Tag: Papua Barat

  • Gubernur Lukas Enembe, Minta Jokowi Tarik Pasukan TNI dan Polri dari Nduga

    Gubernur Lukas Enembe, Minta Jokowi Tarik Pasukan TNI dan Polri dari Nduga

    Papua (SL) – Meski ditengah-tegah pemburuan Peronil TNI dan Polri terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dibawah Komando Organisasi Papua Merdeka (OPM) tiba-tiba Gubernur Papua Lukas Enembe meminta kepada Presiden untuk menarik apsukan TNI dan Polri di Nduga Papua.

    Hal itu diungkapkan Lukas usai ikuti rapat sidang Paripurna V di Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP), di Kota Jayapura, kemarin, halitu mengingat masyarakat Papua saat ini ingin merayakan hari raya Natal
    2018 dan Tahun Baru 2019.

    Permintaan LUkas terhadap Jokowi, atas kesepakatan antara pimpinan dan anggota DPRP, MRP, tokoh gereja, adat, aktivis HAM, bersama dengan Pemkab dan masyarakat Nduga. “Selaku Gubernur saya meminta kepada Presiden Jokowi segera menarik pasukan TNI dan Polri, yang ada di Nduga, mengingat masyarakat disana ingin merayakan Natal dan tahun baru,” katanya di Gedung Parlemen DPRD Papua.

    Menurutnya dengan kehadiran PAsukan TNI dan POlri di Nduga disaat masyarakat hendak merayakan natal dan tahun baru dianggap kurang tepat, mengingat waktu semakin dekat, sehingga alangkah bijaknya jika Jokowi menarik pasukan TNI dan Polri dari kabupaten Nduga “Kehadiran personel TNI dan Polri di Nduga kurang tepat dengan waktu perayaan Natal yang sudah dekat, sehingga ada baiknya ditarik dari Kabupaten Nduga,” ucapnya.

    Berkaitan dengan pembantaian yang terjadi di Nduga Lukas Enembe mengakau akan segera membentuk tim independen untuk mengungkap sejumlah peristiwa yang terjadi di wilayah Nduga. “Tim ini akan terdiri dari DPRP, Komnas HAM dan pemerintah, mereka akan dibagi dan turun ke Nduga, segera mungkin,” ujar Lukas Enembe. (TTR)

  • Pemadaman Listrik Bergilir, Papua Barat Dijuluki Kota 1000 LILIN

    Pemadaman Listrik Bergilir, Papua Barat Dijuluki Kota 1000 LILIN

    Papua Barat (SL) – Telah di tetapkan menjadi kota genset dan seribu lilin, Kabupaten Teluk Bintuni negeri penghasil Gas, Minyak dan beberapa kekayaan alam lainnya, bagai sebuah negara yang merdeka didalam selimut. Inilah yang dirasakan oleh sebagaian besar masyarakat di Kabupaten Teluk Bintuni. Bintuni Kota Genset dan kota 1000 Lilin Lebih dari 15 tahun, demikian sebutannya yang tak lazim lagi, dan hanya ada di Provinsi Papua Barat.

    Sejak Distrik Bintuni dimekarkan menjadi kabupaten Devinitif sesuai Dasar hukum UU Nomor 26 Tahun 2002/LN Nomor 129 Tahun 2002, masyarakat Di daerah Kabupaten yang terletak di bagian leher peta zona papua wilayah pemerintahan Papua Barat ini tak pernah menikmati deras arus listrik 24 jam nonstop. ”Mana ada kita mau rasakan listrik 24 jam, kasihan nyala 6 – 12 jam saja sudah syukur, “Sebut Ahmad Dikin, salah satu warga Kampung Lama, Kabupaten Teluk Bintuni, Sabtu (15/12/2018).

    Memiliki Luas wilayah 20.840,83 km² dengan Populasi sekitar 76.932 jiwa per data BPS tahun 2017, tujuan capaian pemekaran sebuah wilayah daerah tentunya mampu mensejahterakan rakyat masyarakatnya, dua rezim kepimpinan di Kabupaten Teluk Bintuni, Pupus bagai hanya mendapatkan janji manis.

    Dimana Tujuan pemekaran itu, harusnya mampu Meningkatkan Pelayanan dan Kesejahteran Kepada Masyarakat, Memperkokoh Basis Ekonomi Rakyat, Mengatur Perimbangan Keuangan Daerah dan Pusat, Membuka Peluang dan Lapangan Pekerjaan dan Memberikan Peluang Daerah Mendapatkan Investor Secara Langsung, hingga kini baru berjalan sekitar 65%.

    Sebab, kondisi kini kian sangatlah jauh dari harapan yang diinginkan oleh masyarakat yang berada di Kawasan Teluk Bintuni. Salah satu contoh adalah, meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat akan kebutuhan dasar rumah tangga “Listrik” bagaiakan mencari jarum di tumpukan jerami.

    Persoalannya hanyalah Karena hingga saat ini masyarakat teluk Bintuni belum sepenuhnya menikmati pelayanan dari sisi penerangan dengan kata lain sistim pelayanan kelistrikan di Bintuni masih amburadul alias belum dikelola secara profesional.

    Masalah lain adalah perlunya sumber daya manusia yang handal atau mereka yang mempunya keahlian dalam menangani kelistrikan, faktor inilah yang menuebabkan kabupaten Teluk Bintuni sering dijuluki kota GENSET dan istilah terbaru saat ini yang berkembang adalah Kota 1000 LILIN.

    Mengapa demikian? dikala ada pemadaman maka kota bintuni akan terdengar raungan suara Genset, dan untuk menghidupkan Genset dibutuhkan Bahan Bakar Minyak atau BBM, dan jika BBM langka maka Lilinlah yang menjadi alternatif layaknya masyarakat yang sedang merayakan malam kudus, dan inilah yang saat ini terjadi di Bintuni.

    Lantas seperti apa jalan keluarnya? berbagai upaya sudah dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah terdahulu maupun pemerintah saat ini, namun semua upaya tidak berjalan maksimal. pihak PLN Pun hampir tak berdaya, keluhan masyarakat dibalas dengan Sebuah Surat Sakti alias jadwal pemadaman, surat sakti yang lain adalah pemberitahuan melalui medsos mengenai terganggunya Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) yang berada di tanah merah.

    Tak mau kalah, beberapa tulisan tangan senada harapan pun ditujukan langsung ke Pimpinan negara Presiden Ir Joko Widodo alias Jokowi, untuk memperhatikan negeri Sisar Matiti, representatif daerah yang kaya ragam dan budaya, salah satu kabupaten penyumbang dana transfer DBH Migas untuk Indonesia.

    Dari pantauan Redaksi, berlarut-larutnya permasalahan listrik di Bintuni karena ketidak seriusan pemerintah dan ketidak profesional pihak PLN. Mengapa? Bintuni adalah kota migas, kaya akan sumber daya alam dan memiliki dan meniliki APBD terbesar di Papua Barat.

    Lalu apa yang harus diperbuat, redaksi mencoba memberi satu solusi yakni semua pihak terkait harus jujur dan sungguh-sungguh bekerja dan melayani masyarakat teluk Bintuni dengan Hati seperti yang dikatakan oleh I.S kjine,Barang Siapa Bekerja Dengan Jujur di Tanah ini maka Dia Akan Melihat Tanda Heran Satu ke Tanda Heran Lainnya. (grp)