Mardiana, wakil rakyat yang terpilih melalui Daerah Pemilihan (Dapil) Lampung V, meluputi Kabupaten Lampung Utara-Waykanan.

    Meski begitu, tambah Mardiana, tatanan kebiasaan hidup baru atau yang dikenal dengan istilah new normal, wajib dilaksanakan secara ketat dan penuh dengan kedisiplinan.

    “Dalam tatanan kebiasaan hidup baru, seluruh warga Negara Indonesia wajib menerapkan pola hidup 5 M,” urainya.

    Dirinya juga menjabarkan terkait tatanan kebiasaan pola hidup baru 5 M, yakni semakai masker saat berada di luar rumah, atau ketika berkumpul bersama kerabat di mana pun berada. Lalu, mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun atau menggunakan hand sanitizer. Menjaga jarak aman yang dianjurkan dengan jarak 1 hingga 2 meter dari orang sekitar, menjauhi kerumunan, serta mengurangi mobilitas.

    “Hal yang harus selalu diingat, virus corona bisa menyebar dan menginfeksi seseorang dengan cepat,” tegas Mardiana.

    Di tempat yang sama, Camat Sungkai Tengah, Idris, mengatakan, kehadiran anggota Komisi II DPRD Prov Lampung di desa tersebut patut mendapatkan apresiasi yang setinggi-tingginya.

    “Sudah sepantasnya, atas nama warga Desa Mekarasri, kita sampaikan apresiasi yang mendalam pada ibu Mardiana,” ucap Idris di hadapan warga yang hadir di lokasi.

    Dalam kunjungan kerjanya, lanjut Idris, selain menyosialisasikan pembinaan ideologi pancasila dan wawasan kebangsaan, dirinya (Mardiana.red) juga menyempatkan diri untuk menyerap aspirasi masyarakat.

    “Kita semua ketahui, selama ini, ibu Mardiana senantiasa menyerap aspirasi masyarakat yang direalisasikan dalam berbagai bentuk program-program aspirasi,” terangnya.

    Sementara itu, narasumber Sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila dan Wawasan Kebangsaan, Asmara Yanti, menyampaikan, wawasan kebangsaan merupakan suatu landasan bagi seluruh warga negara Indonesia dalam menjaga kedaulatan, persatuan dan kesatuan, serta memperkokoh tatanan hidup berbangsa dan bernegara secara utuh dan menyeluruh.

    “Dalam wawasan kebangsaan mengandung nilai-nilai ideologi, patriotisme, nasionalisme, juga bela negara,” papar Asmara Yanti.

    Lebih lanjut diterangkan, dengan memperkukuh wawasan kebangsaan akan terbentuk cara pandang dan sikap paling ideal untuk mengabdi kepada negara, mengaktualisasikan kepedulian diri dan lingkungan sekitar, mewujudkan ketangguhan nusantara, serta meningkatkan integritas dan identitas bangsa Indonesia.

    “Dalam hal ini terdapat empat pilar yang membentuk pondasi dalam menjaga persatuan dan kesatuan serta keutuhan teritorial kebangsaan dalam bingkai perdamaian abadi dan keadilan sosial, yakni Pancasila sebagai dasar negara; UUD 1945 sebagai konstitusi negara–sumber dan pedoman hukum bagi setiap peraturan perundang-undangan; Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa Indonesia yang mengandung makna “Berbeda-beda tetapi tetap satu”; serta NKRI sebagai bentuk negara,” urainya.

    Dengan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam empat pilar kebangsaan, lanjut Asmara Yanti, sebagai representasi dari wawasan kebangsaan yang mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka kelangsungan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang bermartabat mendapat pengakuan atas kedaulatannya di mata seluruh penjuru dunia.

    Selain itu, wawasan kebangsaan juga bermaksud untuk membentuk bangsa yang kuat, berkarakter, mandiri, sejahtera, berkeadilan, serta memiliki daya saing yang tinggi.

    “Oleh karena itu, wawasan kebangsaan menjadi begitu penting dan krusial disampaikan kepada seluruh elemen bangsa Indonesia di segenap penjuru tanah air agar nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya terus terbangun dan tidak tergerus dengan perkembangan jaman yang bergerak semakin dinamis dan berubah dengan begitu cepat,” tutupnya. (Ardi)

  • Etika Dan Moral Dalam Pancasila Kita Yang Hilang

    Etika Dan Moral Dalam Pancasila Kita Yang Hilang

    Oleh : Jacob Ereste

    Akibat dari politik kita yang abai terhadap etika, ujungnya telah menggerus moral yang harus selalu berada dalam bingkai Pancasila.Keculasan dari sikap berbohong, ingkar janji, khianat rakyat, bahkan munafik, sungguh sulit dicari rumusnya dalam Pancasila. Agaknya itulah yang membuat pemerintah gundah hingga panik untuk segera mengadakan lembaga seperti BPIP (Pembina Ideologi Pancasila).

    Kepanikan pemerintah jelas tampak dari nilai insentif atau honoraria yang lumayan besar diberikan kepada mereka yang dinobatkan jadi pembinanya. Belum pula sempat dievaluasi agak serius, Dr. Yudhi Latif sebagai “kapten” yang ditunjuk Presiden — belum apa-apa — langsung nyerah, mengundurkan diri akibat kegaduhan yang terus meruyak.Padahal lembaga Badan Pembina Ideologi Pancasila itu memang masih harus dan patut disingkronkan dengan apa yang telah dirancang oleh MPR RI dengan “Proyek Empar Pilarnya”.

    “Proyek Empat Pilar MPR RI” itu awalnya merinci salah satu pilar berbangsa dan bernegara kits adakah Pancasila. Akibat dari terkilirnya rumusan itu, konsep dan program MPR RI itu pun riuh menuai protes. Setidaknya saya sendiri sudah lebih dari enam kali menurunkan ulasan yang keberatan pada rumusan MPR RI itu yang menggradasi Pancasila sebagai pilar. Karena dalam pemahaman ilmu teknik bangunan, pilar itu tidak sama dengan fondasi sebagai alas utama yang menjadi dasar untuk tegaknya tiang-tiang atau pilar dari4 konstruksi yang menopangnya.

    Jadi pemahaman pada Pancasila itu sebagai fundamen dari cara berpikir bangsa Indonesia sudah pas dan sangat tepat.Hikmahnya memang dari pemahaman rumusan MOR RI sempat terkilir itu tadi, bisa segera disadari betapa perlunya serta pentingnya pada pemahaman arti dan makna dari Pancasila itu sebagai landasan berpikir, falsafah hidup serta pandangan bagi segenap warga bangsa Indonesia untuk merujuk, mengacu atau membandingkan apakah prilaku, adat istiadat hingga budaya yang menyertai segenap sikap dan perbuarannya tidak keluar dari bingkai Pancasila yang lebih rinci dan teknis bisa metujuk pada UUD 1945.Sebagai manusia yang percaya pada tuntunan agama, bangsa
    Indonesia jelas bisa berpegang pada sila pertama dari Pancasila.Begitu juga dengan kemanusiaan yang adil (jujur) dan beradab (menghargai nilai-nilai budaya suku bangsa Indonesia) yang adi luhung, tinggi dengan sadar bersandar pada tradisi serta tuntunan serta ajaran agama yang diturunkan dari langit.

    Hingga pada akhirnya harus dimuarakan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tanpa kecuali. Artinya bisa segera dipiham bahwa kesejahteraan yang berkeadilan pasti tercapai bila persatuan kita sebagai warga bangsa yang beragam suku bangsa dan agama menyatu dalam hati dan ruh seperti keteguhan dari garuda yang mengepakkan sayapnya untuk merengkuh dunia.Dalam perspektif agama, jelaslah konsep itu yang tersurat maupun tersirat dari pemahaman kita pada rachmatan lil alamin. Begitu pula dalam perspektif yang bersifat illahiah lain, yaitu cinta dan kasih.

    Artinya, bagaimana mungkin etika dan moral bisa begitu kropos, sehingga prilaku culas dan degil terus meruyak dengan praktek korup berjamaah, tidak sedikit pun merasa malu mengingkari janji. Berbohong bahkan munafik.Dari jalan sesat inilah sebetulnya kita semua jadi merasa miris pada arti dari Pancasila yang sesungguhnya merupakan falsafah hidup kita yang sedang kehilangan ruh-nya yang sejati. Karena kita abai dari gerusan dan gesekan cara dan pandangan hidup bangsa-bangsa lain, tidak teguh dan tetap berpegang pada pusaka warisan para leluhur, yaitu etika dan moral kita bangsa timur. Silogisnya dari soneta kuno Melayu, jangan pernah percaya matahari dan rembulan itu akan terbit dari Barat, karena sunnatullah sudah tersurat begitu dari langit biru..

    Jadi nilai-nilai etika dan moral yang sudah hilang dalam Pancasila yang sudah tersemat di dada kita, jelas karena tergulung dan terlipat dalam kepayang kita yang mabuk oleh penampilan dari kapitalisme yang terkesan semakin keren bergaya model neo-liberalisme. Padahal wajah otentik kita yang sesungguhnya sosialisme religius.

    Banten, 2 Agustus 2018

    Jacob Ereste
    Atlantika Institut Nusantara

     

  • Indonesia Jangan Lupa, Pembangunan Indonesia Berbasis Pancasila

    Indonesia Jangan Lupa, Pembangunan Indonesia Berbasis Pancasila

    Oleh:
    Prof. Dr. Manlian Ronald. A. Simanjuntak, ST., MT., D.Min
    (Guru Besar & Ketua Program Studi S2 T.Sipil Konsentrasi Manajemen Konstruksi Universitas Pelita Harapan – HP 081219197499 (WA) / 081383454548)

    Anugerah terbesar bagi bangsa Indonesia adalah Tuhan YME senantiasa terus menyertai Indonesia secara khusus Pembangunan Indonesia yang berbasis Pancasila. Mengucap syukur kepada Sang Pencipta dalam memaknai Hari Lahir Pamcasila setiap 1 Juni, maka pada tahun ini 1 Juni 2018 kita kembali merefleksikan Nilai-Nilai Pancasila dalam Pembangunan Indonesia.

    Mencermati Proses Pembangunan Indonesia yang mengintegrasikan Nilai-Nilai Pancasila dapat direfleksikan:

    Satu, Sila Pertama Pancasila menyadarkan kita untuk mengucap syukur atas Dia yang menyertai seluruh Proses Pembangunan baik di tingkat Nasional dan di Daerah. Sila Pertama juga menegur kita, bahwa mandat utama dalam Pembangunan Indonesia adalah “Mengelola dan Berkelanjutan”. Kedua hal ini menjadi dasar filosofis kelima Sila Pancasila yang diintegrasikan dalam Pembangunan Indonesia. Jadi tugas Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan seluruh Masyarakat Indonesia adalah untuk menyelenggarakan Pembangunan Indonesia yang berbasis “pengelolaan yang baik” dan “mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan”.

    Dua, Sila Kedua Pancasila diintegrasikan untuk mewadahi “human needs” yang sifatnya bukan saja berbasis Nasional, tetapi juga Internasional. Hal ini yang dikehendaki Pancasila sila Kedua yang mendorong tentang hal kemanusiaan yang adil dan beradab baik secara nasional maupun internasional. Sehingga tantangan Pembangunan Indonesia juga harus peka terhadap dinamika dan standar nasional maupun internasional, serta juga berdampak positif.

    Tiga, Sila Ketiga Pancasila mengingatkan kita semua bahwa Pembangunan Indonesia adalah dari kita dan untuk kita, serta berdampak positif bagi orang/negara lain. Persatuan Indonesia melambangkan koordinasi/cair/kebersamaan para pihak dalam seluruh tahapan Proses Penyelenggaraan Proyek di Indonesia dan Internasional.

    Empat, Sila Keempat Pancasila menekankan bahwa Pembangunan Indonesia “berbasis masyarakat”. Seluruh Stakeholder harus “peka” terhadap “arah” dan “Project Goals” sehingga tercapai Tujuan Proyek yang direncanakan dalam proses awal proyek.

    Lima, Sila Kelima Pancasila menyatakan setiap Proyek Konstruksi di Indonesia unik/bukan copy paste. Sehingga mungkin kita tidak sadar bahwa “dampak” Proyek yang diselenggarakan tidak hanya bagi Pengguna Jasa, tetapi juga bagi masyarakat Indonesia bahkan dunia.

    Selamat terus memaknai Integrasi Pancasila dalam setiap tahap Pembangunan Indonesia di masa mendatang. (red)