Tag: pulo Lasman Simanjuntak

  • Lasman Simanjuntak Angkat Diagnosa Penyakitnya jadi 2 Puisi Menyentuh

    Lasman Simanjuntak Angkat Diagnosa Penyakitnya jadi 2 Puisi Menyentuh

    Jakarta, sinarlampung.co Berbagai pergumulan hidup sering diangkat menjadi sebuah maha karya sastra berupa sajak atau puisi yang dapat menyentuh sampai ke dalam batin dan jiwa raga. Semisal, apa yang dialami Penyair Pulo Lasman Simanjuntak. Kali ini, dia mengangkat sebuah diagnosa penyakit menjadi dua sajak terbaru yang terkait berjudul “Penyair Berjalan Tanpa Kaki Kiri” serta “Sajakku Terkapar Di Telapak Kaki Kiri”.

    Sajak berjudul “Penyair Berjalan Tanpa Kaki Kiri” tersebut merupakan karya Pulo Lasman Simanjuntak yang dirilis pada Selasa, 5 November 2024, di Jakarta. Sedangkan, “Sajakku Terkapar Di Telapak Kaki Kiri” dirilis pada Jumat, 8 November 2024. Dua sajak ini menjadi karya untuk kesekian kalinya yang disajikan Pulo Lasman Simanjuntak.

    Lasman berinisiatif menjadikan cobaan hidupnya itu ke dalam sebuah karya, setelah dirinya menjalani pemeriksaan radiologi dengan hasil didiagnosa penyakit Calcaneus Spur Sinistra atau pengapuran pada telapak kaki kirinya.

    Kondisi ini mengharuskan Lasman menggunakan bahan silikon yang dibalut pada telapak kaki kiri. Selain itu, dia juga rutin mengonsumsi dua obat dari dokter spesialis poli saraf yaitu dexketoprofen trometamol (tablet salut selaput) serta tizanidine hcl (kaku otot/nyeri otot) dari RSUD Pamulang, Kota Tangerang Selatan,

    Meski begitu, Lasman tak putus semangat di tengah penderitaan kesakitan yang terus menerus tanpa kesembuhan. Dia justru menjadikannya sebuah karya luar biasa.

    “Menulis sebuah karya sajak yang diilhami dari sebuah pergulatan hidup teristimewa penyakit memang sering ditulis penyair, cerpenis, atau novelis,” katanya di Jakarta, pada Senin, 11 November 2024.

    Lasman yang juga bergelut dalam dunia jurnalis itu mengatakan bahwa penulisan dua karya sajaknya itu berbeda dengan karya jurnalistik yang menggunakan data dan fakta. “Dua buah karya sajak yang saya tulis ini lebih menekankan kepada bahasa majas, simbolistik, kata batin yang bersayap-sayap, serta sentuhan rohani yang dapat memberikan kekuatan dan penghiburan bagi pembacanya. Apalagi punya penderitaan kesakitan yang sama,” pungkasnya.

    Berikut dua karya sajak baru Penyair Pulo Lasman Simanjuntak yang diangkat dari diagnosa penyakit yang ia derita saat ini.

    1. Penyair Berjalan Tanpa Kaki Kiri

    penyair berjalan tanpa kaki kiri
    menuju poli
    dindingnya saraf-saraf hati
    atapnya terkelupas jadi gunung kapur
    usia yang sering kabur

    sejak pagi tadi
    di lantai pesakitan
    kita mau berdansa
    sebab matahari terbit
    sudah ditebar satu setengah bulan
    siapa mencari luka jatidiri

    penyair berjalan tanpa kaki kiri
    sia-sia baca puisi
    saat terapi
    akan berakhir di ranjang operasi

    lalu dengan nyanyian amarah
    dibakarnya ruang radiasi
    rumah sakit dengan diagnosa mengerikan
    pedih
    perih

    kita harus melarikan diri, pesanmu
    meninggalkan semua catatan medis ini
    antara kecerdasan dan kedegilan
    penyair harus terus berjalan tanpa kaki kiri

    2. Sajakku Terkapar di Telapak Kaki Kiri

    sajakku terkapar di telapak kaki kiri
    sejak kudaki tubuh laut yang kian tua
    tanpa ombak
    tanpa ikan yang berterbangan
    di dermaga sudut kota

    lalu mendarat di seberang pulau
    diasingkan
    di atas mercusuar
    tegak berdiri
    dengan kidung bebatuan hitam
    ditulis ribuan tahun
    jadi keterasingan diri
    menyatu dengan syair-syair
    milik pujangga muncul dari bawah semenanjung tanah melayu

    sajakku terkapar di telapak kaki kiri
    di atas bebukitan dingin membeku
    nyaris ditiup angin musim kemarau
    digelar kemah pembantaian darah domba
    tanpa suara

    usai ibadah dengan doa syafaat
    yang bercampur dengan asap dapur
    kenikmatan hari perhentian
    gempa bumi di negeri sendiri

    diselesaikan dengan baca sepenggal kitab suci nyanyian harmonika tua
    dari sepasang tubuh lelaki
    yang lahir dari rahim permukiman hewan-hewan liar
    mabuk tiap dinihari

    sajakku terkapar di telapak kaki kiri
    membawa satu tekad
    kesembuhan abadi
    masa mendatang
    tanpa pengharapan
    hanya iman
    karang tegar
    tersembunyi
    dalam roh hati

    Sekilas Tentang Penyair Pulo Lasman Simanjutak

    Pulo Lasman Simanjuntak, dilahirkan di Surabaya 20 Juni 1961. Ratusan karya puisinya telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal, dan 35 buku antologi puisi bersama para penyair di seluruh Indonesia.Sejak tahun 1980 s/d tahun 2024 karya puisinya telah dimuat di 23 media cetak (koran, surat kabar mingguan, dan majalah) serta tiga tahun berturut-turut ini karya puisinya telah dipublish (tayang) pada 212 media online (website) dan majalah digital.

    Karya puisinya juga telah dipublikasikan ke mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Republik Demokratik Timor Leste, Bangladesh, dan India.Sering diundang membaca puisi di Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.

    Bekerja sebagai wartawan dan bermukim di Pamulang, Kota Tangerang Selatan.
    Kontak : 08561827332 (WA)
    Medsos :
    Facebook : Bro
    Instagram : Lasman Simanjuntak
    Tik Tok : Lasman Simanjuntak
    Youtube : Lasman TV

    (*)

  • Penyair Pulo Lasman Simanjuntak Baca Puisi ‘Kalah Atau Menang’ Dalam Siaran Live di RRI Pro 1 Frekuensi 91,2 FM

    Penyair Pulo Lasman Simanjuntak Baca Puisi ‘Kalah Atau Menang’ Dalam Siaran Live di RRI Pro 1 Frekuensi 91,2 FM

    Jakarta, sinarlampung.co Penyair Pulo Lasman Simanjuntak baca puisi karya sendiri berjudul “Kalah Atau Menang” dalam siaran langsung di Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) Pro 1 Jakarta yang mengudara pada Frekuensi 91,2 FM, Kamis siang, 18 April 2024.

    Pada paket atau program acara radio “makan siang bersama teman sejawat” di ujung acara wawancara (sekitar satu jam-red) presenter/penyiar RRI Pro 1 Jakarta mengundang Penyair Pulo Lasman Simanjuntak untuk membacakan salah satu karya puisi yang disenanginya yakni berjudul “Kalah Atau Menang”.

    Sajak 

    Pulo Lasman Simanjuntak 

    Kalah atau Menang 

    kita berangkat dari sebuah titik

    makin lama menjelma jadi mata air

    lalu mencium ikan-ikan beracun 

    di danau

    tanpa sayap

    (padahal jarak Yogjakarta dan New York hanya segaris, kepastian-kepastian semu)

    Kristus pernah engkau dengar bukan?

    bermazmur

    sesungguhnya cinta itu

    permainan gila

    para tukang potret amatiran

    hayo..hayo…

    kita berkelahi tanpa badik

    melawan matahari betina itu

    agar sinarnya yang manja

    tak lagi menghamili 

    hewan-hewan langka kegemaranmu

    percayalah,

    sejarah akan tunduk

    atau kita pura-pura jadi malaikat manis

    yang berlari dari kandang sapi

    rindu tidur di kereta angin

    mulailah

    Jakarta, 1983

    Proses Kreatif Menulis Puisi

    Pada wawancara langsung di udara ini, ditanyakan juga secara panjang lebar bagaimana proses kreatif menulis puisi sampai hari ini.

    “Karya puisi saya pertama kali menulis puisi berjudul IBUNDA dimuat di Harian Umum KOMPAS pada Juli 1977. Kemudian sejak tahun 1980 sampai tahun 2024 ini puisi saya telah dimuat di 25 media cetak, dan 183 media online di Indonesia dan Malaysia. Karya puisi saya juga telah dipublikasikan sampai ke Singapura, Brunei Darussalam, Republik Demokratik Timor Leste, Bangladesh dan India,” akuinya.

    Menjawab pertanyaan presenter/penyiar RRI Pro 1 Jakarta mengenai rencana penerbitan buku antologi puisi tunggal ke-8 mengapa diberi judul “Meditasi Batu”, Penyair Pulo Lasman Simanjuntak menjawab dengan latar belakang lahirnya puisi ini.

    “Meditasi memang sering saya lakukan sebelum menulis puisi. Biasanya dengan terlebih dahulu berdoa minta tuntunan Roh Kudus supaya diberikan hikmat, akal budi, dan roh rendah hati agar karya puisi saya bisa diterima masyarakat sastra di Indonesia dan masyarakat sastra di seluruh mancanegara,” ucap penyair yang sering diundang baca puisi di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB. Jassin di Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) Taman Ismail Marzuki (TIM) ini.

    Disinggung lebih jauh tentang perkembangan sastra di Indonesia-terutama juga menyangkut kehidupan ekonomi dan sosial para penyair, Pulo Lasman Simanjuntak sebelumnya mengaku untuk menunjang ekonomi keluarga harus tetap bekerja sebagai wartawan media online.

    “Bagi saya sastra adalah kehidupan batin rohani yang terus menerus menghasilkan karya abadi, aktual dan monumental sampai masa depan pada ujung akhir zaman. Sebuah karya sastra yang akan meninggalkan rekam jejak bagi keturunannya nanti serta generasi penerus kesusasteraan,” kata penyair yang punya motto “menulis puisi memang tak pernah mati” ini.

    “Semoga dengan adanya Presiden Terpilih 2024-2029 dengan pemerintahan baru serta bergulirnya wacana Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, maka geliat karya sastra dapat disejajarkan dengan karya seni budaya lainnya seperti seni lukis atau seni musik. Sehingga kelak kehidupan seorang penyair dapat posisi kelas satu dalam tatanan masyarakat Indonesia seperti penyair di negara Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Vietnam, dan Thailand,” katanya lagi.

    Pada akhir wawancara via telepon-bertemakan makan siang bersama teman sejawat – penyiar dari stasiun radio milik negara ini juga bertanya seputar menu makan favorit Penyair Pulo Lasman Simanjuntak dan keluarga.

    “Saya dan keluarga suka makan siang dengan menu ikan laut, seperti siang ini kami makan ikan kembung bakar. Selain itu juga sering konsumsi ikan tongkol, ikan kue, dan ikan laut lainnya. Saya kurang suka makan daging, karena seusia seperti saya takut ancaman kolestrol tinggi. Lidah saya telah cocok dengan makanan khas Batak, Jawa, dan Manado, tetapi saya tak kuat makanan pedas,” pungkasnya. (***)

  • Penghujung Tahun 2023, Penyair Pulo Lasman Simanjuntak Hadirkan Sajak 3 T

    Penghujung Tahun 2023, Penyair Pulo Lasman Simanjuntak Hadirkan Sajak 3 T

    Jakarta, sinarlampung.co Jelang akhir tahun 2023, Penyair dan Sastrawan Pulo Lasman Simanjuntak (62) akan menutup perjalanan kepenyairannya dengan sejumlah sajak Terbaru, Terbaik, dan Terkini (3 T) yang ditulisnya pada periode Januari-Desember 2023.

    Karya sajak terakhir ditulis pada Minggu 3 Desember 2023 berjudul JANIN REMBULAN yang telah dibedah oleh Prof. Dr. Wahyu Wibowo, Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Nasional (Unas) Jakarta, beberapa waktu lalu.

    Berikut di bawah ini dipublish karya sajak Penyair Pulo Lasman Simanjuntak yang sering diundang membaca puisi di Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) Taman Ismail Marzuki (TIM).

    Janin Rembulan 

     

    Janinnya lahir dari pecahan rahim rembulan

    pada malam mencemaskan

    bahkan darahnya mengalir ganjil

    menyusuri mata air 

    bermuara pada sebuah gua rahasia 

    teramat dalam

    disimpan sekian waktu

    ada jarak keras

    sampai angin dinihari berlalu

    ke sana dimulai titik perzinahan 

    sungguh menjijikkan, katamu

    mengurai dua musim

    menguliti tubuhnya

    tanpa warna obat 

    di meja operasi berbayar

    seperti pendatang asing

    yang mau ziarah sunyi

    di kuburan berbatu-batu

    disinari matahari murtad

    sampai tiba di bumi ini

    tangisan lelaki perkasa

    tanpa airmata kedunguan

    Jakarta, Minggu, 3 Desember 2023

    Menulis Sajak dengan Air Lumpur

     

    Menulis sajak dengan air lumpur

    tubuhku harus turun perlahan

    ke kaki-kaki bumi

    jaraknya dibatasi ribuan paralon

    kadang tak puasa seharian

    menelan perkakas biji besi

    sampai bersekutu

    dengan kegelisahan

    tak mandi matahari

    nyaris tiga tahun

    aku buas memperkosa

    apa saja binatang liar

    yang menyusup dalam air tanah

     

    Menulis sajak dengan air lumpur

    tak kunjung selesai

    sampai bait ketiga

     

    Lalu ku tebar kemarau

    di area persawahan yang berkabut

    baunya sangat membusuk

    racunnya tiba-tiba membentuk

    sebuah ritual yang menyebalkan

    sehingga kulitku gatal dan keruh

    membabi buta siang dan malam

     

    Maka menulis sajak dengan air lumpur

    harus diselesaikan dengan tuntas

    Jakarta, 2023

     

    Pria Tanpa Kelamin

     

    Pria tanpa kelamin

    rajin menyapa 

    hujan sore hari

    sambil tertidur pulas

    menjelma jadi hewan pemalas

     

    Dari atas ranjang tembaga

    ditularkan ribuan kuman

    tumbuh subur

    dalam akar panas bumi

    perlahan dimatikan

    angan-angan terjebak di atas dahan

     

    Setiap pergi pagi buta

    ingin menembus belantara kota jakarta

     

    Hari-hari selanjutnya

    makin mengerikan 

    paru-parunya kini terinfeksi 

    bakteri takut dewa matahari 

    bahkan hatinya 

    hanya mengalahkan dua kali

    semakin gelap 

    ingin pergi ke planet 

    dunia orang mati 

     

    Pria tanpa kelamin

    memiliki sepotong ginjal 

    yang telah membuat bengkak 

    seluruh rumah suci

    tempat orang berdoa 

    mengumpulkan dosa

    masa lalu paling menyakitkan 

     

    Pria tanpa kelamin

    pingsan sejenak 

    lalu bangun lagi

    tabur mawar 

    di tempat tidur penyakit menular

    benar-benar liar 

     

    Apakah masih ada harapan

    karena kemelaratan

    berlanjut untuk waktu yang lama 

    Jakarta, 2023

    Rumah Sakit Bertingkat 

     

    Dari muka tulisan suci

    tubuhnya terus membengkak

    berubah menjadi bangunan

    rumah sakit bertingkat 

     

    Lalu menatap langit sepanjang hari

    yang menelan

    kuman diagnosis penyakit

    menyebarkan

    kesepian berdahak

    dari perawan yang tidak memiliki sperma berkepanjangan

     

    Jam berapa sekarang, tanyanya

    bau infus telah menyebar 

    ke kuburan basah

    air mata merah

    kemarahan

    telah menyebarkan kebohongan 

     

    “Jika kematianku datang, biarlah dibungkus dengan kain kafan tua, karena peti mati itu terlalu mahal untuk dijual di bawah bumi tak berpenghuni,” pesanmu 

     

    Lalu sebelum pulang

    telah melewati ranjang kematian ini

    tepat di bawah perutmu yang berlubang

    disuntikkan ke dalam terowongan berair

    tembus ke liang lahat

    memang mengerikan! 

     

    Jakarta, 2023

     

    Kidung Malam Hari

     

    Ku salin kidung-kidung terluka

    tanpa rebana

    nyanyian mezbah

    makin rebah

    tak berdaya

     

    Matahari terbenam

    dalam dingin

    cuaca kering

     

    Lalu kulihat di matamu

    katarak amarah

    membara

     

    Selalu terbesit

    persungutan berair

    tak juga mencair

     

    Bernyanyilah untukku

    kesunyian apel malam

    mengeja kitab suci

    mari kita bermazmur

    sampai dinihari

     

    Hari-hari sendiri lagi

    malam menjelma

    jadi hujan

    jadi kekelaman

     

    Hanya menghitung bintang-bintang

    sampai langit ketiga

    nada nyanyiannya

    makin sendu

    tersedak

     

    Oi, aku kembali

    jadi batu

    Jakarta, Senin, 25 September 2023

     

    Tangisku untuk Pulau Rempang

     

    Tangisku untuk pulau rempang

    dulu hidup damai dengan bertani, berkebun, dan melaut

    di atas hamparan lahan

    ribuan hektare

     

    Kini terhempas keji

    kejam

    tak bisa dibendung

    senjata dan gas air mata

     

    Tangisku untuk pulau rempang

    mengalir amat deras

    dari wajah ibu dan anak di tanah adat melayu

    tergusur dari hunian yang dibangun di atas hamparan samudera raya

    menjelma jadi pabrik kaca

    tajam dan berdarah

     

    Jeritan kesakitannya

    karena telah kehilangan rumah, masa depan, dan tanah air sendiri

    sampai juga

    ke pintu istana emas dan gudang-gudang persenjataan

    membawa duka kemiskinan

    tipuan triliunan rupiah

     

    Mulut-mulut berapi

    investor omong kosong

    dengan gigi kekerasan

    mengigit rakus matahari

    bahkan mereka hanya mau menawarkan semangkuk sup

    racun tumbuhan

     

    Lihatlah,

    nelayan tak mampu lagi

    berenang dengan kail dan ikan

    sebab lautan telah berubah

    jadi ratusan dajjal

    menyelam liar

    membawa tangisan histeris untuk penduduk pulau rempang

     

    Ini duka kita semua

    berakhir dengan kepiluan

    kesedihan di tanah kuburan kematian yang dipaksakan

     

    Memanjang sampai akhir

    kehidupan kehilangan mata pencaharian

    dalam penderitaan

    ujian iman dan doa syafaat

    harus segera dilayangkan

    sangat keras

    sekeras batu karang

     

    Walaupun berakhir bentrok

    membara

    kaki-kaki yang muntah

    rambut panjang yang pecah

    tak lagi menerbitkan seberkas cahaya

    airmata putus asa

    Jakarta, Kamis, 28 September 2023

     

    Diketahui, Pulo Lasman Simanjuntak, menulis puisi pertama kali berjudul IBUNDA dimuat di Harian Umum KOMPAS pada bln Juli 1977. Setelah itu sejak tahun 1980 sampai tahun 2023 ini berturut-turut karya puisinya dimuat di 25 media cetak (koran, surat kabar mingguan, dan majalah) serta 134 media online (website) dan majalah digital di Indonesia dan Malaysia.

    Karya puisinya juga telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal, dan saat ini tengah persiapan untuk penerbitan buku antologi puisi tunggal ke-8 diberi judul MEDITASI BATU. Selain itu juga puisinya terhimpun dalam 26 buku antologi puisi bersama para penyair seluruh Indonesia.

    Saat ini sebagai Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP), anggota Sastra ASEAN, Dapur Sastra Jakarta (DSJ) Bengkel Deklamasi Jakarta (BDJ) Sastra Nusa Widhita (SNW), Pemuisi Nasional Malaysia, Sastra Sahabat Kita (Sabah, Malaysia), Komunitas Dari Negeri Poci (KDNP), Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI), Kampung Seni Jakarta, Penikmat Seni Budaya, Storia Sastra, Bengkel Narasi, Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, Sastra Reboan dan anggota Sastra Indonesia. Bekerja sebagai wartawan dan rohaniawan, bermukim di Pamulang, Kota Tangerang Selatan. (***)