Tag: Pilpres 2019

  • “Umpat” Prabowo, Bupati Boyolali Dilaporkan ke Bawaslu dan Bareskrim Polri

    “Umpat” Prabowo, Bupati Boyolali Dilaporkan ke Bawaslu dan Bareskrim Polri

    Boyolali (SL) – Advokat Pendukung Prabowo Subiyanto, calon presiden, melaporkan Bupati Boyolali Seno Samodro ke Bawaslu dan  Bareskrim Polri, Senin (5/11).

    Mereka menganggap sebutan yang dilontarkan kader PDI Perjuangan itu terhadap Prabowo sebagai “asu” dianggap tendensius. “Kami akan membuat laporan ke Bareskrim Polri, malam ini, pukul 19.00 WIB terkait pernyataan asu-nya itu,” kata Handi Fajri, anggota Advokat Pendukung Prabowo seperti yang dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Senin (5/10).

    Berbekal dengan video dan pemberitaan di media massa, Handi Fajri dan kawan-kawan ke Bawaslu untuk melaporkan Bupati Boyolali. Perbuatan sang Bupati dinilai sudah merugikan Prabowo-Sandi. “Di sini kan tindakan pemilunya. Di sana (Bareskrim) tindakan pidananya,” pungkas Handi Fajri. (RMOLLPG)

  • Habib Rizieq Jadi Ketua Dewan Pembina Koppasandi

    Habib Rizieq Jadi Ketua Dewan Pembina Koppasandi

    Bandarlampung (SL) – Tokoh Ijtimak Ulama membentuk suatu organisasi untuk memenangkan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019. Organisasi tersebut diberi nama Komando Ulama Pemenangan Prabowo Sandi (Koppasandi).

    “Sebagai implementasi dari amanah Ijtimak Ulama II tersebut telah dibentuk organisasi pemenangan untuk memenangkan Prabowo-Sandi dalam Pilpres 2019 dengan melibatkan seluruh ulama dan tokoh umat yang hadir dalam Ijtimak Ulama I dan II serta para aktivis bela Islam,” jelas  Sekjen Koppasandi, Muhammad Al Khaththath di Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Jln. Kramat Raya, Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (1/11/2018).

    Al Khaththath menambahkan, Koppasandi akan dideklarasikan secara serempak di seluruh provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia yang terpusat di Jakarta. Rencananya, Prabowo-Sandi dan pimpinan partai pendukung juga akan hadir dalam deklarasi tersebut.

    “Deklarasi Koppasandi akan dilakukan insyaallah hari Ahad, 4 November 2018 di Jakarta yang diikuti oleh deklarasi-deklarasi di berbagai provinsi dan kabupaten/kota di seluruh wilayah NKRI,” ujar Al Khaththath.

    Habib Rizieq Shihab yang ditunjuk sebagai Ketua Dewan Pembina Koppasandi akan memberikan sambutan khusus dalam deklarasi Koppasandi. Al Khaththath berharap Koppasandi bisa menjadi mitra Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi.

    “Kami berharap dengan keberadaan dan kiprah Koppasandi ke depan semua komponen umat Islam dari Sabang sampai Merauke bergerak dengan spirit 212 memenangkan Prabowo-Sandi,” tandasnya. (galamedianews)

  • Alasan Cucu Pendiri NU Gabung ke Kubu Prabowo-Sandiaga

    Alasan Cucu Pendiri NU Gabung ke Kubu Prabowo-Sandiaga

    Jakarta (SL) – Irfan Yusuf Hasyim, cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hasyim Asy’ari, mengatakan kondisi Indonesia sudah berbeda dalam empat tahun terakhir era pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Hal itu menjadi alasan Irfan bergabung dan menjadi Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019.

    “Kita seperti tidak di Indonesia lagi, di mana setiap orang masing-masing saling memaki, saling mengejek, saling bertentangan dan itu terbuka secara umum,” tutur pria yang akrab disapa Gus Irfan tersebut di Media Center Prabowo-Sandi, Jalan Sriwijaya, Jakarta, Kamis malam (1/11).

    “Dan ini harusnya bisa diminimalisir oleh pemimpin kita,” lanjutnya.

    Gus Irfan juga mengatakan dirinya menjabat sebagai Ketua Lembaga Perekonomian di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Oleh karena itu, dia mengklaim tahu betul keluhan masyarakat soal ekonomi. Hal lain yang menurutnya Indonesia berbeda dalam empat tahun ke belakang, yakni seputar kondisi ekonomi yang tak kunjung membaik. Menurutnya, banyak masyarakat khususnya di pedesaan terjepit dengan kondisi ekonomi dalam empat tahun terakhir.

    Bukan tanpa alasan. Gus Irfan mengatakan hal itu berdasarkan apa yang dilihat dan didengarnya dari para petani tebu di kampung halamannya.

    “Saya ini tinggal di pedesaan. Saya ini petani tebu juga. Saya tahu bagaimana mereka menangis tebu. Mereka menangis harga gula sekarang. Itu sudah susah,” ucap Gus Irfan.

    “Saya ketemu orang-orang kecil di sana, tahu saya [kondisi] semua,” lanjutnya.

    “Saya di NU, kebetulan menjadi wakil ketua lembaga perekonomi di NU pusat, jadi ya saya tahu persis kondisi kita,” kata Gus Irfan.

    Gus Irfan menganggap Prabowo-Sandi memiliki program yang dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi ekonomi. Tentu dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    Gus Irfan berharap dirinya dapat membantu BPN Prabowo-Sandi dalam mensosialisasikan program-program ekonomi. Khususnya yang berkaitan dengan ekonomi keumatan.

    “Saya kira dengan banyaknya ide-ide dari Bang Sandi bisa kita sinergikan supaya bisa bermanfaat kepada umat,” kata Gus Irfan. (CNNIndonesia)

  • Jelang Pilpres 2019 Pemprov, KPU dan Bawaslu Lampung Dimintai Kesiapan

    Jelang Pilpres 2019 Pemprov, KPU dan Bawaslu Lampung Dimintai Kesiapan

    Bandarlampung (SL) – Komisi II DPR RI meminta kesiapan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung, Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Lampung menyambut Pemilu dan Pilpres 2019.

    “Kita ingin tahu kesiapan KPU dan Bawaslu dalam menghadapi pemilu serentak, karena ini bukan hal sederahana. Begitu pun juga, bagaimana kesiapan Pemprov Lampung untuk mengoordinasikan terhadap kepemilikan KTP Elektronik (KTP-el) sebagai syarat mutlak memilih,” ujar Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Herman Khaeron selaku Ketua TIM Delegasi Kunjungan Komisi II DPR RI ke Provinsi Lampung, di Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi Lampung, Jumat (2/11).

    Herman mengatakan ingin mengetahui bagaimana perkembangannya kepemilikan KTP-el di Kabupaten/Kota.

    “Jadi, hak pilih masyarakat Indonesia ini sangat tergantung oleh KTP-el, jangan sampai kita masuk kepada fase pemungutan suara tetapi hak-hak rakyat yang sesungguhnya harus dijamin oleh negara melalui kepemilikan KTP-el ini tidak dapat diwujudkan,” katanya.

    Tidak hanya itu, Herman menyebutkan kedatangannya ke Lampung juga terkait penanganan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Provinsi Lampung.

    “Komisi II juga membahas terkait PTSL, pemberian sertifikat, dan pembuatan sertifikat yang sampai hari ini, masih belum teradministrasi dengan baik di seluruh Indonesia. Bukan hanya terkait dari kuantitas terhadap PTSL tetapi juga terkait dengan ketersediaan anggaran.

    Bagaimanapun anggaran terbesar untuk pembuatan sertifikat bagi tanah yang masih belum tersertifikat juga disetujui Komisi II,” ujarnya.

    Selain itu, Komisi II menyoroti evaluasi Hak Guna Usaha (HGU) yang sekarang dikelola baik oleh BUMN maupun korporasi swasta. HGU merupakan hak khusus untuk mengusahakan tanah yang bukan miliknya sendiri atas tanah yang dikuasai langsung negara untuk perusahaan pertanian, perikanan, dan peternakan.

    “Sejauh mana nilai manfaat dan pengelolaan, apakah luasannya semakin berkurang atau masih utuh sesuai permohonan dan pemberian izin atau pemberian HGU di awal, ini juga penting bagi Komisi II. Apalagi terkait dengan yang sedang dilakukannya penyusunan rancangan undanga-undang pertanahan yang seluruh tanah di muka Bumi Pertiwi ini harus teradministrasi,” katanya.

    Sementara, mewakili Gubernur Lampung, Plt. Asisten Ekonomi dan Pembangunan, Taufik Hidayat mengatakan Komisi II DPR RI turut akan membahasa implementasi Undang-Undang Pemerintah Daerah, Perda Tata Ruang, Impiementasi Undang-Undang Desa dan, Penerimaan CPNS.

    Lalu, juga akan mengadakan pertemuan dan kunjungan dengan Instansi Vertikal Provinsi Lampung.

    “Kiranya data maupun informasi akurat yang diperoleh melalui kunjungan kerja ini, baik yang menyangkut aspirasi masyarakat maupun dari instansi terkait di lingkungan Pemprov Lampung, dapat dijadikan bahan masukan untuk memperjuangkan daerah dan masyarakat Lampung di forum Nasional,” ujarnya.

    Menanggapi terhadap kepemilikan KTP-el di Provinsi Lampung, Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Provinsi Lampung, Achmad Saefulloh, mengatakan untuk Lampung kepemilikan KTP-el saat ini pada posisi 91 persen.

    “Sembilan persen lagi akan kita kejar dengan beberapa inovasi yang memang kami telah diberikan kebijaksanaan dari Kemendagri,” katanya.

    Inovasi tersebut, disampaikan Achmad yakni Disdukcapil Provinsi Lampung melaksanakan kegaiatan perekaman di kabupaten/kota termasuk melakukan jemput bola (mendatangi) di tempat-tempat keramaian.

    “Dimana mungkin di sana ada aktifitas masyarakat sehingga melakukan perekaman. Sebagai contoh melakukan perekaman KTP-el di Lampung Fair 2018, reaksi masyarakat juga antusias,” ujarnya.

    Selain itu, sambung Achmad, Disdukcapil Provinsi Lampung juga melakukan evaluasi dan pembinaan langsung kepada masyarakat di Kabupaten/Kota.

    “Ada masyarakat sudah tahu terhadap pelaksanaan KTP-el tapi masih tidak dilaksanakan dengan alasan tidak sempat, kami berikan pembinaan,” tandasnya.

    Pada kunjungan Komisi II DPR RI ke Provinsi Lampung turut dihadiri Wakil Ketua MPR RI, Evert Ernest Mangindaan dan sejumlah pendamping mitra kerja Kementerian/Lembaga Komisi II DPR RI. Seperti, Staf Ahli Bidang Administrasi Negara Kemenpan-RB Hendro Witjaksono, Staf Ahli Menteri Bidang Hukum dan Kesatuan Bangsa Kemendagri Didik Suprayitno, dan Staf Ahli Bidang Landreform dan Hak Atas Tanah Rakyat Kementerian ATR/BPN Joko Heriyadi. (Bandarlampungnews)

  • Kapolda Bengkulu Ajak Relawan Prabowo dan Jokowi Bersatu Sukseskan Pilpres 2019

    Kapolda Bengkulu Ajak Relawan Prabowo dan Jokowi Bersatu Sukseskan Pilpres 2019

    Bengkulu (SL) – Kapolda Bengkulu Brigjen Pol Coki Manurung mengundang berbagai elemen masyarakat untuk makan malam di Adem Resto, Selasa (30/10) malam.

    Dalam kesempatan itu hadir relawan Jokowi-Ma’ruf Amin, relawan Prabowo-Sandi, kelompok Cipayung, perwakilan BEM, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan perwakilan media online.

    Usai makan malam, Kapolda membuka diskusi dengan meminta tanggapan dan masukan dari elemen yang hadir terkait cipta kondisi selama proses pilpres dan pileg berlangsung agar aman dan kondusif.

    “Silahkan disampaikan aspirasinya agar pilpres ini aman dan kondusif, sebab Polisi tanpa masyarakat tidak bisa menciptakan situasi kondusif itu sendiri, semua harus berperan,” kata Coki Manurung.

    Salah satu ketua relawan Jokowi, Lenny Jhon Latief meminta Polisi membuka akses khusus agar informasi dilapangan dapat disampaikan up date tanpa melalui birokrasi yang panjang. Dengan demikian, Leny berharap temuan di lapangan cepat mendapat respon dan penanganan dari Kepolisian.

    “Ini masukan untuk Kepolisian, laporan masyarakat harus cepat direspon tanpa melalui laporan resmi, sebab jika harus melapor langsung ke Polda maka tidak efektif dan memakan waktu, kejadian di lapangan harus mendapat respon segera,” kata Leny.

    Kapolda kemudian memberi respon dengan segera memerintahkan jajarannya membuat group Whatsapp khusus mewakili berbagai unsur agar jika ditemukan kejadian di lapangan yang berpotensi konflik dapat segera direspon dan diatasi.

    Sementara relawan Prabowo-Sandi, Agus Suparmin menyampaikan agar Kepolisian menindak tegas siapapun pihak yang melakukan tindakan berpotensi gaduh dan konflik, baik itu dari relawan Prabowo-Sandi, maupun dari relawan Jokowi-Ma’ruf Amin.

    Ajakan Agus kemudian direspon juga oleh salah satu relawan Jokowi dan bersepakat keduanya untuk saling menjaga situasi kondusif selama proses pilpres.

    “NKRI tetap harga mati, siapapun presidennya yang terpilih kita harus mendukung,” tegas Agus Suparmin yang akrab disebut Agus Kisud.

    Diskusi yang diwarnai saling canda itu berlangsung sekitar 1,5 jam. Beberapa poin kesepakatan disampaikan secara lisan antara kedua relawan, diantaranya sepakat untuk sama-sama mencegah gaduh politik dan hal-hal yang berpotensi konflik antar pendukung.

    Kapolda juga berharap isu-isu politik di daerah lain untuk tidak dibawa-bawa ke Bengkulu. Bengkulu menurutnya harus tetap damai dan kondusif dan tidak terpengaruh oleh isu didaerah lain.

    “Ini daerah kita, harus kita jaga, biarkan daerah lain ribut, jangan dibawa-bawa ke Bengkulu yang selama ini sudah aman dan kondusif,” kata Kapolda.

    Disisi lain, Kapolda juga mendukung dan siap menjaga terkait akan hadirnya Ustadz Abdul Somad di Bengkulu pada 5 November 2018 nanti.

    “Polisi akan hadir dan mendukung penuh tabligh akbar Abdul Somad, masyarakat tidak usah khawatir, sebab tabligh akbar akan dihadiri puluhan ribu masyarakat, polisi akan mengawal para jamaah dari berbagai kabupaten di Provinsi Bengkulu,” ungkap Kapolda.

    Selama tabligh akbar berlangsung, Kapolda juga mengimbau semua elemen yang hadir tidak membawa simbol-simbol bendera. Hal itu untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi selama tabligh akbar berlangsung. (Bengkulunews)

  • NU Kampanyekan Jokowi-Ma’ruf, Melanggar Khitthah

    NU Kampanyekan Jokowi-Ma’ruf, Melanggar Khitthah

    Jakarta (SL)-Para dzurriyah muassis (anak cucu pendiri) Nahdlatul Ulama (NU) mulai meradang. Penyebabnya politisasi organisasi NU semakin hari semakin masif. Apalagi ada yang secara terbuka mengkampanyekan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin untuk dipilih dalam Pilpres mendatang.

    Ketua NU Garis Lurus, KH Luthfi Bashori Alwi mengatakan, NU yang ada saat ini telah banyak menyimpang, terutama di tingkat struktural. Mereka secara terang-terangan berdakwah dan menyeru mendukung pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin.

    “Ini sudah melanggar AD/ART NU, apalagi berdakwah menggunakan fasilitas PBNU. Mereka sudah keluar dari khitthah NU,” jawab Luthfi Bashori kepada Nusantara.News, Rabu (24/10/2018).

    Itulah yang melatarbelakangi digelarnya halaqah nahdliyah khitthah di Dalem Kasepuhan, PP Tebuireng, Jombang, Rabu (24/10/2018). Tujuannya, mengembalikan NU pada jalan yang benar. Jalan yang bersih dari kepentingan politik praktis. NU jangan sampai jadi alat untuk merebut kekuasaan seperti yang saat ini terang-terangan dilakukan elite NU di tingkat struktural.

    Hadir dalam halaqah nahdliyah khitthah KH Salahuddin Wahid (Gus Solah) sebagai sohibul bait dan KH Hasib A Wahab Chasbullah (Gus Hasib) dari PP Tambakberas. Hadir juga KH Agus Solachul A’am Wahib Wahab (Gus A’am), Gus Rozaq, KH A Wachid Muin, KH Muhammad Najih Maimoen dari Sarang, KH Abdul Zaini dari Pasuruan dan KH Abdul Hamid dari Lasem.

    Ada pula KH Abdullah Muchid Pendiri IPIM (Ikatan Persaudaraan Imam Masjid Seluruh Indonesia), Prof Dr KH Ahmad Zahro, MA al-Chafidh Ketua IPIM, Drs H Choirul Anam, cucu menantu dari KH Achmad Dahlan (Pendiri Taswirul Afkar Kebondalem, Surabaya), Prof Nasihin Hasan, Prof Aminuddin Kasdi, KH Muhammad Idrus Ramli (Jember), KH Luthfi Bashori Alwi (Malang), Gus Ahmad Muzammil (Yogyakarta), Gus Mukhlas Syarkun, dan lain-lain. Sedikitnya ada sekitar 50 orang dari tokoh-tokoh NU baik kultural maupun struktural.

    Disampaikan juru bicara halaqah, Choirul Anam atau Cak Anam, Rabu (24/10/2018), ada tiga keputusan penting yang diambil dari halaqah nahdliyah khitthah untuk kemudian disampaikan kepada warga NU, termasuk bagaimana menghadapi Pilpres 2019.

    Pertama, anak cucu pendiri NU perlu menegaskan dan mengingatkan kembali, bahwa NU harus berdiri tegak di atas khitthah 1926.

    Kedua, NU tidak ada urusan dengan partai politik mana pun, dan tidak berpihak kepada siapa pun (Capres Cawapres), termasuk dalam Pilpres 2019.

    Ketiga, NU memberikan kebebasan kepada warganya untuk menyalurkan aspirasi politiknya (memilih Capres Cawapres) sesuai hati nurani yang tercantum dalam sembilan butir Pedoman Berpolitik Warga NU.

    Menurut Cak Anam, perlunya kembali ke khitthah NU 1926 dikarenakan sudah banyak pelanggaran yang dilakukan secara terang-terangan atas khittah yang digulirkan pada Muktamar ke-27 NU 1983 di Situbondo. Termasuk bagaimana Pengurus Besar NU (PBNU) yang sudah terperosok ke dalam politik praktis kekuasaan.

    “Ini menjadi pertimbangan dibentuknya Komite Khitthah, dan akan terus berlanjut sampai NU benar-benar kembali ke khitthah 1926 sebagaimana diputuskan para masyayikh terdahulu,” terang Cak Anam.

    Terkait dengan majunya KH Ma’ruf Amin yang merupakan mantan Rais Aam PBNU sebagai Cawapres mendampingi Cawapres Joko Widodo, menurut Cak Anam tidak ada keharusan bagi warga Nahdiyin untuk mendukungnya. Pasalnya, majunya Ma’ruf Amin tersebut merupakan keputusan pribadi bukan keputusan NU.

    “Warga NU perlu tahu, bahwa itu bukan keputusan NU, karena tidak ada sejarahnya Rais Aam PBNU kemudian ‘putar haluan’ melepas baiat untuk menjadi Cawapres,” pungkasnya.

    NU terlibat politik praktis tidak wajib ditaati

    Khitthah NU 1926 selama ini memang menjadi landasan berpikir, bersikap, dan bertindak warga NU yang harus dicerminkan dalam tingkah laku perseorangan maupun organisasi serta dalam setiap pengambilan keputusan.

    Banyaknya pelanggaran di tubuh NU belakangan ini, baik di tingkat struktural maupun kultural, membuat anak cucu pendiri NU menyerukan ke khittah 1926.

    Ketua NU Garis Lurus, KH Luthfi Bashori Alwi  mendukung halaqah nahdliyah khitthah yang telah menyepakati tiga poin. Menurut dia, keputusan tersebut harus benar-benar ditegakkan oleh warga NU. “Kita harus kembali ke khitthah NU 1926, tidak bisa tidak,” jelasnya.

    Luthfi Bashori membeberkan tujuh poin hasil diskusi dengan Komunitas Garis Lurus terkait NU kembali ke khitthah.

    Pertama, sudah banyak pengikut aliran atau paham atau perilaku sesat yang ternyata dilindungi oleh PBNU, seperti kasus Ahok penghina Almaidah-51. Di saat ia mendapat perlawanan dari umat Islam, ternyata hanya PBNU yang membela Ahok. “Di sini kami merasa prihatin,” tegas  Luthfi Bashori.

    Tidak hanya kasus Ahok, PBNU selama ini juga selalu nyinyir kepada masyarakat terutama umat Islam terkait keberadaan aliran sesat liberalisme yang tumbuh subur di kalangan pengurus NU. Seperti keberadaan aliran Syiah di Indonesia. Syiah di era Said Aqil Siradj (SAS) malah mendapat dukungan dukungan dari PBNU.

    Padahal di jaman KH Hasyim Asy’ari (pendiri NU), visi dan misi PBNU adalah memberantas aliran sesat, sedangkan saat ini terkesan menjadi pelindung aliran sesat.

    Kedua, Gerakan NU Khitthah menerbitkan ulang secara resmi tulisan Qonun Asasi NU (Arab & terjemahan), serta Risalah Aswaja karya Mbah Hasyim (Arab & terjemahan) untuk menghindari banyaknya upaya pemalsuan yang dilakukan oleh tangan-tangan liberal. Selama ini mereka sengaja dan berambisi ingin membelokkan dari makna yang sesungguhnya, hingga warga NU menjauh dari ajaran asli para pendiri NU.

    Ketiga, mengajak warga NU agar kembali ke Khitthah Aqidah Aswaja sesuai ajaran para ulama salaf dan tidak tergiur dengan pemikiran-pemikiran baru yang bertentangan dengan ajaran para pendiri NU, di samping berupaya mengembalikan visi dan misi keorganisasian NU kepada Khitthah 1926.

    Keempat, Memohon kepada para ulama sesepuh NU untuk bersedia menata ulang eksistensi Banom NU, seperti aktifitas Banser yang sering menjaga gereja. Pasalnya bukan seperti itu Banser dibentuk.

    Termasuk, kasus terbaru dan menjadi sorotan dunia Islam, anggota Banser membakar bendera berkalimat tauhid hingga umat Islam marah bahkan warga negara Suriah, Presiden Turki Erdogan, dan lain-lain ikut mengecam aksi pembakaran tersebut. Sementara pimpinan Ansor serta beberapa tokoh Struktur NU malah mencari pembenaran atas ulahnya.

    Hal ini membuat masyarakat awam bertanya-tanya, apakah tidak ada sesepuh NU yang berani mengingatkan mereka. NU Seperti dibuat ‘mainan’.

    Kelima, gerakan PKPNU (Pendidikan Kader Pergerakan NU) membuat prihatin, sebab hanya dijadikan sebagai alat liberalisasi dan politisasi pemikiran tokoh/kader muda NU.

    Keenam, hendaklah NU memfasilitasi dan merangkul mayoritas para alumni Timur Tengah (Makkah, Madinah, Yaman, Mesir, Maroko, dan lain-lain) yang  beraqidah dan berpaham masih lurus sesuai ajaran KH Hasyim Asy’ari, karena KH Hasyim Asy’ari juga alumni Timur Tengah yang beraqidah lurus.

    Mereka itu hakikatnya adalah aset NU, namun selama ini tidak diwadahi oleh pengurus NU secara baik dan benar. Karena itu mereka kemudian bergerak sendiri-sendiri, sekalipun mereka itu berasal dari keturunan tokoh-tokoh NU.

    Ketujuh, poin terakhir ini sesuai dengan hasil musyawarah intern para aktifis Komunitas Garis Lurus yang telah bersepakat pada Pilpres 2019 akan mendukung pasangan Prabowo-Sandi.

    Khusus poin terakhirnya ini, Luthfi Bashori menyebut pihaknya tidak melanggar AD/ART NU. Mengapa demikian, karena tidak disampaikan dalam bentuk dakwah dengan menggunakan fasilitas PBNU.

    “Ini adalah uneg-uneg Komunitas Garis Lurus, ide teman-teman soal pemimpin. Tidak mewakili NU. Tidak menggunakan fasilitas PBNU. Saya yang bertanggungjawab. Ini sebagai pembanding dengan yang disampaikan elite NU di struktural. Tidak ada pelanggaran AD/ART,” sindir Luthfi Bashori.

    Harapan Luthfi Bashori, dengan NU kembali ke khitthah, masyarakat kini tidak perlu takut untuk memilih calon yang berbeda.

    “Selama PBNU menganjurkan hal yang salah untuk memilih calon pemimpin, itu sudah melanggar AD/ART. Dan warga NU tidak wajib untuk mentaatinya. Ini juga berlaku bagi PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) agar tidak menyeret-nyeret warga NU ke ranah politik praktis” tegasnya.

    Seruan kembali ke khitthah NU 1926

    Seruan NU kembali ke khitthah sebenarnya pernah muncul pada tahun 1971. Kala itu Ketua Umum PBNU KH Muhammad Dahlan menilai langkah tersebut sebagai sebuah kemunduran secara historis. Pendapat Kiai Muhammad Dahlan itu coba ditengahi oleh Rais Aam KH Abdul Wahab Chasbullah bahwa kembali ke khittah berarti kembali pada semangat perjuangan 1926, saat awal NU didirikan, bukan kembali secara harfiah.

    NU sendiri pada 1952 memutuskan menjadi partai. Hal ini turut mendegradasi peran dan perjuangan luhur organisasi karena fokus lebih ke arah politik praktis. Dalam prosesnya, keputusan menjadi partai juga memicu silang pendapat karena setelah menjadi partai pada 1952 juga banyak dari kalangan kiai yang mengusulkan kembali ke khitthah.

    Namun demikian, seruan kembali ke khitthah tahun 1971 sempat terhenti. Gema seruan kembali muncul pada tahun 1979 ketika diselenggarakan Muktamar  ke-26 NU di Semarang, Jawa Tengah.

    Seperti seruan sebelumnya, usulan untuk kembali menjadi jami’iyah diniyyah ijtima’iyah dalam Muktamar tersebut juga terhenti. Apalagi NU sedang giat-giatnya memperjuangkan aspirasi rakyat dari represi Orde Baru lewat PPP. Namun pada praktiknya, kelompok kritis dari kalangan NU mengalami penggusuran sehingga menurunkan kadar perjuangan dari partai tersebut.

    Dilansir nu.or.id, misi kembali ke khitthah kembali nyaring ketika para ulama berkeliling mengonsolidasikan NU. Bersamaan dengan langkah para kiai tersebut, KH Achmad Siddiq menyusun tulisan komprehensif yang berisi tentang pokok-pokok pikiran tentang pemulihan Khittah NU 1926. Tulisan ini dirembug secara terbatas dengan para ulama sepuh di kediaman KH Masykur di Jakarta.

    Naskah yang ditulis oleh KH Achmad Siddiq itu mendapat sambutan dan penghargaan luar biasa karena menjadi konsep dasar kembali ke khitthah saat diselenggarakannya Munas NU tahun 1983 di Situbondo, Jawa Timur.

    Setahun sebelumnya digelarnya Muktamar ke-27 NU di tempat yang sama, Pesantren Salafiyah Sayafi’iyah Situbondo. Kemudian naskah ini menjadi dokumen resmi Munas sebagai dasar merumuskan Khitthah Nahdliyah.

    KH Achmad Siddiq menegaskan bahwa Khitthah NU tidak dirumuskan berdasarkan teori yang ada, tetapi berdasarkan pengalaman yang sudah berjalan di NU selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Tujuan kembali ke khitthah juga selain mengembalikan organisasi pada rel awal pendirian organisasi, kepentingan bangsa dalam setiap keputusan organisasi juga dijunjung tinggi karena pokok pikiran dalam rumusan khittah memuat unsur keagamaan, sosial-kemasyarakatan, kebangsaan, kepemimpinan ulama, dan keindonesiaan.

    Naskah Khitthah Nahdliyah KH Achmad Siddiq kemudian dioperasionalkan dan merumuskan perangkat kelembagaan yang dilakukan oleh para aktivis NU di antaranya KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus).

    Bersama para aktivis lain macam H Mahbub Djunaidi, Fahmi D. Saifuddin, dan lain-lain, Gus Dur dan Gus Mus juga merumuskan naskah hubungan Islam dengan Pancasila pada momen Munas NU 1983 di Situbondo itu yang bersumber dari pemikiran dan pandangan KH Achmad Siddiq dan para kiai sepuh lain.

    Menurut kesaksian Gus Mus, gagasan kembali ke khitthah 1926 baru bisa diputuskan berkat pikiran-pikiran brilian sekaligus pribadi-pribadi bersih penuh kharisma dari kedua tokoh besar, KH Achmad Siddiq dan Gus Dur.

    Pandangan kebangsaan kedua tokoh tersebut dan didukung oleh para kiai lain sehingga mampu membawa NU ke rel yang sesungguhnya. Bagi NU yang sudah kembali menjadi organisasi sosial keagamaan dan kemasyarakatan ini, politik hanya instrumen mencapai tujuan kemaslahatan bangsa dan negara. Adapun politik yang dipraktikkan NU secara struktural adalah politik kebangsaan, politik keumatan, politik kerakyatan, dan politik yang penuh dengan etika, bukan politik praktis yang berorientasi kekuasaan semata dengan menghalalkan semua cara.

    Kini seruan kembali ke khitthah NU 1926 dimunculkan lagi. Kali ini seruan disampaikan anak cucu pendiri NU yang melihat banyak kepentingan umat telah dibawa melenceng oleh para elite NU menuju politik kekuasaan. (nusantaranews)

  • Perihal Videotron, Bawaslu  DKI Putuskan Jokowi-Ma’ruf Langgar Kampanye

    Perihal Videotron, Bawaslu DKI Putuskan Jokowi-Ma’ruf Langgar Kampanye

    Jakarta (SL) – Bawaslu DKI akhirnya menggelar sidang putusan dugaan pelanggaran kampanye pasangan capres Jokowi Widodo-Ma’ruf Amin, terkait pemasangan iklan kampanye videotron di berbagai titik di Jakarta.
    Hasilnya, Bawaslu DKI memutuskan videtron itu melanggar aturan karena dipasang di tempat-tempat yang dilarang dalam Keputusan KPU Nomor 175 tentang Lokasi Pemasangan Alat Peraga Kampanye di 23 titik.
    “Menerima laporan pelapor untuk sebagian dan menolak selebihnya,” ucap Ketua Majelis Puadi dalam sidang di kantor Bawaslu DKI, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (26/10).
    Sidang putusan penanganan pelanggaran administrasi Pemilu di Kantor Bawaslu DKI Jakarta, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (25/10)
    “Menyatakan pemasangan alat peraga kampenye berupa videotron yang memuat pasangan nomor urut 1 di Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat, Taman Tugu Tani Jakarta Pusat, Jalan Menteng Raya Jakarta Pusat, Jalan Gunung Sahari Jakarta Pusat, berada di tempat yang dilarang sebagai tertuang dalam SK KPU Nomor 175,” paparnya.
    Videotron Jokowi-Ma’ruf Amin di Jl MH Thamrin, Jakarta. (Foto: Dok. Sahroni)
    Lantaran pelanggaran administrasi, tidak ada sanksi yang dijatuhkan untuk pasangan capres-cawapres Jokowi-Ma’ruf. Namun, memerintahkan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi DKI Jakarta untuk menghentikan iklan itu.
    “Serta mengingatkan pemilik videotron untuk tidak menayangkan kembali materi kampanye pemilu di lokasi yang dilarang sesuai SK KPU 175,” pungkasnya.
    Kasus ini bergulir di Bawaslu DKI setelah dilaporkan seorang warga bernama Sahroni. Dia mendapati banyak sekali videtron Jokowi-Ma’ruf di Jakarta. Bersama temannya, dia menyusuri jalan dari Istana sampai Blok M lalu Slipi dan mendapati ada 15 videotron. Sebanyak 8 di antaranya dilaporkan ke Bawaslu DKI disertai bukti.
    “Menurut ketentuan surat keputusan KPU nomor 175 itu ada larangan terhadap pemasangan di 23 titik jalan protokoler dan 4 tempat yang dilarang,” kata Sahroni di kantor Bawaslu DKI, Jakarta Utara, Selasa (16/10).
    Dalam persidangan, KPU menyatakan videotron itu melanggar aturan. Sementara tim Jokowi-Ma’ruf yang hadir sejak sidang pertama, tidak bisa mengikuti jalannya sidang karena tak mengantongi surat kuasa dari Jokowi-Ma’ruf. (Kumparan)
  • Sandiaga Uno Sapa Para Pedagang  di Pasar Salatiga

    Sandiaga Uno Sapa Para Pedagang di Pasar Salatiga

    Salatiga (SL) – Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Sandiaga Salahudin Uno melanjutkan perjalanan menyerap aspirasi di Jawa Tengah. Usai dari Bawen, mantan wakil gubermur DKI ini menyapa para pedagang pasar di Pasar Raya Salatiga, Rabu (24/10/2018).

    Setelah menyapa para pedagang pasar, Sandi naik becak untuk sarapan bersama ratusan para pedagang di sana. Bukannya capek hingga naik becak, tapi karena tukang becaknya mengaku dari pagi belum ada sewa.

    Calon Wakil Presiden 2019, Sandiaga Uno saat menyapa para pedagang pasar di Pasar Raya Salatiga, Rabu (24/10/2018).
    Calon Wakil Presiden 2019, Sandiaga Uno saat menyapa para pedagang pasar
    di Pasar Raya Salatiga, Rabu (24/10/2018).

    “Jadi karena tukang becaknya menawarkan diri mengantar saya ke tempat kumpul warga di pasar ini, ya saya numpang becaknya,” kata Sandi yang naik becak bersama  Walikota Salatiga yang juga ketua DPC Gerindra Yulianto.

    Sesampainya di lokasi temu warga, sudah disiapkan hidangan khas Salatiga Sambal Tumpang dan  Kikil. “Siapa nih yang masak,?” Tanya Sandi. Ibu berbaju merah dengan semangat mengacungkan jari. “Saya yang masak semua pak,” kata Jamilah semangat. Spontan Sandi memberikan untaian melati miliknya kepada Jamilah. Dan ibu sederhana ini berteriak kegirangan.

    Setelah berkeliling, Sandi mengaku semuanya ingin sembako murah, dan banyak orang berkunjung ke pasar tradisional.

    “Jadi saya harapkan disetiap wilayah di Indonesia ada pasar-pasar unggulan, supaya bisa menjadi penggerak ekonomi rakyat,” ucap Sandi.

    “Prabowo-Sandi akan mendorong ekonomi rakyat, mengambil alih kendali ekonomi. Kita akan mengubah cara kita mengelola ekonomi, kita perbaiki cara pengelolaannya sehingga lebih berpihak kepada masyarakat, pada ekonomi akar rumput,” tambahnya.

    Di pasar Sandi  sempat membeli penganan khas Salatiga, gula kacang. “Tapi yang paling enak ya sambel Tumpang dan kikilnya. Ibu Jamilah memang top,” katanya. (2019gantipresiden)

  • Rompi Jeans ala Anak Vespa Jadi Kostum Kubu Prabowo – Sandiaga

    Rompi Jeans ala Anak Vespa Jadi Kostum Kubu Prabowo – Sandiaga

    Jakarta (SL) – Tim Badan Pemenangan Nasional (BPN) kubu Prabowo Subianto – Sandiaga Uno mulai memamerkan kostum baru mereka.

    Seusai konferensi pers tentang dana kampanye Prabowo – Sandiaga sore tadi di rumah pemenangan, Jalan Sriwijaya 1, Jakarta Selatan, Selasa, 23 Oktober 2018, koordinator BPN, Dahnil Anzar Simanjuntak, tampak mengenakan rompi jeans ala kelompok penggemar Vespa.

    Rompi itu masih terlihat gres. Garis lipatannya pun masih tampak jelas. Dahnil baru melucuti rompi tersebut dari plastik pembungkusnya sebelum dikenakan. “Ini nanti mau kami pakai untuk fun racing,” kata Dahnil kepada Tempo di Jakarta, Selasa, 23 Oktober.

    Ide desain rompi itu dari Dahnil. Dahnil mengatakan kerap mengenakan rompi ala anak Vespa saat bertemu dengan Prabowo. Usut punya usut, Prabowo tampak suka. Ia pun meminta Dahnil membuatkannya rompi semacam itu untuk kampanye.

    Rompi ini memiliki beberapa simbol yang melambangkan Koalisi Adil Makmur. Pada bagian depan tampak bendera merah-putih dengan tulisan Indonesia Adil Makmur. Sedangkan di sisi lainnya terpasang emblem angka 02 dengan tulisan Prabowo – Sandi.

    Di bagian belakang rompi, tampak gambar burung garuda, tulisan calon presiden dan wakil presiden, serta angka 02.

    Menurut Dahnil, rompi itu langsung dikenakan Prabowo dan Sandiaga. Mereka pun berfoto bersama Dahnil mengenakan rompi itu. Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said yang ada di rumah Prabowo juga kebagian rompi yang sama.

    Menurut Dahnil, rompi anyar kubu pasangan Calon Presiden Prabowo Subianto dan Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno ini nanti akan diproduksi kembali dan bakal dijual. “Kami jual online nanti,” ujarnya. Tiap item rompibakal dibanderol Rp 250 ribu. (2019gantipresiden)

  • Sandiaga Curhat Sulit Cari Dana untuk Pilpres: Kami Duafa

    Sandiaga Curhat Sulit Cari Dana untuk Pilpres: Kami Duafa

    Jakarta (SL) – Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno mengakui tim kampanye yang tergabung dalam Badan Pemenangan Nasional (BPN) Koalisi Adil Makmur mengalami kendala untuk mengumpulkan dana dalam menghadapi pemilihan presiden 2019.

    Dia menyebut pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga kekurangan ‘3 M’, yakni Money, Media, dan Momentum (3M). Dari ketiga hal itu, diakui Sandi yang paling berat memang soal Money atau uang. Bahkan Sandi menyebut kalau Prabowo-Sandi saat ini bisa disebut sebagai duafa di Pilpres 2019.

    “Kami akui sajalah, enggak usah terlalu (ditutupi) Prabowo-Sandi duafa. Prabowo-Sandi mengalami kesulitan untuk menghimpun dana-dana,” kata Sandi di GOR Bulungan, Jakarta Selatan, Selasa (23/10).

    Sandi mengaku kesulitan meyakinkan para pemodal yang kebanyakan pengusaha untuk memberikan dukungan baik logistik maupun suara. Sandi mengaku selama ini hanya menerima dukungan dari pengusaha Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

    “Tapi Alhamdulillah kami terima dari yang UMKM kecil itu, sedikit-sedikit,” katanya.

    Tak hanya soal uang, soal publikasi atau dukungan media pun diakui Sandi sama duafanya. Di lingkungan Prabowo-Sandi memang tak ada media yang secara terang-terangan mendukung dan mengcover semua kegiatan mereka.

    “Media seperti kita ketahui, ketua tim Erick di sana, sudah gitu banyak pemilik media yang sudah menyatakan preferensi-nya, malah ada media yang sudah tidak pernah meng-cover kita lagi, sudah terbuka saja. Media kita enggak punya, betul itu,” kata Sandi.

    Sandi menyatakan pihaknya kini memanfaatkan jejaring media sosial untuk mengimbangi ketiadaan media yang memberi dukungan kepada Prabowo-Sandi.

    “Ya kami imbangi yang media itu pakai media sosial. Nah media sosial ini yang jadi harapan kami untuk mengimbangi media mainstream,” katanya.

    Meski kalah telak di unsur Money dan Media, Sandi tak berkecil hati. Menurut dia, untuk urusan momentum justru pihaknya yang diuntungkan.

    Selama berkunjung ke beberapa daerah dirinya selalu disambut antusiasme yang luar biasa karena banyak masyarakat kata Sandi yang mengalami himpitan ekonomi dan meminta pertolongan padanya.

    “Kalau momentum justru terbalik. Justru momentum ada di kami. Antusiasme masyarakat yang ngadu ke kami itu karena adanya himpitan yang mereka rasakan,” kata Sandi. (cnnindonesia.com)