Tag: Piala Dunia 2018

  • Prancis Juara Dunia Kalahkan Kroasia 4-2

    Prancis Juara Dunia Kalahkan Kroasia 4-2

    Moskow (SL) – Prancis memenangi laga final Piala Dunia 2018 melawan Kroasia. Di Luzhniki, Minggu (15/7/2018), Les Bleus menjadi juara setelah menang 4-2. Pertandingan berjalan cukup menarik di babak pertama. Kroasia lebih menguasai penguasaan bola ketimbang Prancis. Tapi, permainan serangan balik Prancis lebih menguntungkan dan membuat Kroasia frustrasi.

    Prancis berhasil unggul lebih dulu setelah Mario Mandzukic membuat gol bunuh diri pada menit ke-18, setelah antisipasi tandukannya malah mengarah ke gawang sendiri. Namun, hanya butuh 10 menit bagi Kroasia untuk menyamakan kedudukan, gol tercipta dari tembakan keras Ivan Perisic yang menembus jala Hugo Lloris.

    Bola mati kembali menguntungkan Prancis. Pada menit ke-38 Les Bleus mendapat hadiah penalti setelah Perisic ketahuan handball setelah wasit melihat VAR. Antoine Griezmann mengeksekusi penalti dengan sempurna. Babak pertama berakhir dengan skor 2-1 untuk Prancis.

    Pada babak kedua, Kroasia tetap menjadi tim yang lebih banyak memegang bola. Tapi, efektivitas Prancis benar-benar jauh di atas Vatreni. Pada menit ke-59, Paul Pogba mampu menambah keunggulan Prancis lewat sepakan kaki kirinya yang cukup keras.

    Berada di atas angin, Prancis sangat nyaman menyerang. Kylian Mbappe ikut menjadi bagian sejarah setelah membuat gol keempat tim melalui sepakan keras dari luar kotak penalti di menit ke-65. Mandzukic membuat gol penghibur memanfaatkan blunder (kecerobohan) keeper Prancis Lloris empat menit kemudian, tapi skor 4-2 bertahan sampai laga berakhir. (yan)

  • PWI Tubaba Ajak Nobar Final Piala Dunia 2018

    PWI Tubaba Ajak Nobar Final Piala Dunia 2018

    Tulang Bawang Barat (SL) – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) akan menggelar nonton bareng (Nobar) babak final Piala Dunia Sepak Bola antara timnas Perancis dan timnas Kroasia di depan kantor sekretariat PWI dengan hadiah utama kambing dan puluhan doorprise.

    Kegiatan Nobar yang bertema ‘Nonton Bareng Final Piala Dunia bersama Bupati Tubaba Umar Ahmad, SP dan Kapolres Tulang Bawang AKBP. Raswanto Hadiwibowo, S.IK.,M.Si’ ini di akan dimulai sekitar pukul 21.30 WIB Minggu Malam (15/7) di halaman sekretariat PWI tepatnya depan komplek Islamik Center Kabupaten Tubaba.

    Ketua PWI Tulangbawang Barat Edi Zulkarnaen didampingi Sekretaris M Shobari mengatakan kegiatan ini dimaksudkan untuk mempererat tali silaturahmi, menjalin keakraban, kebersamaan antara bupati, kapolres, jajaran aparatur pemerintahan dan polri, serta insan pers dengan masyarakat di Kabupaten Tulang Bawang Barat.

    “Kami duduk bersama tidak membedakan pangkat, profesi, dan jabatan, kita jalin silaturahmi, keakraban. Sambil nobar kita juga bisa berdiskusi atau ngobrol santai untuk kemajuan pembangunan Kabupaten Tubaba kedepan”, ungkapnya selaku penyelenggara kegiatan ini, Jum’at (13/07/2018).

    Edi menambahkan agar kegiatan ini semakin meriah, PWI selaku penyelenggara telah menyiapkan berbagai doorprise bagi penonton seperti kambing yang langsung disiapkab bupati dan ketua DPRD, dan puluhan barang-barang elektronik agar para penonton semakin bersemangat, terlebih dalam mensupport kesebelasan sepak bola yang mereka dukung dalam final piala dunia tahun 2018 antara timna Perancis dan Kroasia.

    “Kami siapkan juga untuk penghangat suasana dan dinginnya malam dengan kopi dan cemilan”, tambah Edi.

    Pihaknya berharap, masyarakat Kabupaten Tubaba khususnya penikmat bola dapat menghadiri nobar tersebut, “Ayo kita nobar, daripada nonton sendiri dirumah kurang seru, kalau disini usai nonton pulang narik kambing”, candanya. (Angga)

  • Prancis Melaju Final Setelah Kalahkan Belgia 1-0

    Prancis Melaju Final Setelah Kalahkan Belgia 1-0

    Jakarta (SL) – Prancis memetik kemenangan tipis 1-0 atas Belgia di semifinal Piala Dunia 2018. Gol dari Samuel Umtiti menjadi penentu kemenangan Les Bleus. Dalam pertandingan di Saint Petersburg Stadium, Rabu (11/7/2018) dinihari WIB, Prancis dan Belgia bertarung alot.

    Situs FIFA melansir bahwa Belgia lebih banyak menguasai bola dengan catatan 60 persen. Soal tembakan, Prancis lebih unggul. Ada 19 attempt, berbanding sembilan tembakan yang dilakukan oleh Belgia.

    Gol kemenangan Prancis tercipta di babak kedua. Tendangan sudut Antoine Griezmann bisa ditanduk oleh Umtiti untuk menjadi gol. Prancis masih menunggu pemenang laga antara Kroasia melawan Inggris, yang akan menjadi lawan untuk babak final. Laga Vatreni melawan The Three Lions akan dihelat di Luzhniki Stadium, Kamis (12/7) dinihari WIB. (net)

     

  • Perancis Tim Pertama ke Semi Final

    Perancis Tim Pertama ke Semi Final

    Bandarlampung (SL) – Perancis menjadi tim pertama yang lolos ke semi final putaran final Piala Dunia 2018 di Rusia setelah mengalahkan Uruguay dengan skor 2-0 pada babak perempat final, yang digelar di Stadion Nizhny, Jumat sore atau malam waktu Indonesia bagian barat.

    Perancis kini sedang menanti lawan yakni pemenang antara Brasil dan Belgia yang pertandingannya akan berlangsung malam ini.

    Pantauan melalui saluran resmi FIFA, dari Bandarlampung, Jumat malam gol pertama Perancis diciptakan oleh Varane pada babak pertama menit ke-40 melalui sundulan.

    Proses terjadinya gol berawal dari pelanggaran yang dilakukan Bentancur terhadap Tolisso pada menit ke-38, sehingga pemain Uruguay tersebut mendapatkan kartu kuning.

    Tendangan bebas oleh Griezmann disambar sundulan oleh Varane dan masuk di sudut kanan gawang Uruguay.

    Sementara gol kedua oleh Griezmann pada babak kedua di menit ke-61, setelah mendapatkan umpan dari Giroud yang diterimanya dari Pogba melalui serangan balik yang berjalan apik dan rapih.

    Pada laga yang digelar di Nizhny Novgorod, memasuki babak kedua, Uruguay lebih bermain terbuka dibandingkan babak pertama dengan sebagian pemainnya menyerang bersama ketika mendapatkan bola.

    Beberapa kali Uruguay mampu menyerang hingga ke areal penalti Perancis, namun beberapa kali kandas di pemain belakang lawan atau tendangannya terlalu melebar.

    Pelatih Uruguay memasukkan dua pemain pengganti sekaligus yakni Bentancur digantikan Rodriguez dan Stuani oleh Gomez.

    Sebaliknya, tim Perancis sering memainkan bola-bola pendek guna membongkar pertahanan Uruguay. Sehingga pada menit ke-61 berhasil menambah gol melalui Griezmann.

    Gol kedua Perancis oleh Griezmann itu berawal dari serangan balik yang dikoordinasikan oleh Pogba dikirim ke Giroud dan oleh Giroud diberikan kepada Griezmann yang berdiri bebas, kemudian melesakkan tepat di depan penjaga gawang, namun bola yang ditepis berputar ke samping kanan atas dan ke belakangnya sehingga masuk.

    Griezmann tidak merayakan golnya tersebut, dia hanya diam dan kemudian didatangi rekan-rekannya dan memeluknya.

    Pada menit ke-67 wasit memberikan kartu kuning sekaligus kepada Mbappe dan Rodriguez karena terlibat perselisihan yang mengakibatkan pemain lainnya ikut terpancing.

    Pelatih Perancis memasukkan Nzonzi menggantikan Tolisso pada menit ke-79 untuk memperkuat pertahanan mereka.

    Menit ke-87 Mbappe ditarik digantikan oleh Dembelle.

    Para pemain Uruguay memanfaatkan tambahan waktu 5 menit di babak kedua dengan berusaha menyerang guna mengejar ketertinggalan, namun pemain belakang Perancis cukup sigap menghalau dan mengadang setiap serangan.

    Pada menit tambahan tersebut, Griezmann diganti oleh Fekir.

    Jalannya laga pada babak pertama yakni sejak peluit ditiup, Perancis yang memegang bola kick off langsung menguasai permainan untuk dua menit berjalan.

    Memasuki menit keempat, Uruguay berbalik menguasai bola dan berhasil menyerang hingga ke dalam kotak penalti, namun penyelesaiannya belum maksimal.

    Laga berjalan sepuluh menit, wasit sudah beberapa kali menghentikan pertandingan karena adanya pelanggaran, dan mayoritas dilakukan oleh pemain Uruguay, terhadap pemain Perancis.

    Menit ke-14 tendangan penjuru untuk Uruguay bola sempat disundul dan dapat ditepis oleh penjaga gawang Perancis.

    Menit ke-15 Mbappe mendapat peluang emas, setelah menerima bola dari sundulan Giroud, bola diterima dengan disundul dan diarahkan melambung jatuh melewati bagian atas mistar gawang Uruguay.

    Karena sulitnya mendekati area serang Uruguay, Pogba ketika mendapatkan bola di luar kotak penalti mencoba menendangnya ke arah gawang, namun masih melambung ke kiri atas.

    Hingga tigapuluh menit pertama, meski terjadi saling serang, namun nampak kedua tim terlihat lebih berhati-hati.

    Menit ke-33 pemain Perancis Lucas Hernandez mendapat kartu kuning karena menarik baju Nandez hingga koyak.

    pada menit ke-44, Uruguay mendapatkan peluang emas, namun penjaga gawang Perancis Lloris tampil apik karena mampu menggagalkan beberapa tendangan maupun sundulan yang mengarah ke gawangnya. (net)

  • Atas Kekalahan Brazil, Belgia Melaju ke Semi Final

    Atas Kekalahan Brazil, Belgia Melaju ke Semi Final

    Bandarlampung (SL) – Belgia mengakhiri impian Brazil untuk meraih gelar Piala Dunia keenamnya ketika mereka mengalahkan tim Amerika Selatan itu dengan skor 2-1 pada pertandingan perempat final yang berlangsung dramatis di Kazan Arena pada Jumat (Sabtu dini hari WIB), untuk mempertemukan mereka dengan Prancis di semifinal.

    Brazil mendominasi bagian pembukaan pertandingan, di mana upaya Thiago Silva membentur tiang gawang, namun mereka tertinggal ketika gelandang Fernandinho membelokkan bola ke gawangnya sendiri dari tendangan sudut pada menit ke-13.

    Belgia mendapat keuntungan dari ruang yang terbuka lebar di pertahanan Brazil ketika Romelu Lukaku menemukan Kevin de Bruyne yang tidak terkawal, yang mengemas gol kedua mereka pada menit ke-31.

    Brazil menggempur Belgia pada babak kedua dan akhirnya mampu menaklukkan kiper Thibaut Courtois melalui tandukan Renato Augusto pada menit ke-76. Namun meski menggempur gawang Belgia, mereka tidak mampu menyamakan kedudukan. (net)

  • Inggris Mampu Capai Semifinal Karena Semangat Kolektif

    Inggris Mampu Capai Semifinal Karena Semangat Kolektif

    Bandarlampung (SL) – Swedia mendapat pujian untuk semangat kolektif mereka menjelang pertandingan perempat final Piala Dunia pada Sabtu, bagaimanapun setelah timnya mengamankan kemenangan 2-0 justru pelatih Inggris Gareth Southgate yang menyuarakan mengenai kebersamaan di skuad mudanya.

    Memasuki turnamen dengan ekspektasi-ekspektasi minimal dan merupakan termuda peringkat kedua di Piala Dunia, Inggris mengejutkan banyak pihak dengan mencapai semifinal Piala Dunia untuk ketiga kalinya.

    Mereka dapat melakukannya berkat perubahan dalam sikap, yang diimplementasikan oleh pelatih 47 tahun tersebut.

    “(Semangat) kolektif itu adalah penyebab kami berada di sini,” kata Southgate kepada para pewarta.

    “Untuk melalui dua pertandingan pada pekan ini kami memerlukan itu semua. Kami bukan artikel yang telah selesai dan kami tidak memiliki pemain-pemain kelas dunia, namun kami memiliki pemain-pemain muda yang siap untuk berani terhadap bola dan telah memperlihatkan ketahanan mental yang nyata.”

    “Kami bisa sampai di titik ini karena kolektivitas kami begitu kuat. Kami bermain dengan lawan yang memiliki identitas jelas dan kolektivitas mereka melampaui kami berkali-kali di masa lalu.”

    Sebelum kemenangan Sabtu, yang dicapai berkat gol dari Harry Maguire dan Dele Alli, Inggris baru dua kali mengalahkan Swedia dalam 15 pertemuan terakhir mereka.

    Banyak narasi yang telah ditulis ulang pada turnamen utama perdana Southgate sejak ditunjuk melatih timnas senior pada September 2016, setelah selama beberapa tahun melatih tim junior Inggris.

    Sejak mengisi posisi itu, mantan pemain bertahan tersebut serta timnya telah menyuntikkan filosofi baru kepada para pemain, dan sang pelatih dengan cepat memberi kredit kepada perubahan-perubahan ini terhadap kesuksesan Inggris di Rusia.

    “Menurut saya kami telah bekerja keras dalam membangun identitas yang jelas,” ucapnya.

    “Kami memiliki mentalitas yang luar biasa pada pemain-pemain ini, kerendahan hati, dan pengakuan di mana mereka 18 bulan lalu dan pekerjaan yang perlu dilakukan untuk bisa berada di sini.”

    “Kami harus terus berkembang sebagai staf dan sebagai pemain. Ini bukan mengenai saya, ini mengenai grup secara keseluruhan.”

    Meski mencapai semifinal, Southgate ingin menekankan bahwa para pemainnya masih berkembang.

    “Kami berada di semifinal Piala Dunia. Apakah kami berada di empat besar dunia, kami masih perlu membuktikannya,” tuturnya.

    “Kami berkembang dengan benar-benar baik dan kami memiliki sejumlah pemain bagus. Mereka memerlukan kesempatan untuk bermain.”

    “Kami telah memainkan sejumlah pemain yang berada dalam fase yang benar-benar awal di karier mereka, namun kami mempercayai mereka.”

    “Pada tahun-tahun mendatang, mereka akan semakin baik,” katanya. (nat)

  • Kroasia, Pengubur Mimpi Rusia

    Kroasia, Pengubur Mimpi Rusia

    Bandarlampung (SL) – Kroasia mengakhiri mimpi buruk Piala Dunia Rusia ketika mereka menang 4-3 melalui drama adu penalti untuk menyingkirkan tuan rumah setelah pertandingan dramatis babak perempat final itu berakhir imbang 2-2 dan dilakukan perpanjangan waktu, Sabtu.

    Ivan Rakitic memastikan kemenangan Kroasia setelah sukses sebagai eksekutor penalti terakhir untuk mengirim Kroasia ke semifinal melawan Inggris setelah ketegangan tanpa henti di Sochi, sekaligus mengakhiri penampilan luar biasa Rusia. tim peringkat ke-70 dunia itu.

    Tendangan Fyodor Smolov sebagai eksekutor penalti pertama Rusia digagalkan oleh Danijel Subasic dan, meskipun penjaga gawang Rusia Igor Akinfeev mampu menyelamatkan gawangnya dari tendangan Mateo Kovacic, namun nasib tuan rumah terkunci setelah Mario Fernandes melepaskan tembakan sepenuhnya dari usaha ketiga mereka.

    Pada 120 menit sebelumnya, Denis Cheryshev membawa Rusia unggul dengan tendangan keras jarak jauh, gol keempatnya di turnamen itu, pada menit ke-31 sebelum Andrej Kramaric mengantarkan Kroasia menyamakan kedudukan enam menit sebelum babak pertama berakhir.

    Kroasia kemudian melanjutkan keunggulan dengan sundulan cantik di menit ke-11 perpanjangan waktu, tetapi Fernandes kelahiran Brazil mampu menyamakan kedudukan untuk tuan rumah melalui sundulan kepalanya pada sisa waktu lima menit dan memastikan penentuan pemenang melalui adu penalti.

    Rusia telah melampaui harapan dengan melaju sampai putaran delapan besar, diantaranya dengan menaklukkan Spanyol.

    Setelah pembukaan yang meriah, tempo permainan menurun dengan sesi saling berebut bola di lini tengah. Tetapi hal itu lebih sebagai pendekatan Rusia yang lebih sederhana dan terbayarkan saat mereka menyerang dengan tiba-tiba.

    Cheryshev menggiring bola di dekat garis tengah, bertukar umpan dengan Artem Dzyuba dan selanjutnya melepas tembakan sejauh 25 meter melewati Subasic.

    Namun kelengahan barisan belakang Kroasia itu dibayar lunas delapan menit kemudian. Mario Mandzukic berlari tak tertandingi ke area penalti dan selanjutnya melepas bola rendah ke tengah di mana Kramaric yang tidak terkawal menerima dengan sundulannya.

    Kroasia sangat dekat dengan kemenangan setelah pertandingan berjalan satu jam ketika pertahanan Rusia gagal membendung bola dan tembakan Ivan Perisic membentur bagian dalam mistar tetapi memantul lagi tanpa ancaman yang membahayakan di muka gawang.

    Kroasia tampaknya kembali akan memenangkan pertandingan setelah gol saat perpanjangan waktu Vida sebelum Fernandes bangkit dengan sundulan kepala menyambut umpan tendangan bebas dan mengirim kedua tim ke fase adu penalti kedua mereka. (net)

  • Orang-Orang Semifinal

    Orang-Orang Semifinal

    Oleh : Alamsyah Saragih

    LAGA Piala Dunia 2018 berlangsung bersamaan dengan momen Pilkada serentak di Indonesia yang sulit dipisahkan dari dinamika suksesi nasional pada tahun 2019 mendatang. Sebagian menjadikan Pilkada kali ini sebagai proksi Pilpres 2019, sebagian yang lain masih meragukan.

    Analogi dan satire Pilkada ke dalam Piala Dunia atau sebaliknya tak terhindarkan dan mewarnai media sosial. Bedanya, sindiran dan olok-olok dalam dunia sepak bola tak membawa kita pada pertikaian sosial pada apa yang disebut anak milenial sebagai ‘baper tingkat dewa’.

    Debut Para Ronaldian

    Indonesia masih dipenuhi euforia Reformasi ketika itu. Di Bondy, Perancis, tepatnya pada 20 Desember 1998, lahir seorang bayi laki-laki yang kemudian diberi nama Kylian Mbappe. Mbappe remaja menekuni Bola. Dinding kamarnya dipenuhi gambar sang idola: Cristiano Ronaldo.

    Di usia 19 tahun Mbappe telah menjadi bintang kesebelasan Perancis dalam Piala Dunia 2018 yang digelar di negeri Beruang Merah. Beberapa gol yang dicetaknya dalam babak 16 besar melawan Argentina telah memulangkan Messi dan timnya. Takdir berjalan lain, Ronaldo sang idola harus pula menyusul Messi beberapa jam kemudian karena Portugal dikalahkan Uruguay.

    Di Chingford, Inggris, 28 July 1993, seorang anak berdarah Irlandia lahir dan diberi nama Harry Edwin Kane. Ia menggemari bola dan mengembangkan bakatnya di Akademi Arsenal. Kane dikeluarkan dari akademi Arsenal ketika usia 8 tahun karena dinilai kegemukan. Di kemudian hari keputusan tersebut diakui salah oleh direktur Akademi Arsenal, Liam Brady.

    Pemain kesebelasan Inggris yang kini berusia 24 tahun itu menjadi pencetak gol terbanyak Liga Inggris selama dua musim tanding berturut-turut, dalam kurun waktu 2015-2017. Sebagaimana Mbappe, Kane juga mengagumi Ronaldo. Dalam satu wawancara ia mengatakan: “Ronaldo adalah teladan. Ia pemain fantastis. Saya berharap suatu hari akan mencapai performa seperti dia”.

    Inggris dan Perancis melaju ke babak semi final. Namun, kemungkinan Mbappe atau Kane berhadapan dengan sang idola di Piala Dunia boleh jadi tak lagi akan ada. Pasalnya, Ronaldo yang pulang lebih dulu telah berusia 33 tahun. Bukan tak mungkin ia mulai memilih untuk menapaki masa transisi karier menjadi Pelatih beberapa tahun ke depan.

    Angin Perubahan

    Rusia mengingatkan pada lagu Scorpion: Wind of Change. Sepertinya angin perubahan juga bertiup di piala dunia kali ini. Beberapa bintang bukan hanya harus pulang ke kampung halaman, tapi juga sudah mulai memasuki penghujung usia karir dan sebagian sedang menapaki usia matang.

    Rusia menjadi kuburan bagi para bintang ternama. Kehadiran bintang-bintang baru yang masih terbilang muda seperti Mbappe, mengisyaratkan alih generasi dimulai. Di luar itu capaian Belgia dan Kroasia ke babak semi final menjadi catatan sejarah tersendiri, mengingat keduanya tak memiliki bintang yang sangat-sangat menonjol.

    Sebagai ciri khas, bintang piala dunia tetap beragam etnik, kendati memasuki semi final yang tersisa hanya kesebelasan asal daratan Eropa. Selama musim pertandingan, ada berita mengenai sedikit ricuh terkait Israel. Meski demikian isu SARA praktis tak mendominasi warna pemberitaan.

    Magistrature of Influence

    Pelatih kesebelasan Belgia berkebangsaan Spanyol, Roberto Martinez, menjadi salah satu pusat perhatian. Di tangannya Belgia melaju ke semi final mengalahkan Brazil yang digadang-gadang akan menjadi juara dunia setelah Argentina menyusul kekalahan Jerman. Praktis puluhan tahun Belgia tak mengalami prestasi gemilang dalam laga dunia.

    Berbeda dengan Argentina yang agak ricuh ketika menetapkan Messi sebagai Kapten, Martinez tak menghadapi masalah dalam penetapan Eden Hazard untuk memimpin kesebelasan. Martinez tidak hanya menerapkan taktik yang dihitung rapih, tapi juga memiliki kemampuan memotivasi yang luar biasa. Ia bahkan memanfaatkan ruang publik untuk menyampaikan penilaian positifnya terhadap para pasukan.

    Memasuki akhir tahun lalu, ia mulai mempromosikan Kevin De Bruyne sebagai pemain yang akan mencapai performa setara dua super bintang, Ronaldo dan Messi. Upaya Martinez memanfaatkan lini pengaruh dalam suatu pertempuran mengingatkan saya pada apa yang disebut sebagai ‘Magistrature of Influence’.

    Sebelum berlaga melawan Brazil ia menyampaikan pujiannya melalui media kepada Eden Hazard sebagai Kapten dengan kepemimpinan terbaik, “dia sudah menjadi kapten sesungguhnya, pemimpin sebenarnya yang selalu menjadi dirinya sendiri”.

    Pujiannya terhadap sang Kapten dan tim banyak dikutip media, “anda lihat, banyak kapten di tim ini. Ketika melihat Hazard anda akan menikmati sepak bolanya, dia membuat sepak bola jadi indah”.

    Pesan positif yang disampaikan Martinez kepada publik bukan tanpa maksud. Ia tahu meskipun Belgia sedang panen generasi baru tapi sedang berhadapan dengan para raksasa. Ia tidak hanya sekedar mengembangkan strategi dan taktik yang setiap saat bisa berubah di lapangan datar, tapi juga mengelola mental tim maupun lawan.

    Pujiannya semakin memuncak bersamaan dengan kemenangan demi kemenangan tim. Ini dapat dilihat sebagai perang psikologis. Selain untuk menjaga mental tim hingga ke titik penghabisan, hal tersebut juga penting untuk mempengaruhi persepsi dan moral lawan terhadap kekuatan tim binaannya.

    Sebagai Jenderal, Martinez seperti tak mau kehilangan kemenangan di semua lini pertempuran. Meski ia meyakini keberuntungan juga menentukan, ia merancang taktik yang adaptif dan mengelola momentum dengan cermat. Melalui tim Belgia ia berusaha mepelopori kelahiran super star baru di dunia sepak bola. Tak mengherankan jika Spanyol yang harus pulang lebih dulu ingin mengambilnya dari Belgia.

    Indonesia

    Pilkada serentak 2018 juga seperti mengisyaratkan angin perubahan. Partai-partai menengah di daerah yang lebih proaktif mencari bintang lokal relatif memimpin dan memenangkan pertempuran. Politik dinasti dan ‘proksi incumbent’ mulai berguguran meski sebagian bertahan. Ada sedikit kericuhan di Kalbar dan upaya membangun sentimen SARA di beberapa daerah selama pilkada, tapi sepertinya tak mempan.

    Rakyat tengah ogah dipaksa memilih kandidat jadi-jadian apa lagi syarat kesan hegemonik. Mereka lebih rela memilih kotak kosong atau memilih yang dirasa lebih memberi manfaat meski berstatus tersangka. Nanti dulu bicara hukum. Upaya memanfaatkan sisa sentimen Pilgub DKI dua tahun lalu juga tak membuahkan kemenangan.

    Hasil perhitungan suara belum selesai ditetapkan oleh KPUD, tapi hampir pasti tak akan berbeda dengan hasil real count mereka. Di Jawa Barat, PKS yang bekerja keras dengan jaringan saksinya akhirnya mengakui kemenangan lawan versi real count. Sikap yang patut dipuji dari partai kader ini, meski masih belum diakui oleh tim sukses.

    Menjelang akhir pilkada Jawa Barat, SBY menyampaikan opini negatif terhadap indikasi perangkat negara yang tak netral. Publik ikut dicemaskan, seolah-olah ada target penguasa untuk memenangkan kandidat tertentu.

    Berbeda dengan Martinez yang memilih meggunakan pengaruh positif, sentimen negatif ini justru dinilai banyak kalangan memberikan keuntungan bagi lawan politik. Meski ada juga yang meyakini sebagai kepanikan akibat laporan internal mengenai perpindahan suara besar-besaran kepada kandidat tertentu.

    Apapun yang telah terjadi, Pilkada serentak 2018 memasuki tahap usai. Bintang politik alternatif mulai memancarkan sinar. Cadangan kepemimpinan nasional untuk 2019-2024 bermunculan dari daerah. Mahathir effect mulai meredup.

    Politisi senior Jusuf Kalla menolak pinangan Partai Demokrat untuk menjadi Capres. Tak terobsesi menjadi Mahathir, mungkin ia lebih memilih beranjak keluar dari gelanggang dan mengambil peran mentor sebagaimana Martinez. Dua kali perjalanan semobilnya dengan Anies Baswedan seolah mengisyaratkan itu.

    Potongan syair Cat Stevan (Yusuf Islam), dalam Father and Son, cukup menyentuh: “look at me, I’m old but I’m happy; … you will still be here tomorrow, but your dreams may not; … I know that I have to go away”.

    Sumber: FB Alamsyah Saragih/ Anggota Ombudsman RI

  • Ustad Somadd Istilahkan Pilgub Lampung Seperti Pertandingan Bola di Piala Dunia

    Ustad Somadd Istilahkan Pilgub Lampung Seperti Pertandingan Bola di Piala Dunia

    Bandarlampung (SL)- Hasil quick count (hitung cepat) yang dilakukan berbagai lembaga survey memenangkan Pasangan nomor urut 3, Arinal-Nunik di Pilgub Lampung 27 Juni 2018. Mengalahkan pasangan nomor urut 1 M. Ridho-Bachtiar, nomor urut 2, Herman HN-Sutono dan nomor urut 4, Mustafa-Jajuli.

    Namun sejumlah pihak masih kurang puas dengan hasil yang dirilis. Untuk itu Ustadz Solmed mengistilahkan Pilgub Lampung dengan world cup (piala dunia).

    “Belajar dari piala dunia, juara yang pernah menang dan diunggulkan namun kalah harus pulang dengan legawa,” kata Ustadz Solmed di sela Halalbihalal yang digelar Pasangan Cagub wanita Cawagub Lampung Arinal Djunaidi – Chusnunia Chalim (Arinal-Nunik) bersama petani se-Lampung, di kediaman pribadi Arinal Djunaidi, Minggu (01/07/2018).

    Ia menambahkan, pasangan yang kalah harus legawa (lapang dada) dan sama-sama bergandeng tangan untuk membangun Lampung, agar Lampung Berjaya dan rakyatnya bahagia.

    “Urusan pertandingan sudah selesai, jangan gara-gara urusan politik pecah persaudaraan karena beda pilihan. Tidak ada yang bisa merubah takdir kecuali doa. Moga doa kita di-ijabah Amiin. Mudahan Pak Arinal, Mba Nunik gubernur terpilih terbaik dan amanah. Mudah-mudahan kemenangan ini bukan hanya kemenangan mereka namun kemenangan rakyat Lampung,” ujarnya.

    Ustadz Solmed mengatakan, kurang lebih 54 tahun Lampung dipimpin oleh banyak gubernur, namun tahun depan Insyallah dipimpin ahli pertanian.

    “Jika segala sesuatu tidak diserahkan pada ahlinya maka akan hancur. Arinal-Nunik sangat paham masalah pertanian. Allah SWT titipkan di hati rakyat. Pak Arinal Bu Nunik terpilih jadi pilihan rakyat Lampung,” kata dia. (Rls)

  • Belgia Menang dan Masuk Skema Neraka, Roberto Martinez Percaya Diri

    Jakarta (SL) – Belgia berhasil mengalahkan Inggris 1-0 lewat gol tunggal Adan Januzaj di laga terakhir Grup G Piala Dunia 2018 Rusia, Jumat (29/6) dini hari WIB. Meski menurunkan tim lapis kedua, Belgia masih lebih kuat dari Inggris.

    Uniknya, meskipun berhasil memuncaki Grup G, Belgia justru dihadapkan pada tantangan besar di babak 16 besar. Tim asuhan Roberto Martinez itu tergabung bersama empat tim favorit lainnya, Portugal, Prancis, Argentina, dan Brasil dalam bagan fase gugur.

    Sedangkan Inggris meskipun kalah justru lebih diuntungkan karena tim-tim di bagan lainnya relatif lebih mudah. Hanya Spanyol dan Kroasia yang patut diperhitungkan, itu pun baru bisa bertemu di semifinal.

    Walaupun demikian, Roberto Martinez mengatakan dia tak terlalu memusingkan hal tersebut. Baginya Belgia sudah melakukan tugas baik dengan menjadi pemuncak klasemen dan lolos ke 16 besar dengan poin sempurna. Sekarang yang perlu dilakukan timnya adalah menghadapi setiap laga satu demi satu. “Kami harus melaju selangkah demi selangkah, tetapi saya kira kami bisa menghadapi siapapun yang ada di depan kami,” ujar Martinez dikutip dari espn.

    “Sejujurnya, saya merasa puas.”

    Belgia memang lebih difavoritkan daripada Jepang, lawan mereka di 16 besar, Selasa (3/7) mendatang. Tetapi jika berhasil lolos ke perempat final, maka lawan yang sudah menunggu kemungkinan adalah Brasil atau Meksiko.

    Martinez pun belum mau berbicara banyak soal kemungkinan timnya melawan Brasil, tim favorit di Piala Dunia kali ini,  “Membuat prediksi di Piala Dunia bisa jadi sedikit sulit”. Menurutnya saat ini Belgia hanya fokus menghadapi Jepang, “Kami tidak melihat jalan ke depan. Saat ini, Jepang adalah satu-satunya prioritas kami,” tutupnya. (bola.net)