Tag: Partai Amanat Nasional

  • Bersinar di Partai Berlambang Matahari Terbit, Yusuf Kohar Ajak PAN Berjuang Jadikan Bandarlampung Lebih Baik

    Bersinar di Partai Berlambang Matahari Terbit, Yusuf Kohar Ajak PAN Berjuang Jadikan Bandarlampung Lebih Baik

    Bandar Lampung (SL)-Bakal calon Walikota Bandarlampung M Yusuf Kohar bersinar terang di markas Partai Amanat Nasional. Dia tampil dengan gagasan besar dan nada suara menggelegar pada rapat penyampaian visi misi bakal calon di kantor DPD PAN Lampung Jalan Cut Mutia, Sabtu (11/01/2020) siang. Dihadapan tokoh PAN, seperti Yusirwan dan Wahyu Lesmono serta puluhan kader PAN, Yusuf Kohar dengan suara lantang ‘menantang’ PAN untuk berjuang bersama dirinya membangun Kota Bandarlampung menjadi lebih baik.

    “Bapak-bapak dan ibu-ibu semua sudah mendengar visi misi saya. Dan sebagai bakal calon tentu saya berharap PAN mendukung niat saya ini,” kata Yusuf Kohar saat mengakhiri pidatonya. Permintaan Yusuf Kohar tersebut disambut teriakan gemuruh oleh para kader PAN dengan suara keras: “Siap…Yusuf Kohar Walikota”.

    Mendapat sambutan yang begitu luar biasa, Yusuf Kohar melanjutkan pidatonya. Dengan narasi berbau menantang, Yusuf Kohar menyatakan, “Dukung saya kalau PAN menilai saya baik dan pantas menjadi calon walikota. Dan jangan dukung saya jika memang PAN menilai saya kurang baik atau belum pantas. Saya ingin PAN objektif dan tidak rusak (pecah) karena urusan pencalonan ini. Saya ingin PAN solid agar bisa bersama-sama menjadi pemenang pada pilwako nanti,” tantang Yusuf Kohar.

    Tantangan ini disambut tepuk tangan dan teriakan dari kader PAN. Di kursi audiens yang ramai diisi para kader PAN ramai terdengar teriakan “Hidup Yusuf Kohar. Bahkan Yusirwan yang duduk di deretan panelis, tampak ikut bertepuk tangan. Dari gimik dan gestur kader PAN, ada kesan menyukai visi misi yang disampaikan Yusuf Kohar. Kesukaan itu makin tampak jelas, ketika Yusuf Kohar diserbu para kader yang ramai mengajaknya berswafoto.(iwa)

  • Nyaplok JP dan Ngobok-obok PAN

    Nyaplok JP dan Ngobok-obok PAN

    Oleh: Dhimam Abror Djuraid
    (Wartawan Senior)

    Setelah berhasil mengobok-obok dan mencaplok Jawa Pos, Goenawan Mohamad (GM) sekarang mengalihkan operasinya dengan mengobok-obok PAN (Partai Amanat Nasional).

    Modusnya tidak jauh beda. Dengan mengaku sebagai PAN pendiri, GM, bersama Abdillah Toha, Albert Hasibuan, Zumrotin, dan Toety Herati menyatakan prihatin terhadap perkembangan PAN, terutama karena kiprah Amien Rais yang super-kencang di oposisi anti-Jokowi. GM dan kawan-kawan pun mendesak Amien Rais mundur.

    Pasti banyak yang heran mengapa GM tiba-tiba mengklaim haknya sebagai pendiri PAN. Pasti banyak yang bertanya apa kontribusinya terhadap PAN.

    Pertanyaan itu juga yang banyak muncul ketika tahun 2017 yang lalu GM mengobok-obok Jawa Pos (JP) dan kemudian mencaploknya dan menempatkan anaknya, Hidayat Jati, di posisi puncak JP setelah mendongkel Azrul Ananda, anak Dahlan Iskan.

    JP memang anak Tempo yang saham utamanya dimiliki Ciputra. Dahlan memang anak buah GM. Tapi peran GM dalam membesarkan JP bisa dibilang nol. Artinya, tanpa campur tangan GM pun JP tetap besar.

    Awalnya GM malu-malu kucing, dan malah marah-marah ketika muncul berita anaknya akan menggantikan posisi Azrul Ananda. Tapi belakangan setelah ombak reda, Hidayat Jati bin Goenawan Mohamad menjadi penguasa baru JP.

    Jelas bin terang motifnya soal perut. Bisnis GM dan keluarganya lagi bangkrut, makanya cari cara untuk mencaplok JP.

    Azrul Ananda memang gagal menangani JP, antara lain, karena tidak punya kapasitas leadership yang cukup dan terlalu cepat dikarbit oleh Dahlan Iskan. Sementara Hidayat Jati belum terdengar kiprahnya di media. Kapasitasnya hampir pasti tak cukup untuk mengelola JP Group yang super-kompleks. Ia  gagal menyelamatkan Femina Group, yang bisa dibilang ecek-ecek dibanding JP Group. Karenanya sulit mengharapkan dia mampu memimpin JP.

    Dahlan Iskan dan orang-orangnya di JP terlalu cerdik untuk bisa ditundukkan begitu saja. Dan, terbukti, sekarang praktis GM hanya kebagian pepesan kosong di JP.

    Kapal besar JP Group telah pecah dan sebagian besar sudah memisahkan diri dari kapal induk. Kelompok Fajar Group di Indonesia bagian timur sudah memerdekakan diri dan membentuk grup sendiri di bawah bendera FIN (Fajar Indonesia Network) di bawah Alwi Hamu. Alwi menempatkan anaknya, Agus Salim, sebagai nakhoda FIN.

    Di wilayah Indonesia barat, perahu JP retak dan kelompok WSM (Wahana Semesta Merdeka) memerdekakan diri, dan menguasai jaringan media di Sumatera sampai Jawa Barat di bawah kendali Suparno Wonokromo.

    Di Jakarta, Margiono dengan Rakyat Merdeka Group sudah sejak lama terlibat perang dingin dengan JP di bawah Azrul Ananda. Hidayat Jati pasti tak bakal berani berurusan dengan Margiono Rakyat Merdeka Group sudah pasti bebas merdeka dari JP.

    Indopos yang jadi satelit JP di Jakarta juga lepas. Kelompok televisi di bawah Mahesa Samola–anak mendiang Eric Samola pendiri JP Group– juga tak bakal mudah dikendalikan.

    Raja-raja kecil di daerah, seperti Rida Kaliamsi di Riau dan Zainal Muttaqin di Kalimantan, sudah pasti tak bakal bisa disetir oleh GM dan anaknya. Praktis sekarang GM hanya kebagian JP dan radar-radar di Jatim dan Jateng. Dibanding dengan empire JP Group yang membentang dari Aceh sampai Papua, apa yang didapat GM bisa dibilang tulang belulang saja.

    Upaya menjinakkan JP sudah terasa sejak pemilihan gubernur DKI 2017. GM tak segan turun tangan mencampuri urusan redaksi kalau berita-berita JP memusuhi Ahok. Ia menelepon dan memarahi redaktur JP.

    Dahlan Iskan dianggap berbahaya karena (pernah) punya ambisi politik. Ia dihabisi, dikriminalisasi, sahamnya dipreteli.
    JP, mungkin, bisa dikuasai. Tapi perlawanan yang dilakukan terhadap GM dan Ciputra sangat cantik tapi mematikan.

    Dahlan sekarang memilih duduk manis sambil senam pagi tiap hari. Ia sudah cukup berbakti kepada GM. Sudah 30 tahun ia menjadi angsa bertelor emas. Ibarat pepatah “kebo nyusu gudel” Dahlan sudah menyusui GM sejak Tempo dibredel Orde Baru, 1994 sampai sekarang. Tiap tahun Dahlan nyetor dividen miliaran ke GM.
    Lunas sudah utang budi Dahlan kepada GM.

    Kita tinggal lihat bagaimana kelanjutan operasi GM di PAN sekarang ini. Naga-naganya, motifnya tidak bakal jauh dari urusan perut. (dad)