Tag: Polda lampung

  • Pengakuan AKBP Budi Asrul Kurniawan Soal Ucapannya

    Pengakuan AKBP Budi Asrul Kurniawan Soal Ucapannya

     

    AKBP Budi Asrul Kurniawan

    Bandarlampung (SL)-Terkait ucapan yang bernada menghina dan melecehkan profesi wartawan, Kapolres Way Kanan, AKBP Budi Asrul Kurniawan diperiksa Propram Polda Lampung, sejak Selasa, 29 Agustus 2017 lalu. Usai diperiksa oleh penyidik Propam, Kapolres Way Kanan, AKBP Budi Asrul Kurniawan, mengaku masih trauma dengan hal tersebut.

    Dia meminta wartawan tidak merekamnya saat meladeni wawancara. Setelah awak media terus berupaya untuk meminta klarifikasinya, akhirnya orang nomor satu di Polres Way Kanan tersebut, mau menerima dan bersedia untuk diwawancarai dan direkam oleh awak media. “Ya benar saya sudah diperiksa tadi oleh Propam. Saya minta diperiksa cepat untuk segera mengklarifikasi walaupun saya pribadi yang diserang. Karena masalah ini membawa nama institusi Polri, saya tidak mau nama Polri rusak

    hanya gara-gara masalah ini,” katanya kepada awak media, Selasa (29/8/2017).

    Menurutnya, apa pun keputusannya jika memang melanggar kode etik dan indispiliner, ia bersedia menerima sanksi yang diberikan. Meskipun ia harus dicopot dari jabatannya sebagai Kapolres Way Kanan. “Apapun hasilnya nanti saya terima, saat ini masih diproses terlebih dulu. Kalau Hasil pemeriksaan, saya tidak mengetahui karena masih diselidiki oleh Propam,” ungkapnya.

    Budi memaparkan mengenai awal ucapannya tersebut kepada media yang ada di lokasi, malam itu pihaknya sedang melakukan uji coba terkait angkutan batu bara yang dilaporkan masyarakat. Sebagai pimpinan, ia bertangungjawab dari keamanan baik jalan atau lainnya. “Makanya kami mengadakan uji coba, apakah benar pengusaha angkutan batubara ini komitmen dengan tonase dan jam pengangkutannya,” katanya.

    Dari uji coba itu, kata Budi, jamnya sudah benar, tapi tonasenya muatan batu bara itu yang masih dilanggar. Maka ujicoba malam itu dihentikan, sebelum dihentikan ada penyetopan oleh warga tepatnya di Simpang Empat KM 9, Negeri Baru, Blambangan Umpu dan deadlock. “Karena sama-sama saling keras antara warga dan pengangkut batu bara, negosiaasi buntu. Maka saya datang ke tempat tersebut,” ucapnya.

    Sampainya dilokasi, ia melihat ada kerumunan massa lalu ia berusaha melakukan untuk berdialog disitu, dan diakuinya ia memang melihat dua rekan wartawan, Dedy Tarnando dan Dian Firasta yang sudah ia kenal baik sebelumnya. “Saya akui memang bicaranya saat itui cukup agak keras, saya juga meminta ke mereka (wartawan) agar jangan direkam dulu. Kenapa, alasannya saya khawatir nanti diplintir lagi seperti sebelumnya,” kata dia.

    Menurutnya, karena nantinya juga, ia akan memberikan statmennya. Apalagi dilokasi saat itu, kondisinya agak gelap dan halk itu disepakati dengan rekan wartawan tersebut. Setelah negoisasi selesai, konflik dilokasi itu teratasi dan warga menerimanya truk pengangkut batu bara lewat.

    Selanjutnya, di tempat itu ia ngobrol biasa saja dengan mereka (wartawan). Mengenai obrolan yang sampaikan agak keras dilokasi itu, memang benar. Tapi mengenai masalah penyebutan “orang lampung” itu tidaklah benar, dirinya hanya bicara “koran lampung”. “Saya tidak menyebutkan orang Lampung ini yang perlu dicatat. Kalau saya menyebut koran Lampung,  saya akui itu benar. Secara pribadi, saya minta maaf kepada rekan wartawan, media dan masyarakat. Saya juga mendatangi kantor IJTI di Way Kanan, meminta maaf mengenai ucapan saya,” katanya. Saat disinggung apakah ada yang telah memlintir perkataannya tersebut, hingga menjadi banyak kecaman terhadap dirinya. Budi mengatakan, ada yakni Hermansyah dan Khadafi yang bilang “Koran” jadi “orang”.

    Budi menuturkan, karena memang trennya sekarang ini, orang itu sudah tidak membaca koran dan Itulah inti awal pembicaraannya dengan kedua wartawan tersebut. Tidak hanya itu saja, lalu pembicaraan itu juga beralih topik ke provesi bahwa Polri juga kalau ada yang jelek satu maka jelek semua. Begitu juga wartawan, kalau jelek satu, maka wartawan dianggap jelek semua. “Sekarang ini, setiap orang sudah bisa jadi wartawan untuk dirinya sendiri dan itulah namanya media sosial (medsos). Nah percakapan itu, kami disepakati untuk tidak direkam atau off the record,” sesalnya.

    Ternyata pada pembicara itu, ada perkataannya yang diduga sengaja dipelintir. Bahkan ada yang Dia kurang terima, anehnya kenapa ada foto-foto istrinya memakai baju bhayangkari yang tidak tahu apa-apa disangkut pautkan. “Ada yang sudah mengedit foto istri saya, lalu ada yang mengunggahnya di media sosial. Pengunggahnya juga harus bertanggungjawab, saya sudah melaporkan hal tersebut ke Polda Lampung,” katanya.

    Budi menegaskan, dirinya siap diperiksa apa pun hasilnya nanti, dan hukum memang harus ditegakkan dan ia pun siap mempertanggungjawabkan hal itu meski saya harus dicopot dari jabatannya sebagai Kapolres. “Sepanjang rel-rel yang memang betul itu saya langgar, saya siap diperiksa makanya saya datang ke Polda untuk mempertanggungjawabkan mengenai hal tersebut,” ujaranya.

    Budi menambahkan, untuk angkutan batu bara, harap menunggu dari hasil keputusan dan kesepakatan bersama. Pihaknya melarang, tidak ada muatan batu bara yang boleh melintas. “Saya tetap bertahan untuk itu, karena masalah angkutan batu bara ini tanggungjawab kami agar tidak terjadi adanya kekacauan (chaos),” katanya. (Juniardi/nt/tl)

     

    Sumber : Teraslampung.com

  • Proyek Diduga Tak Sesuai Spek, Polda Diminta Periksa Dinas PU Pringsewu

    Proyek Diduga Tak Sesuai Spek, Polda Diminta Periksa Dinas PU Pringsewu

    Pringsewu (SL) – Proyek peningkatan jalan di Pekon Enggalrejo Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu, dituding jadi lahan korupsi oleh oknum-oknum di Dinas PU Pasalnya, proyek senilai Rp 1.2 milyar lebih itu dikerjakan tanpa disertai plang proyek serta kondisi seperti Karpet dapat diangkat. Parahnya, pengerjaannya juga dilakukan asal-asalan tanpa memikirkan kualitas. Padahal tujuan awal pembangunan jalan tersebut adalah untuk menunjang perekonomian masyarakat sekitar.

    Di lokasi, pengerjaan proyek tersebut saat ini baru saja selesai dikerjakan dan sudah tidak nampak para pekerja jalan. Dan yang paling mengecewakan, jalan yang baru saja selesai dihotmix saat ini kondisinya sudah mulai retak dan bergelombang, ketebalan aspalnya pun tidak merata.

    Salah satu warga ngatmin mengatakan pengerjaan peningkatan kualitas jalan di pekon enggalrejo ini dimulai dari bulan lalu namun hingga selesai kemarin ia belum pernah melihat plang proyek disekitar lokasi pengerjaan. “Setiah hari saya melintas jalan ini namun belum pernah lihat mas plang proyek, namanya juga orang kampung tidak  terlalu memeperhatikan,” ujar pria paruh baya saat ditemui media ini.

    Kepala pekon Enggalrejo Katelan pun mengungkapkan hal yang senada dengan warganya. “Sampai hari ini pihak rekanan yang mengerjakan proyek jalan penghubung enggalrejo sukoharum ini belum pernah ketemu ataupun menemui saya. Namun pada intinya masyarakat dipekon enggalrejo merasa senang dengan adanya peningkatan jalan, tak perduli apakah kalan ini dekrjakan sesuai atau tidak dengam spek yang ada,” Pungkasnya.

    Pembangunan atau peningkatan jalan penghubung sejatinya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Jika pekerjaanya dilakukan sesuai dengan standar kualitas maka dampaknya bagi perekonomian akan lebih lama bagi masyarakat sebagai penerima manfaat.

    Menyikapi hal tersebut, Lingkar Studi Mahasiswa Lampung melalui Divisi Investasi meminta Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Lampung mengusut dugaan korupsi dari proyek tersebut, setiap tahun terjadi pembangunan Aspal Karpet di Dinas PU Kabupaten Pringsewu. “Kami akan melaporkan secara resmi temuan ini. Karna kuat dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi di Dinas PU Pringsewu. Dan mendesak kepada Bupati Pringsewu copot Jabatan Kepala Dinas pu,” katanya didilangsir kopiinstitute.com.

    Editor : Fersi