Tag: Pilpres 2019

  • Sandiaga Uno Cawapres Berdarah Bugis Sengkang

    Sandiaga Uno Cawapres Berdarah Bugis Sengkang

    Makassar (SL) – Tidak banyak yang tahu, jika calon wapres yang mendampingi Prabowo Subianto, yakni Sandiaga Uno, berdarah Bugis. Leluhurnya diketahui punya darah Bugis Sengkang. Penelusuran terkini.id, Sandiaga Uno diketahui adalah sepupu dari Werner Katili, putra dari tokoh geologi Indonesia, dan mantan Rektor ITB, Prof Dr JA Katili.

    Di dalam buku biografi JA Katili, Harta Bumi Indonesia, disebutkan, Prof JA Katili, lahir di Gorontalo. Masa kecilnya bersama Henk Uno (ayah dari Sandiaga Uno), pria yang merupakan keponakan JA Katili, dan juga kemudian menjadi ipar. Dalam buku tersebut, disebutkan, JA Katili lahir di Kampung Bugis dari ayah bernama Abdullah Umar Katili dan ibu Tjimbau Lamato.

    Leluhur dari masyarakat kampung Bugis di Gorontalo tersebut, adalah Lasimpala (Tenrisumpala), Passompe (pelayar) asal Bugis yang membuka Kampung Bugis di Gorontalo. Lasimpala, diketahui merupakan anak dari Arung Sengkang We Amirah Binti Latemmassonge dan La Patuppu Batu, Arung Tonra Bin La Tenri Tappu Arungpone ke-23. Informasi dihimpun, Lasimpala hijrah ke Wani Donggala Sulawesi Tengah, untuk menghindari Perang Saudara di Sengkang, Sulawesi Selatan.

    Mereka meninggalkan tanah bugis bersama para pengikut setianya dengan 300 Kapal Tande (ada yang menyebut 300 kapal ini ditenggarai adalah rombongan, Saudara Lamaddukkelleng yang menyelamatkan Armada Laut Lamaddukkelleng ke Wani Donggala nUtara) pada abad ke-18. Saudara Lasimpala yang ikut dalam rombongan bernama La Tekko turun di Tojo Una-una kawin dg Putri Raja Tojo yang bernama La Paregge turun di Pulau Tugian juga kawin dengan Putri Raja Tugian lalu diangkat menjadi “Kafitang Of Tugian”. Lalu Lasimpala turun di Gorontalo kawin dengan Putri kesultanan Gorontalo, Cucu perempuannya kawin dengan Usman Katili beranak pianak hingga turun ke Sandiaga Uno dan Prof John Katili. (net)

  • SBY Utus AHY Antar Prabowo-Sandiaga Uno Daftar ke KPU

    SBY Utus AHY Antar Prabowo-Sandiaga Uno Daftar ke KPU

    Jakarta (SL)  Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengutus putra sulungnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Wakil Ketua Syarif Hasan dan pengurus lainnya, bakal calon Presiden dan calon wakil Presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno mendaftar sebagai peserta Pemilihan Presiden 2019.

    Selain itu, pasangan Prabowo-Sandiaga Uno diantar oleh pimpinan partai politik pengusung, Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Demokrat. Prabowo-Sandi diterima langsung oleh Ketua KPU RI Arief Budiman dan jajarannya, sekitar pukul 14.00 WIB, Jumat (10/8/2018).

    Prabowo-Sandi dan para pimpinan partai pengusung dipersilakan duduk. Prabowo kemudian menyerahkan berkas kepada pimpinan KPU, dan kemudian diperiksa kelengkapannya. “Mohon menunggu selama kami memeriksa dalam beberapa saat,” ujar pembawa acara.

    Tampak Prabowo-Sandi duduk diapit Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dan Presiden PKS Sohibul Iman.

    Sejumlah tokoh lain yang juga tampak mengantarkan Prabowo-Subianto ke gedung KPU, di antaranya, Amien Rais, Edhie Baskoro Yudhoyono, politikus Partai Berkarya Titiek Soeharto, Sekjen Partai Berkarya Priyo Budi Santoso, Ketua Umum Partai Idaman Rhoma Irama, putri Proklamator Soekarno Rachmawati Soekarnoputri. Mereka tampak duduk di bangku tamu. (net)

  • Rudi Hermanto : Mahfud MD Sosok Ideal Wakil Presiden RI Mendatang

    Rudi Hermanto : Mahfud MD Sosok Ideal Wakil Presiden RI Mendatang

    Yogyakarta (SL) – Pesta demokrasi di Indonesia akan segera dihelat. Dengan dibukanya pintu pendaftaran pasangan bakal calon Presiden dan Wakil Presiden RI oleh penyelenggara Pemilu, dalam hal ini Komisi Pemilihan Umum (KPU), 10 Agustus 2018 mendatang, menjadi satu momentum penting dalam tahapan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

    Seluruh mata publik akan tersedot guna mengetahui sosok ideal yang akan memimpin negeri ini dalam lima tahun periode kepemimpinannya.

    Terkait hal tersebut, Rudi Hermanto, SH, MH, CLA, salah seorang advokat yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menilai, bahwasanya problematika hukum di Indonesia akan semakin kompleks.

    “Supremasi hukum Indonesia di masa mendatang akan menghadapi tantangan hukum yang lebih kompleks. Dalam arti, dalam setiap peristiwa yang bersinggungan dengan hukum membutuhkan penanganan dari seluruh aparatur penegak hukum di setiap tingkatan,” ujar Rudi Hermanto, Auditor Hukum/Kuasa Hukum Pajak alumnus Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, saat berbincang-bincang dengan awak media ini, Rabu, (07/08/2018), di Cafe Silol Yogyakarta.

    Menurutnya, permasalahan hukum di Indonesia ibarat labirin, jalan berkelok yang tidak jelas pintu masuk dan pintu keluarnya.

    “Perwujudan supremasi Hukum Indonesia belum menunjukkan kemampuannya dalam menyelesaikan bentuk penyimpangan sosial secara signifikan. Sebagai contoh, beberapa kasus yang bersentuhan dengan permasalahan hukum kadang kala tidak memiliki solusi yang tepat,” ujar Rudi.

    Diterangkannya, kompleksitas problematika hukum yang dihadapi Indonesia pada masa mendatang menyangkut lemahnya integritas penegak hukum, efektifitas pengawasan yang terkesan tidak konsisten, adanya pandangan melihat hukum dari kontennya, mentalitas praktisi dan aparatur penegak hukum yang lemah, serta beberapa persoalan lainnya.

    “Selain itu, peraturan perundang-undangan yang diterapkan di Indonesia terasa masih belum memihak kepada rakyat,” terangnya seraya menambahkan masih banyak persoalan hukum di Indonesia yang diputuskan secara tidak komprehensif.

    “Sehingga, produk hukum yang dihasilkan tidak bersifat adil,” tegas Rudi Hermanto.

    Rudi mengatakan untuk mengatasi problematika hukum di Indonesia yang semakin kompleks, membutuhkan sosok Wakil Presiden yang menguasai dan memahami seluk-beluk hukum.

    “Sosok yang ideal untuk menjadi Wapres RI adalah sosok yang experts dibidang hukum. Siapapun calon Presidennya, harus mengambil sosok tersebut,” jelasnya seraya menyatakan jika sosok dimaksud adalah Mahfud MD, Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Islam Indonesia.

    “Mahfud MD memiliki pengalaman yang tidak dapat dipungkiri dengan track record yang bersih. Saya yakin, Mahfud MD mampu menjawab tantangan atas problematika hukum di Indonesia,” pungkasnya. (ardi)

  • Parpol Pengusung Capres-Cawapres Diminta Pertimbangkan Aspirasi Perubahan dan Peralihan Generasi

    Parpol Pengusung Capres-Cawapres Diminta Pertimbangkan Aspirasi Perubahan dan Peralihan Generasi

    Jakarta (SL) – Warga dari berbagai daerah, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Banten yang dalam beberapa pekan ini menyuarakan aspirasi perubahan dan alih generasi, mereka menggelar konferensi pers di Jakarta, Kamis (2/8/2018).

    Dalam siaran persnya mereka menyatakan agar partai politik pengusung dan pendukung bakal Calon Presiden dan bakal Calon Wakil Presiden juga mendengar dan mempertimbangkan suara warga yang kuat menghendaki perubahan dan peralihan generasi kepemimpinan. Seperti yang disampaikan Agung Nugroho, juru bicara Suara Warga.

    “Sebagian besar warga di berbagai daerah di Indonesia ini menghendaki perubahan. Oleh karena itu kami menyerukan agar para pimpinan partai politik, baik pengusung maupun pendukung bakal capres dan cawapres, selain mempertimbangkan usulan dari berbagai kelompok, komunitas dan konstituen, sebaiknya juga mendengar dan mempertimbangkan suara warga yang ingin perubahan,” kata Agung Nugroho.

    Warga berbagai daerah ini mengharapkan para Parpol selain melakukan pertemuan dengan kawan koalisinya juga bersedia duduk bersama dengan berbagai kelompok masyarakat.

    Beberapa poin yang disuarakan warga berbagai daerah ini antara lain:

    1. Meminta para pimpinan Parpol mendengarkan dan mempertimbangkan aspirasi berbagai kelompok warga yang benar-benar menginginkan perubahan melalui Pemilu dan Pilpres 2019.
    2. Meminta para pimpinan Parpol mengedepankan kepentingan memperbaiki kondisi dan membangun Bangsa dan Negara tercinta Indonesia ini, dengan mengesampingkan ego masing-masing Parpol.
    3. Para pimpinan Parpol diharapkan memperjuangan perubahan menuju kondisi yang lebih baik di tengah kondisi ekonomi Indonesia yang menghawatirkan, kondisi persatuan bangsa yang dibayangi keterbelahan, dan mendorong percepatan Indonesia menuju bangsa yang maju.
    4. Mengambil keputusan mengenai bakal Capres dan Cawapres yang cakap dan mampu membawa aspirasi warga yang menginginkan perubahan.
    5. Dengan seksama mempertimbangkan para tokoh yang mampu mempersatukan bangsa, pembawa semangat perubahan dan peralihan generasi seperti Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo, Agus Harimurti Yudhoyono dan lain-lain untuk diusung menjadi Capres dan Cawapres.

    Selain itu dalam menentukan Capres dan Cawapres yang mampu membawa dan mewujudkan aspirasi warga, yang juga penting adalah memilih tokoh yang tidak hanya layak untuk ikut kompetisi, namun juga harus mampu memenangkan kontestasi Pilpres 2019. (rls)

  • Sobat Jokowi-Chairul Tanjung Sumatera Barat Dideklarasikan

    Sobat Jokowi-Chairul Tanjung Sumatera Barat Dideklarasikan

    Padang (SL) – Kontestasi politik 2019 hanya tinggal menghitung hari dan calon presiden sudah mulai bermunculan untuk merebut simpati rakyat agar menjadi pimpinan tertinggi di negeri ini.

    Namun yang paling mencuri perhatian adalah Presiden Pertahana yaitu Bapak Joko Widodo, karna kita melihat sangat banyak orang yang menginginkan berpasangan dengan beliau, baik itu dari kalangan politisi, pengusaha, tokoh agama maupun akademisi.

    Melihat hal itu, Kami masyarakat Sumatera Barat mengikat diri dengan nama relawan ‘Sobat Jokowi-Chairul Tanjung (CT) Sumatera Barat’ pada hari Kamis tanggal (26/07) di The Break Cafe, Padang.

    “Hari ini Indonesia membutuhkan sosok pengusaha dengan konsep kewirausahaan Chairul Tanjung akan mampu melahirkan wirausaha-wirausaha handal di negeri ini untuk menghadapi kuatnya arus persaingan ekonomi dan hal itu ada di dalam diri si ‘anak singkong’ sapaan akrab Chairul Tanjung,” tegas Rifki Fernanda, selaku Koordinator Sobat Jokowi – Chairul Tanjung kepada wartawan saat deklarasi yang dihadiri oleh lebih dari 50 orang peserta deklarasi.

    Rifki menambahkan slain pengusaha, Chairul tanjung merupakan orang Sumatera karana sudah sangat lama sekali orang sumatera tidak menduduki posisi pimpinan, terakhir wakil presiden ke 3 Indonesia Adam Malik tahun 1978-1983. “Artinya sudah empat puluh lima tahun posisi pimpinan tidak diduduki keterwakilan Sumatera, otomatis rakyat Sumatera yang tersebar di penjuru nusantara sangat merindukan pimpinan negeri ini berasal dari Sumatera,” tegasnya.

    Selain itu, masih menurut Rifki dimasa pemerintahan Jokowi – JK, pembangunan yang merata dari Sabang sampai Merauke membuktikan bahwa dimasa pemerintahan Jokowi yang berpasangan dengan orang yang berasal dari luar pulau Jawa memang terbukti bagus. “Periode pertama Jokowi – JK prioritas kualitas pembangunan di Indonesia Timut dan Kalimantan dan kontribusi PDB dan Pajak terbesar kedua setelah Jawa ada di Sumatera,” ujarnya.

    Ia berharap sudah saatnya wakil Jokowi adalah dari Sumatera biar kita bisa melihat kombinasi Soekarno – Hatta dan Soeharto – Adam Malik. “Saatnya Sumatera diberi kesempatan memimpin dan sosok yang pantas itu menurut saya adalah Chairul Tanjung,” tutup Rifki. (rls)

  • Presiden Himbau Masyarakat Cerdas Gunakan Hak Pilih

    Presiden Himbau Masyarakat Cerdas Gunakan Hak Pilih

    Bogor (SL) – Tahun ini adalah gerbang menuju tahun politik 2019, di mana pemilihan umum akan digelar di Tanah Air. Untuk itu, Presiden Joko Widodo mengimbau masyarakat agar cerdas menggunakan hak pilihnya.

    Hal tersebut disampaikan Presiden dalam sambutannya saat acara Halalbihalal dan Silaturahim dengan Solidaritas Ulama Muda Jokowi (Samawi), di Sentul International Convention Center (SICC), Selasa, 10 Juli 2018.

    “Tahun depan adalah tahun politik kita harus mengajak masyarakat masuk tahun politik untuk pandai memilih pemimpin,” kata Presiden

    Dalam acara yang dihadiri ribuan ulama muda dan santri dari berbagai daerah tersebut, Presiden juga berpesan agar masyarakat tidak ikut menyebarkan berita bohong atau hoaks.

    “Berikan info yang benar kepada masyarakat, tetangga, saudara, teman, tetangga kampung, teman sedaerah. Beri info yang benar sampaikan fakta, bukti yang ada, jangan sampai mengabarkan berita bohong, hoaks terutama di media sosial. Ini harus kita jaga,” ujarnya.

    Lebih lanjut, Presiden menuturkan bahwa dalam memilih pemimpin hendaknya masyarakat melihat rekam jejak, kinerja, dan prestasinya.

    “Dalam pilih pemimpin sampaikan kepada teman dilihat rekam jejak seperti apa, _track record_-nya, prestasinya apa, kinerjanya apa. Jangan sampai mudah masyarakat dihasut, jangan diberi kabar tidak betul, fakta tidak betul,” ujar Kepala Negara.

    Meskipun saat ini masyarakat memiliki kebebasan berekspresi dan berpendapat, Presiden mengingatkan, bahwa kebebasan tersebut ada batasnya, tata krama, sopan santun, dan etikanya.

    “Jangan sampai diberi kebebasan gampang mudah mencela, gampang mencemooh orang lain, itu bukan nilai Islami yang diajari Rasulullah,” ucapnya.

    Oleh karena itu, Presiden mengajak masyarakat semuanya untuk berpikir positif dan dengan prasangka baik.

    “Inilah yang akan menjadikan bangsa ini besar dan kuat karena dari hitung-hitungan Bappenas, McKinsey, Indonesia bakal jadi lima terbesar ekonomi terkuat di dunia insyaallah di 2045. Memang masih nunggu tapi jalan ke tempat lebih terang sudah lebih kelihatan,” imbuhnya.

    Turut mendampingi Presiden dalam acara ini, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dan Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki. (rls)

  • Orang-Orang Semifinal

    Orang-Orang Semifinal

    Oleh : Alamsyah Saragih

    LAGA Piala Dunia 2018 berlangsung bersamaan dengan momen Pilkada serentak di Indonesia yang sulit dipisahkan dari dinamika suksesi nasional pada tahun 2019 mendatang. Sebagian menjadikan Pilkada kali ini sebagai proksi Pilpres 2019, sebagian yang lain masih meragukan.

    Analogi dan satire Pilkada ke dalam Piala Dunia atau sebaliknya tak terhindarkan dan mewarnai media sosial. Bedanya, sindiran dan olok-olok dalam dunia sepak bola tak membawa kita pada pertikaian sosial pada apa yang disebut anak milenial sebagai ‘baper tingkat dewa’.

    Debut Para Ronaldian

    Indonesia masih dipenuhi euforia Reformasi ketika itu. Di Bondy, Perancis, tepatnya pada 20 Desember 1998, lahir seorang bayi laki-laki yang kemudian diberi nama Kylian Mbappe. Mbappe remaja menekuni Bola. Dinding kamarnya dipenuhi gambar sang idola: Cristiano Ronaldo.

    Di usia 19 tahun Mbappe telah menjadi bintang kesebelasan Perancis dalam Piala Dunia 2018 yang digelar di negeri Beruang Merah. Beberapa gol yang dicetaknya dalam babak 16 besar melawan Argentina telah memulangkan Messi dan timnya. Takdir berjalan lain, Ronaldo sang idola harus pula menyusul Messi beberapa jam kemudian karena Portugal dikalahkan Uruguay.

    Di Chingford, Inggris, 28 July 1993, seorang anak berdarah Irlandia lahir dan diberi nama Harry Edwin Kane. Ia menggemari bola dan mengembangkan bakatnya di Akademi Arsenal. Kane dikeluarkan dari akademi Arsenal ketika usia 8 tahun karena dinilai kegemukan. Di kemudian hari keputusan tersebut diakui salah oleh direktur Akademi Arsenal, Liam Brady.

    Pemain kesebelasan Inggris yang kini berusia 24 tahun itu menjadi pencetak gol terbanyak Liga Inggris selama dua musim tanding berturut-turut, dalam kurun waktu 2015-2017. Sebagaimana Mbappe, Kane juga mengagumi Ronaldo. Dalam satu wawancara ia mengatakan: “Ronaldo adalah teladan. Ia pemain fantastis. Saya berharap suatu hari akan mencapai performa seperti dia”.

    Inggris dan Perancis melaju ke babak semi final. Namun, kemungkinan Mbappe atau Kane berhadapan dengan sang idola di Piala Dunia boleh jadi tak lagi akan ada. Pasalnya, Ronaldo yang pulang lebih dulu telah berusia 33 tahun. Bukan tak mungkin ia mulai memilih untuk menapaki masa transisi karier menjadi Pelatih beberapa tahun ke depan.

    Angin Perubahan

    Rusia mengingatkan pada lagu Scorpion: Wind of Change. Sepertinya angin perubahan juga bertiup di piala dunia kali ini. Beberapa bintang bukan hanya harus pulang ke kampung halaman, tapi juga sudah mulai memasuki penghujung usia karir dan sebagian sedang menapaki usia matang.

    Rusia menjadi kuburan bagi para bintang ternama. Kehadiran bintang-bintang baru yang masih terbilang muda seperti Mbappe, mengisyaratkan alih generasi dimulai. Di luar itu capaian Belgia dan Kroasia ke babak semi final menjadi catatan sejarah tersendiri, mengingat keduanya tak memiliki bintang yang sangat-sangat menonjol.

    Sebagai ciri khas, bintang piala dunia tetap beragam etnik, kendati memasuki semi final yang tersisa hanya kesebelasan asal daratan Eropa. Selama musim pertandingan, ada berita mengenai sedikit ricuh terkait Israel. Meski demikian isu SARA praktis tak mendominasi warna pemberitaan.

    Magistrature of Influence

    Pelatih kesebelasan Belgia berkebangsaan Spanyol, Roberto Martinez, menjadi salah satu pusat perhatian. Di tangannya Belgia melaju ke semi final mengalahkan Brazil yang digadang-gadang akan menjadi juara dunia setelah Argentina menyusul kekalahan Jerman. Praktis puluhan tahun Belgia tak mengalami prestasi gemilang dalam laga dunia.

    Berbeda dengan Argentina yang agak ricuh ketika menetapkan Messi sebagai Kapten, Martinez tak menghadapi masalah dalam penetapan Eden Hazard untuk memimpin kesebelasan. Martinez tidak hanya menerapkan taktik yang dihitung rapih, tapi juga memiliki kemampuan memotivasi yang luar biasa. Ia bahkan memanfaatkan ruang publik untuk menyampaikan penilaian positifnya terhadap para pasukan.

    Memasuki akhir tahun lalu, ia mulai mempromosikan Kevin De Bruyne sebagai pemain yang akan mencapai performa setara dua super bintang, Ronaldo dan Messi. Upaya Martinez memanfaatkan lini pengaruh dalam suatu pertempuran mengingatkan saya pada apa yang disebut sebagai ‘Magistrature of Influence’.

    Sebelum berlaga melawan Brazil ia menyampaikan pujiannya melalui media kepada Eden Hazard sebagai Kapten dengan kepemimpinan terbaik, “dia sudah menjadi kapten sesungguhnya, pemimpin sebenarnya yang selalu menjadi dirinya sendiri”.

    Pujiannya terhadap sang Kapten dan tim banyak dikutip media, “anda lihat, banyak kapten di tim ini. Ketika melihat Hazard anda akan menikmati sepak bolanya, dia membuat sepak bola jadi indah”.

    Pesan positif yang disampaikan Martinez kepada publik bukan tanpa maksud. Ia tahu meskipun Belgia sedang panen generasi baru tapi sedang berhadapan dengan para raksasa. Ia tidak hanya sekedar mengembangkan strategi dan taktik yang setiap saat bisa berubah di lapangan datar, tapi juga mengelola mental tim maupun lawan.

    Pujiannya semakin memuncak bersamaan dengan kemenangan demi kemenangan tim. Ini dapat dilihat sebagai perang psikologis. Selain untuk menjaga mental tim hingga ke titik penghabisan, hal tersebut juga penting untuk mempengaruhi persepsi dan moral lawan terhadap kekuatan tim binaannya.

    Sebagai Jenderal, Martinez seperti tak mau kehilangan kemenangan di semua lini pertempuran. Meski ia meyakini keberuntungan juga menentukan, ia merancang taktik yang adaptif dan mengelola momentum dengan cermat. Melalui tim Belgia ia berusaha mepelopori kelahiran super star baru di dunia sepak bola. Tak mengherankan jika Spanyol yang harus pulang lebih dulu ingin mengambilnya dari Belgia.

    Indonesia

    Pilkada serentak 2018 juga seperti mengisyaratkan angin perubahan. Partai-partai menengah di daerah yang lebih proaktif mencari bintang lokal relatif memimpin dan memenangkan pertempuran. Politik dinasti dan ‘proksi incumbent’ mulai berguguran meski sebagian bertahan. Ada sedikit kericuhan di Kalbar dan upaya membangun sentimen SARA di beberapa daerah selama pilkada, tapi sepertinya tak mempan.

    Rakyat tengah ogah dipaksa memilih kandidat jadi-jadian apa lagi syarat kesan hegemonik. Mereka lebih rela memilih kotak kosong atau memilih yang dirasa lebih memberi manfaat meski berstatus tersangka. Nanti dulu bicara hukum. Upaya memanfaatkan sisa sentimen Pilgub DKI dua tahun lalu juga tak membuahkan kemenangan.

    Hasil perhitungan suara belum selesai ditetapkan oleh KPUD, tapi hampir pasti tak akan berbeda dengan hasil real count mereka. Di Jawa Barat, PKS yang bekerja keras dengan jaringan saksinya akhirnya mengakui kemenangan lawan versi real count. Sikap yang patut dipuji dari partai kader ini, meski masih belum diakui oleh tim sukses.

    Menjelang akhir pilkada Jawa Barat, SBY menyampaikan opini negatif terhadap indikasi perangkat negara yang tak netral. Publik ikut dicemaskan, seolah-olah ada target penguasa untuk memenangkan kandidat tertentu.

    Berbeda dengan Martinez yang memilih meggunakan pengaruh positif, sentimen negatif ini justru dinilai banyak kalangan memberikan keuntungan bagi lawan politik. Meski ada juga yang meyakini sebagai kepanikan akibat laporan internal mengenai perpindahan suara besar-besaran kepada kandidat tertentu.

    Apapun yang telah terjadi, Pilkada serentak 2018 memasuki tahap usai. Bintang politik alternatif mulai memancarkan sinar. Cadangan kepemimpinan nasional untuk 2019-2024 bermunculan dari daerah. Mahathir effect mulai meredup.

    Politisi senior Jusuf Kalla menolak pinangan Partai Demokrat untuk menjadi Capres. Tak terobsesi menjadi Mahathir, mungkin ia lebih memilih beranjak keluar dari gelanggang dan mengambil peran mentor sebagaimana Martinez. Dua kali perjalanan semobilnya dengan Anies Baswedan seolah mengisyaratkan itu.

    Potongan syair Cat Stevan (Yusuf Islam), dalam Father and Son, cukup menyentuh: “look at me, I’m old but I’m happy; … you will still be here tomorrow, but your dreams may not; … I know that I have to go away”.

    Sumber: FB Alamsyah Saragih/ Anggota Ombudsman RI

  • Ketua Bawaslu Lampung Nyatakan Tak Ada Catatan dalam Penyelenggaraan Pilgub 2018

    Ketua Bawaslu Lampung Nyatakan Tak Ada Catatan dalam Penyelenggaraan Pilgub 2018

    Bandarlampung  (SL) – Ketua Badan Pengawasn Pemilu (Bawaslu) Provinsi Lampung Fatikhatul Khoiriyah menyebutkan bahwa tidak ada catatan dalam penyelenggaraan pada Pilgub Lampung 27 Juni lalu.

    Hanya ada masukan soal nama-nama pemilih tambahan yang perlu masuk daftar pemilih tambahan untuk pemilu 2019 mendatang.

    “Tidak ada catatan, kita sudah memantau dan mendengarkan apa yang disampaikan saksi masing-masing paslon. Dan kami ucapkan kepada jajaran Panwas juga sudah ikut dalam pengawasan Pilgub ini. Hanya saja, kami mohon nanti soal daftar pemilih tambahan masuk untuk data Pemilu 2019,” tegas Khoir sapaan akrabnya, saat menanggapi pleno rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara pilgub yang disampaikan KPU Lampung dalam Rapat Pleno Terbuka di Novotel, Bandarlampung, Minggu (8/7/2018).

    Sedangkan, Ketua KPU Lampung Nanang Trenggono, menjelaskan sesuai agenda pleno rekapitulasi, KPU Lampung menandatangani 8 eksemplar berita acara agenda rekapitulasi hasil penghitungan suara Pilgub Lampung 2018, termasuk sertifikat perolehan suara yang diberikan kepada 4 saksi masing-masing paslon lalu untuk KPU RI dan arsip.

    “Penetapan hasil rekapitulasi inilah yang kita tandatangani, masih ada waktu apabila ada sengketa di MK. Ini yang kita tanda tangani, ” kata Nanang.

    Ditambahkan Nanang, jika merujuk pada Undang-undang nomor 9 tahun 2018, bahwa saksi yang menandatangi sepanjang saksi itu bersedia.

    “Itu tidak menjadi persoalan (saksi tidak menandatangani berita acara) dalam pleno rekapitulasi karena esesensinya menghitung dan menjumlahkan saja hasil 15 kabupaten/kota menjadi tingkat Provinsi Lampung, agar mudah proses penghitungan. Jadi enggak pengaruhi proses pleno rekapitulasi penghitungan suara, ” ungkapnya.

    Hasil rekapitulasi perolehan perhitungan suara di Pilgub Lampung dan menetapkan pasangan nomor 3, Arinal-Chusnunia (Nunik) dengan perolehan suara sebanyak 1.548.506 atau 37,78 persen dari 4.179.405 surat suara.

    Paslon Arinal-Chusnunia (Nunik) mengalah Pasangan Nomor 1, petahana Gubernur Ridho-Bachtiar yang hanya memperoleh 1.043.666 suara atau 25,46%; Pasangan Nomor 2 Herman HN-Sutono 1.054.646 suara atau 25,73%; dan pasangan Nomor 4, Mustafa-Jajuli 454.452 suara atau 11,04%. Berdasarkan quick count (hitung cepat) dan rekapitulasi hasil penghitungan suara perolehan suara pemilihan gubernur dan wakil gubernur Lampung yang digelar KPU Lampung. (Rel)

  • Teguh Santosa: Masyarakat Diminta Agar Berhati-hati dalam Menyimak Informasi

    Teguh Santosa: Masyarakat Diminta Agar Berhati-hati dalam Menyimak Informasi

    Jakarta (SL)-Praktisi media, Teguh Santosa meminta warga masyarakat agar berhati-hati dalam menyimak informasi.

    Hal tersebut terkait dengan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018 yang baru lalu yang sedikit banyak mampu meredakan ketegangan di tengah masyarakat.

    Diharapkan juga, suasana saat Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 mendatang akan lebih kondusif.

    Demikian disampaikan Teguh Santosa dalam dialog program Pojok Dot Com di RRI, pada hari Rabu 4 Juli 2018 kemarin.

    Menurut Teguh, Pilkada 2018 memperlihatkan watak asli kompetisi politik yang pragmatis.

    Apa yang sebelumnya diyakini sebagai nilai dan kepentingan absolut ternyata bisa dinegosiasikan.
    “Terlepas dari berbagai analisa yang berkembang mengiringi hasil sementara pilkada serentak yang baru lalu, saya rasa ada peredaan ketegangan politik identitas berdimensi Suku, Agama Ras dan Aliran (SARA) sisa pemilihan gubernur DKI Jakarta,” ujar pendiri Indonesian Online Media Syndicate (IOMS) itu.

    Dijelaskan Teguh, apapun konstelasi yang mungkin terjadi dalam pemilihan presiden tahun depan, dia berharap setelah ini berbagai lembaga survei politik dan juga media tidak memperlakukan pemilihan presiden seperti layaknya arena adu jangkrik.

    “Jangan hanya menyoroti aspek kalah dan menang tokoh atau kandidat, seperti mengadu jangkrik. Beri porsi yang cukup untuk membicarakan track record kandidat juga kebijakan dan program yang diusungnya. Sehingga masyarakat punya gambaran mengenai konsekuensi dari pilihan mereka,” jelas Teguh.

    Di sisi lain, dia juga mengingatkan anggota masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam menyimak informasi.

    “Jangan mudah termakan informasi provokatif dan isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan,” tandasnya. (Pewarta/rel).

  • Pilkada Serentak 2018 sebagai Batu Loncatan bagi Parpol untuk Maju pada Pilpres 2019

    Pilkada Serentak 2018 sebagai Batu Loncatan bagi Parpol untuk Maju pada Pilpres 2019

    Bandarlampung (SL) – Hampir 160 juta pemilih terlibat dalam pilkada serentak yang berlangsung 27 Juni 2018 lalu. Hal ini yang membuat pilkada serentak gelombang ke 3 sebagai batu loncatan bagi partai politik untuk bisa menatap pertarungan sesungguhnya di Pilpres 2019.

    Proses yang telah dilalui pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Lampung juga tidak berbeda jauh dengan perhelatan yang berlangsung di sejumlah provinsi lainya di tanah air. Ada pro dan kontra, bahkan manuver aksi sebagai upaya menentang hasil yang telah ada.

    “Ada banyak kisi-kisi yang bisa menjadi pembelajaran bagi masyarakat khsususnya partai politik. Pilgub sudah selesai. Sudah, jangan panjangkan lagi tali kelambu,” tutur Wakil Ketua Bidang Kaderisasi dan Keanggotaan, DPD I Partai Golkar Provinsi Lampung, H. Riza Mihardi, Minggu (1/7).

    Menurut politisi senior Partai Golkar yang saat ini duduk sebagai Anggota DPRD Provinsi Lampung ini mengatakan, jika di sana-sini dianggap ada kekurangan dan kelemahan sambung Riza, maka hal itu dapat dianggap sebagai konsekuensi dari semua pihak. Ke depan harus diperbaiki dan disempurnakan.

    Pria yang biasa disapa Kyay ini menambahkan, pilkada juga dijadikan momen untuk memanaskan mesin partai dalam menguji kekuatan, dan menguji ketahanan sebagai modal untuk membangun koalisi dan menatap Pilpres 2019. Hal inilah yang membuat pilkada serentak 2018 berasa seperti Pilpres 2019. Atmosfirnya memang sedikit berbeda dengan kancah pilkada sebelumnya.

    “Sebaiknya semua pihak dapat menerima dengan lapang dada dan legawa atas hasilnya. Mengenai adanya temuan yg diduga telah terjadi atau adanya pelanggaran, kita serahkan sepenuhnya kepada pihak berwenang. Sebagai masyarakat, mari kita ciptakan situasi rasa aman, sejuk, dan kembali bekerja sebagaimana aktifitas kita sebelumnya,” pungkasnya. (red)