Pagelaran (SL) – Pekon Gemahripah Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu merupakan pekon dengan kultur masyarakat yang religius, semangat bekerja keras, mengedepankan gotong-royong, kritis dan berprestasi. Kondisi ini ditopang melalui fasilitas pendidikan, keagamaan, olahraga maupun keadaan alamnya.
Pekon Gemahripah dikelilingi oleh kolam dan persawahan, Pekon Gemahripah juga memiliki fasilitas pendidikan mulai PAUD hingga Sekolah Pendidikan Guru, dulu ada (SPG) walaupun sekarang tinggal SMP yang beroperasi. Pekon Gemahripah juga memiliki pesantren dan terdapat banyak banyak kyai serta ulama bahkan Bupati Pringsewu juga merupakan warga Gemahripah.
Gemahripah hadir pertama kali pada tahun 1928 oleh seorang petani bernama Mbah Karto Wiryo yang kemudian memberikan nama “Gemahripah”. Nama tersebut mengandung harapan agar kelak menjadi masyarakat yang berkehidupan dan berpenghasilan melimpah ruah, baik material maupun spiritual, sejahtera lahir dan bathin.
Pekon Gemahripah yang mekar pada tahun 2004 telah melakukan dua kali pemilihan kepala pekon.
Pemilihan Kepala Pekon tahun 2018 ini untuk yang ketiga kalinya. Menurut salah satu warga Gemahripah yang tidak mau disebutkan identitasnya, Sabtu, (18 /8/2018) mengatakan pada media sinarlampung.com masyarakat Gemahripah sudah cerdas dan pinter-pinter, itu kenapa Lurahnya tidak bisa bertahan dua periode. Menurut sumber tersebut untuk pilkakon tahun 2018 ini juga lurah yang lama (incumbent) tidak akan terpilih kembali, walaupun kembali mencalonkan diri. Karena selama ini masyarakat cukup dikecewakan, terutama dalam pengelolaan dana desa yang terindikasi ada penyalahgunaan. Bahkan pernah di demo warga yang menuntut transparansi pengelolaan dana desa.
Pada saat ditanya, siapa yang paling berpeluang, sumber tersebut mengatakan calon nomor 3 yang menurutnya paling potensial memajukan Gemahripah.
“Ada tiga alasan yang dikemukakan, Pertama karena Pak Barno ini orang baru. Bukan baru di Gemahripah, tetapi orang baru yang bersih dari dugaan tidak amanahnya pengelolaan dana desa, sementara calon lainnya adalah Kakon Lama (pertahana) dan cariknya. Jadi jelas kedua lawan Pak Barno sama-sama masuk dalam lingkaran pemerintahan desa yang selama ini sudah mengecewakan masyarakat Gemahripah. Kedua, dari tingkat Pendidikan, Pak Barno ini sudah Sarjana dan kesehariannya sebagai guru, Pak Barno juga memiliki pengalaman organisasi, sebagai guru Pak Barno tentu biasa mendidik dan memimpin. Sementara dua kandidat lainnya lulusan SMA dan Paket C yang tidak memiliki latar belakang organisasi cukup. Ketiga, dari sisi Ekonomi, Finansial Keluarga Pak Barno sudah cukup mapan, istrinya PNS, saya kira semangat Bapak Subarno ini adalah semangat pengabdian bukan mencari keuntungan dari dana desa. Sebab pada awalnya Bapak Subarno juga tidak mau, karena merasa tidak enak dengan lurah pertahana yang masih ada hubungan kekeluargaan. Akan tetapi dorongan masyarakat yang sangat kuat agar ada perubahan di Gemahripah, akhirnya hati pak Barno luluh dan mau dicalonkan sebagai Kepala Pekon Gemahripah. Apalagi bapak Subarno ini masih keturunannya Mbah Karto Wiryo, orang pertama yang membuka Gemahripah, saya yakin insyaallah dengan niatan baik dan modal keturunan Pemimpin, Pak Barno bisa memajukan Gemahripah”, imbuhnya.
Sementara itu, dihubungi secara terpisah kandidat Kepala Pekon nomor 3, Subarno, S.Pd. Sabtu, (18/8/2018) di kediamannya juga menyatakan kesiapannya untuk memajukan Pekon Gemahripah. Saat disinggung visi misinya, dia mengatakan akan menjadikan Gemahripah desa yang aman, adil, religious dan Demokratis.
“Pekon Gemahripah memiliki modal besar untuk menjadi pekon percontohan di Kabupaten Pringsewu. Kita memiliki SDM yang cukup baik, masyarakat Gemahripah ini semangat membangun ekonomi, semangat bergotong-royong dan keberagamaannya sangat tinggi, pengajian, yasin-tahlil itu rutin kita lakukan. Di Gemahripah banyak sentra ekonomi kerakyatan dan yang sedikit modern. Jasa foto copy biasanya kan adanya di kota-kota, kami dikampung juga memiliki itu. Selain itu, kami memiliki fasilitas olahraga, seperti lapangan sepak bola, lapangan bola voli dan lain sebagainya. Selama ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah desa. Padahal kalo sektor olahraga ini dihidupkan akan membuat warga Gemahripah semakin dekat secara emosional dan sehat secara fisik sehingga tercipta kehidupan yang aman-damai. Sementara sehat secara psikis sudah melalui banyak ta’lim. Insyaallah jika masyarakat Gemahripah memberikan mandat kepada saya, akan saya hidupkan kembali bidang ini”, imbuhnya.
Selain itu, Pekon Gemahripah ini dikelilingi sawah dan kolam, belum semua jalan yang menuju ke sawah dan kolam untuk mengangkut hasil panen tersebut bagus. “Bahkan seingat saya, kita belum memiliki jalan hitam (aspal) hasil PNPM atau dana desa misalnya. Insyaallah jika saya diberikan amanah, saya bercita-cita jalan-jalan di Gemahripah sampai yang gang untuk menghubungkan antar RT akan kita buat mulus. Saya kira tujuan kita pemekaran adalah untuk kesejahteraan seluruh warga Gemahripah sebagaimana pesan pendahulu Pekon Gemahripah, bukan untuk memperkaya kelompok sekelompok orang, apalagi memperkaya diri sendiri. Mohon doanya mas, semoga saya ada takdir untuk mengabdikan diri sebagai Kepala Pekon. Karena saya ini putra Gemahripah, insyaallah hadir juga untuk Gemahripah yang aman, adil, makmur, demokratis dan sejahtrera” tambahnya. (Wagiman)