Tag: Rakernas III SMSI

  • Menteri Kominfo RI Membuka Rakernas III SMSI

    Menteri Kominfo RI Membuka Rakernas III SMSI

    Jakarta (SL) – Menteri Komunikasi Dan Informatika RI, Rudiantara membuka secara resmi Rakernas III Serikat Media Indonesia (SMSI) dengan tema “Indonesia Optimis Menghadapi Revolusi Digital”, yang di gelar di Hotel Sari Pasific, Jl M.H. Thamrin Jakarta, Rabu (25/07).

    Dalam sambutannya, Menkominfo Rudiantara mengungkapkan dinamika yang terjadi di dunia maya sangat cepat, sehingga dibutuhkan informasi yang sampai kemasyarakat bener-benar akurat.

    “Dari informasi yang di sampaikan Dewan Pers sebanyak 43.000 media online yang menggunakan basis internet menyebarluaskan informasi kemasyarakat, jika ini tidak terkontrol akan berbahaya apalagi memasuki tahun politik seperti sekarang ini,” ungkap Rudiantara.

    Lebih lanjut Rudiantara mengungkapkan, Kominfo akan berikan domain gratis kepada 1000 usaha kecil menengah (UKM) yang ingin membuat domain, namun Ruadiantara menyarankan agar domain UKM tidak lagi menggunakan com dan menyarankan untuk menggunakan co.id agar aksesnya mudah.

    “Saya ingin berikan saran kepada media online agar tidak lagi menggunakan domain com, kenapa? Karena jika menggunakan com ketika website atau domain itu di buka maka hostingan akan keluar dulu sementara domainnya di indonesia, yang akses juga kita, lebih baik menggunakan co.id saja,” jelasnya.

    Rudiantara juga berharap agar pers indonesia benar-benar menjadi pilar demokrasi Indonesia. Dalam kesempatan yang sama, Menkominfo Rudiantara juga sekaligus meluncurkan Siber Indonesia Network (SIN), ini merupakan newsroom produk dari SMSI yang diharapkan mampu menghadirkan berita menarik dan akurat dari wilayah nusantara.

    “Semoga perusahaan media online yang termasuk dalam keanggotaan SMSI menjadi pioner dalam pemberantasan berita hoax dan menjadikan Undang-undang Pers Nomor 40 tahun 1999 sebagai pedoman dalam penulisan berita,” harap Rudiantara.

    Sementara itu, Ketua Umum SMSI Pusat Auri Jaya mengungkapkan sebanyak 32 perwakilan pengurus SMSI Daerah provinsi dari seluruh Indonesia hadir dalam mensukseskan Rakernas SMSI III.

    “Sebanyak 320 perusahaan media online telah menjadi anggota SMSI namun tidak semua hadir disini dan sudah di wakili oleh pengurus SMSI dari provinsi masing-masing,” terang Auri Jaya.

    Lebih lanjut Auri Jaya mengungkapkan, walau pengurus SMSI tampilannya tidak milineal tapi semangatnya masih sangat milineal. Auri Jaya juga menggelorakan tema Rakernas Ke-III ini yakni Indonesia Optimis.

    Hadir dalam acara tersebut Dewan Pembina SMSI pusat Chairul Tanjung, wartawan senior,Atal S Depari, Ketua Dewan Kehormatan PWI Ilham Bintang, Plt PWI Pusat Tedjo, Firdaus Sekjen SMSI Pusat dan beberapa deretan wartawan senior di Indonesia. (Red)

  • Ramon Damora Nakhodai Siber Indonesia Network SMSI

    Ramon Damora Nakhodai Siber Indonesia Network SMSI

    Jakarta (SL) – Rapat Kerja Nasional Serikat Media Siber Indonesia (Rakernas SMSI) ke-3 resmi dibuka Menteri Kominfo RI, Rudi Antara, di Hotel Sari Pacific, Jakarta, Rabu (25/7/2018) malam.

    Rakernas yang akan berlangsung selama tiga hari, juga telah melahirkan news room bernama Siber Indonesia Network (SIN).

    SIN merupakan sebuah jaringan yang berfungsi sebagai pengumpul berita-berita daerah berkualitas dari seluruh anggota SMSI se-Indonesia, yang kemudian dapat dikonsumsi oleh member SMSI secara aman.

    “SIN diciptakan dengan tujuan meningkatkan kualitas pemberitaan seluruh media anggota SMSI, nanti ada sedikitnya 2000 berita, foto dan video setiap harinya di SIN” ungkap Ketua Umum SMSI, Auri Jaya.

    Berita-berita yang masuk ke SIN, menurut Auri, merupakan berita berkualitas pilihan dari tiap-tiap daerah se-Indonesia, yang dijamin keakuratannya, kebenarannya dan yang pasti bukan berita hoax.

    Untuk menggawangi news room ini, SMSI telah memilih Ramon Damora sebagai pemimpin redaksinya.

    “Kita percayakan SIN kepada Ramon Damora, beliau ini anak muda yang cerdas, energik dan sudah berkiprah di media-media Jawa Pos Group, dari Riau Pos, Batam Pos, Posmetro Batam dan sekarang di Tanjungpinang Pos,” papar Auri.

    Auri berharap kehadiran SIN menjadi suatu generasi baru dalam dunia infomasi di tanah air, dan memberika manfaat yang besar bagi seluruh rakyat Indonesia.

    Sementara itu, Meneteri Kominfo RI, Rudi Antara menyambut baik Rakernas SMSI dan kehadiran SIN di tengah menjamurnya pertumbuhan media online di Indonesia.

    “Dengan fungsi kontrol yang baik, maka SIN akan menjadi salah satu motor penyebar berita-berita berkualitas yang layak dikonsumsi oleh masyarakat dari satu daerah ke daerah yang lain,” harap Rudi.

    Pada kesempatan itu, Rudi juga mengingatkan seluruh anggota SMSI untuk terus meningkatkan kualitas dan prifesionalisme yang menjunjung tinggi amanat Undang-undang RI, nomor 40 tentang pers.

    “Untuk meningkatkan kualitas, media tentunya harus terverifikasi, personilnya harus menaati kode etik jurnalistik, sebagaimana profesi-profesi lainnya yang juga memiliki kode etik di lingkungannya,” papar Rudi.

    Hadir dalam pembukaan Rakernas SMSI ke-3 ini, Ketua Dewan Penasehat SMSI Chaerul Tanjing yang juga Founder CT Group, Ketua DK PWI Ilham Bintang, sejumlah pengurus PWI Pusat serta tokoh-tokoh per tanah air. (batampro.com)

  • Chairul Tanjung Beri Kuliah Umum Pada Rakernas III SMSI

    Chairul Tanjung Beri Kuliah Umum Pada Rakernas III SMSI

    Jakarta (SL) – Founder CT Corp Chairul Tanjung (CT) memberi kuliah umum tentang perkembangan media pada Rakernas Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) III di Hotel Sari Pan Pacific, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (25/7/2018). Dalam rakernas tersebut, hadir pula Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.

    CT menyinggung soal transformasi media cetak, seperti koran. Dia mengatakan, di era digital, sebuah perusahaan media tidak bisa hanya mengandalkan media cetak.

    “Kita tahu Kompas, Jawa Pos contohnya. Itu kan koran, physically koran. Tapi mereka tahu, mereka nggak bisa survive kalau oplah terus turun, harga kertas naik, iklan berkurang. Ya, mau nggak mau movement. Movement ke mana? Mereka coba bikin dotcom, ada Kompas.com, ada Jawapos.com. Semua koran sekarang bikin dotcom. Ini adalah proses metamorfosisnya,” kata CT saat memberikan pengarahan kepada anggota SMSI.

    Eks Menko Perekonomian itu menuturkan dewasa kini media baik cetak maupun elektronik tak bisa menyajikan berita sesuai kemauan sendiri. Media sekarang harus pintar melihat topik apa yang menarik perhatian para pembaca.

    “Dan kita nggak bisa ngatur orang sekarang. Orang yang ngatur kita. Konsumen yang ngatur kita, bukan kita ngatur konsumen. Eranya sudah beda. Kalau dulu siapa yang punya barang, kita bisa atur orang. Sekarang mereka yang punya power untuk ngatur kita,” terang CT.

    CT melanjutkan, dalam perkembangan media digital, muncul content aggregator. Content aggregator adalah media yang melansir kembali pemberitaan dari media-media lain.

    Content aggregator, kata CT, punya peluang lebih besar untuk mendapatkan iklan. Karena itu, dia tak memberi izin kepada content aggregator untuk mengambil dan melansir kembali berita detikcom.

    “Ini, ada juga yang namanya general media, ada Tribun News, ada Jakarta Post. Itu diambil kontennya oleh yang namanya content aggregator. Dia tinggal ambil saja dari orang-orang, dia kuat, namanya content aggregator. Nah, yang dapat iklan dia. Makanya detikcom saya haramkan itu untuk diambil kontennya sama content aggregator. Jadi ini tren yang terjadi,” jelasnya.

    Tapi ada juga media yang tidak memberitakan apa-apa tapi mengizinkan siapa pun memberitakan lewat media yang dia miliki.

    “Atau yang berikutnya, ada yang punya media tapi nggak punya konten. Dia bilang, ‘eh, semua orang, ya, you boleh ngisi konten di tempat saya, nggak usah bayar’. Jadi, dia cuma punya platformnya. Nah, ini juga jadi tren luar biasa sekarang,” ucap CT.

    CT juga menjelaskan mengenai personalized content. Menurutnya, melalui konten yang tepersonalisasi, media dapat mengetahui topik apa yang sering dibaca orang. (net)

  • Ketua Dewan Pers : Masa Depan Jurnalisme Ada di online, Konvensional Akan Punahetak

    Ketua Dewan Pers : Masa Depan Jurnalisme Ada di online, Konvensional Akan Punahetak

    Jakarta (SL) – Ketua Dewan Pers, Yosef Adi Prasetyo menyebut Indonesia negara paling banyak media. Tercatat 47 ribu media yang didata dewan Pers.

    “Ada 47 ribu media. Kami punya datanya, karena mudahnya membuat media,” kata Stanley sapaan Yosef diacara, Rakernas III Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) ‘Indonesia Optimis Menghadapi Revolusi Digital’, di Jakarta, Kamis 26 Juli 2018.

    Menurut Stanley, rinciannya, ada sekitar 2000 media cetak, 321 yang sudah terverifikasi, 43.300 media online, 674 radio, 523 media televisi. Sedangkan untuk wartawan. “Masa depan jurnalisme ada di online. Media cetak dan televisi mengalami kepunahanan,” ujarnya.

    Ia mengatakan, Dewan Pers mempunyai data sekitar 12 ribu wartawan yang sudah berkompetensi, media online saat ini masih berebut ‘isu’ (berita politik) nasional, padahal kata dia, banyak isu lokal yang lebih baik. “Isu lokal yang konek dengan UKM, perusahaan dan lainnya,” imbuhnya.

    Dengan mengangkat isu-isu lokal dengan sendirinya media online itu dikunjungi pembaca, jika sering dikunjungi pembaca kata dia, maka dengan sendirinya iklan akan banyak yang memasang iklan untuk pemasukan perusahaan.

    Si kesempatan itu, Stanley memaparkan tiga Upaya Dewan Pers yaitu, mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada berita. Kemudian, mengembalikan otoritas kebenaran faktual media arus utama. Dan mengembalikan kepercayaan pada profesi jurnalis.

    “Wartawan itu profesi cerdas, kita itu harus belajar jangan pernah putus, wartawan itu mahasiswa seumur hidup, jika ingin membuat berita harus ada refrensi sumber lain, wartawan harus belajar jangan pernah berhenti. Kita harus bisa menulis karena publik harus tahu. Karena itu hakikat kita (menulis),” kata dia. (red/jun)

  • Rudiantara : Pemerintah Tetap Menjaga UU Pers

    Rudiantara : Pemerintah Tetap Menjaga UU Pers

    Jakarta (SL) – Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) resmi dibuka Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara.

    Pada pembukaan di Hotel Sari Pasifik Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, pada hari Rabu 25 Juli 2018 malam tersebut, SMSI turut meluncurkan Siber Indonesia Network (SIN) sebagai wujud kebersamaan.

    SIN tersebut merupakan wadah para pengelola dan awak media online dapat saling menghimpun berita dalam sebuah wadah yang akan dipimpin oleh Pemimpin Redaksi tersendiri.

    Ketua Umum SMSI, Auri Jaya, mengungkapkan rasa optimisnya atas peluncuran SIN.

    “Kita menciptakan News Room guna menghimpun berita yang nantinya semua berita harus bebas hoaks. Sehingga anggapan miring terhadap pemberitaan media online dapat kita minimalisir,” kata Auri dalam sambutannya.

    Selain itu, Auri menegaskan pihaknya tidak berhenti berinovasi dan harus optimis.

    “Kita harus optimis. SMSI tak pernah menyerah berinovasi. SIN ini nantinya akan dipimpin seorang Pemred yang akan bertanggung jawab terhadap semua berita. Sebagian menganggap ikan-ikan teri, tapi kita banyak dan akan menciptakan paus-paus media yang punya kompetensi,” tegasnya.

    Sementara, Menkominfo Rudiantara, saat berbicara di hadapan Pengurus SMSI dari 31 kabupaten/kota pada Pembukaan Rakernas SMSI 3 tersebut juga menyinggung soal menjamurnya media online yang hampir-hampir tak terbendung.

    “Betapa sulitnya Dewan Pers harus memverifikasi media online saat ini yang berjumlah 40.000 lebih. Sedangkan SMSI saat ini beranggotakan 300 media online, tahap awal cobalah verifikasi yang ini dulu,” tegas Rudiantara.

    Pada sisi lain, Menkominfo juga menyinggung terkait penggunaan domain bagi sebuah media online. “Sekarang masih banyak menggunakan dot.com. Seharusnya kita di Indonesia menggunakan dot.co.dot.id. Kenapa? karena jika sebuah media online menggunakan domain dot.com, ketika kita klik, dia ke luar negeri dulu, sehingga luar negeri dapat dana dari penggunaan domain tersebut,” sebutnya.

    Pada bagian lain, Menkominfo yang didampingi Ketum dan Sekjen SMSI beserta Dewan Penasehat turut meluncurkan terbentuknya Siber Indonesia Network yang digagas SMSI.

    Selain itu, Rudiantara meminta seluruh insan pers menjunjung tinggi etika pers selama menjalankan aktifitas.

    Pemerintah sangat menghargai UU No 40 tentang Pers dan itu ditunjukkan tidak adanya PP maupun Permen atau pun produk hukum turunannya.

    “Kita tidak mengenal adanya Peraturan Pemerintah (PP) atau aturan lainnya dibawah UU Pers ini. Itu tanda kita sangat menghargai UU Pers, jadi insan pers harus menggunakannya dengan baik. Dan tentu karena tidak ada PP atau aturan lainnya, sepenuhnya ini tergantung etika, dalam hal ini kode etik jurnalistik,” pinta Rudi.

    Kode etika itu, tambahnya, merupakan benteng dalam menjalankan usaha dan profesi pers selain UU Pers.

    Jadi soal ketentuan dan aturan semua sudah jelas di UU, sedangkan dalam aplikasinya sangat memerlukan etika.

    Karena itu, kita berharap pers siber juga mengikuti aturan-aturan sesuai UU Pers, termasuk mengenai verifikasi media dan lain-lain.

    “Kalau pers tidak mau menggunakan UU No 40, maka pers akan dikenakan UU lain seperti UU ITE, jadi tolong dijalankan dan terapkan. Termasuk kode etik, karena itu rohnya pers,” tambahnya.

    Sementara itu, Pemred Pewarta.co, Chairum Lubis SH yang hadir sebagai salah seorang delelgasi dari perwakilan SMSI Sumut mengapresiasi Menkominfo, Rudiantara yang telah membuka Rakernas III SMSI.

    Chairum Lubis SH yang juga Ketua Persatuan Wartawan (Pewarta) Polrestabes Medan ini juga berharap Rakernas SMSI III sekses dan melahirkan kebijakan yang mendukung kinerja para jurnalis dan media online yang tergabung dalam SMSI. (Pewarta.co/nt)

  • Pemilik Media Harus Bertanggungjawab Terhadap Kasus Wartawan

    Pemilik Media Harus Bertanggungjawab Terhadap Kasus Wartawan

    Jakarta (SL) – Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo menyampaikan saat ini masih banyak perusahaan pers yang belum memenuhi ketentuan. “Ada banyak media tidak memenuhi ketentuan undang-undang pers dan ketentuan perusahaan pers, ada kasus wartawan terkena kasus hukum. Yang harus bertanggung jawab harus pemilik media, ada yang menyalahkan Dewan Pers. Kebanyakan kasusnya bukan ditangani Dewan Pers, namun ditangani Polisi. Dewan Pers tidak boleh mengintervensi penyidikan, itu melanggar hukum,” kata Yosep saat menjadi narasumber dalam Rapat Kerja Nasional ke III Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) di Hotel Sari Pasifik Jakarta, Kamis (26/7/2018).

    Jika terjadi kasus terhadap wartawan, Yosep menegaskan yang bisa dilakukan Dewan Pers adalah menerima pengaduan dari pemilik media, kemudian koordinasi dan menggunakan dasar Sema Nomor 13 tahun 2008. Yosep mengaku pernah menangani kasus wartawan yang bermula dari tidak dilibatkannya Dewan Pers dalam menangani kasus wartawan.

    Namun kemudian pemilik media mengadu ke Dewan Pers dan utusan Dewan Pers hadir di persidangan sebagai saksi ahli, akhirnya wartawan tersebut bebas.

    “Jadi harus koordinasi yang baik, jangan tiba-tiba membuli Dewan Pers,” tegas Yosep memberikan arahan. (Bengkulutoday.com)

  • Organisasi SMSI Pekerjaan Produk Masa Depan

    Organisasi SMSI Pekerjaan Produk Masa Depan

    Jakarta (SL) – Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Sapta Odang mengatakan organisasi SMSI ini pekerjaan produk masa depan. Artinya, kata Odang, SMSI ini sederhana, namun pekerjaan ini melibatkan sosok wartawan yang membutuhkan teknologi dan tentunya pikiran. Menurut nya, SMSI ini harus memiliki lima filosofi yakni structure, skill, sistem dan speed and target.

    “Organisasi SMSI ini harus menjadi besar dan harus punya speed yang mengukur berapa lama sistem dengan jelas.Jangan seperti organisasi media lainnya yang bisa membuat orang takut.Untuknitulah SMSI ini diharapkan menjadi leader organisasi profesi di Indonesia,” kata Sapta Odang saat acara penutupan Rakernis ke III SMSI di Hotel Sari Pasific, Kamis 26 Juli 2018.
    Odang juga menambahkan, berkumpul para anggota SMSI seluruh Indonesia diharapkan bisa menjadi jurnalis modern dengan kecepatan tangan yang measagge nya bisa sampai dengan cepat ke seluruh Indonesia.

    “Saya utamakan hadir di acara ini karena sistem yang dibangun SMSI ini adalah sistem yang paling mutakhir di dunia,” tegas Odang.

    Odang pun memberi apresiasi kepada Ketua SMSI Auri Jaya dan juga salah satu pengurus Atal Depari. Odang pun mendorong agar kegiatan serupa bisa diadakan di daerah.

    “Biar daerah yang menganggarkan karena ini merupakan siber sistem,” kata Odang sekaligus menutup acara Rakernis ke III SMSI. (red)

  • Perkuat Jejaring Siber SMSI Luncurkan News Room

    Jakarta (SL)-Diskusi 337 pemilik media siber menjelang Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III/Serikat Media Siber Indonesia yang dihelat di Jakarta pada Rabu-Jumat, 25-27 Juli 2018 mendatang melahirkan ide membenuk newsroom, sebagai jejaring siber. Ide Ketua Umum SMSI, Auri Jaya, akan dilunucurkan diacara Rakernas yang diagendakan dibuka Menteri Komunikasi dan Informasi RI, Rudiantara

    Lalu apa itu SMSI News Room? News Room atau dalam bahasa Indonesia disebut Ruang Berita, merupakan tempat bagi jurnalis, baik itu reporter, editor, redaktur, dan produser, beserta dengan staff lainnya bekerja bersama-sama untuk mengumpulkan berita yang selanjutnya dipublikasikan melalui koran atau majalah, atau dipancarkan melalui televisi, kabel, atau radio. Dengan kata lain, alur kerja sebuah media dari mulai pengumpulan berita hingga mempublikasikannya di media massa.

    Dalam perkembangannya, News Room telah berevolusi hingga bentuk keempat yang dikenal dengan News Room Generasi 4.0. Sebelum saya bercerita tentang News Room 4.0, saya ingin memaparkan dulu mengenai News Room generasi 1.0, News Room 2.0, dan News Room 3.0. News Room generasi pertama merupakan alur kerja dengan banyak jurnalis, banyak redaktur, dan banyak media massa. Dalam alur kerja ini, masing-masing jurnalis mengumpulkan berita untuk redaktur dan media massa yang spesifik. Bukan hanya spesifik secara jenis medianya saja, tetapi juga spesifik secara jenis beritanya juga, baik di tingkat jurnalis maupun di tingkat redaktur. Sehingga News Room generasi pertama mensyaratkan banyak sumber daya manusia.

    Sedangkan pada News Room generasi kedua tidak memerlukan banyak jurnalis yang spesifik terhadap media. Jurnalis dituntut mampu membuat berita untuk berbagai media massa. Sedangkan yang bertugas memilah berita dan bekerja spesifik sesuai jenis medianya adalah redaktur.

    Nah pada News Room generasi ketiga strukturnya lebih ramping lagi. Dalam alur kerjanya, tidak hanya jurnalis yang dituntut mampu membuat berita untuk berbagai media massa, tetapi juga sang redaktur. Redaktur dituntut untuk mampu menguasai pengolahan informasi untuk berbagai jenis media massa. Tentu saja, alur kerja ini tidak mensyaratkan banyak sumber daya manusia.

    Sementara untuk News Room generasi keempat atau 4.0 lebih canggih lagi. Selain tidak perlu banyak sumber daya manusia, sang jurnalis juga diberi kewenangan untuk langsung mempublikasikan hasil liputannya. Sedangkan tugas redaktur hanya memantau dan memberi masukan tentang apa yang ditulis sang jurnalis. Selain itu, tugas redaktur fokus memikirkan konsep media berkaitan dengan animo masyarakat terhadap informasi.

    Model News Room generasi keempat juga akan sangat efektif bila ditunjang oleh divisi riset yang mumpuni. Divisi riset ini tugasnya mengumpulkan berbagai data dan fakta yang terjadi di masyarakat. Sumbernya pun bukan hanya dari jurnalis semata, tetapi dari masyarakat, termasuk di dalamnya praktisi, pakar, peneliti, akademisi, hingga pemerintahan.

    Masyarakat didorong untuk menulis dan memasukan kontennya ke dalam Content Management System (CMS) milik media. Dalam jangka panjang, hal ini sangat membantu media untuk menghadirkan konten-konten yang tidak hanya cepat, tetapi juga mendalam dan menyeluruh.

    Pada news room generasi keempat, pengendalian (controling) di redaksi dilakukan dengan dua metode yakni Pre-Treatement dan Post-Treatement. Pengendalian Pre-Treatement menitikberatkan peran redaktur untuk memfilter dan menyunting bahasa dan konten reportase.

    Jadi, semuanya ada di tangan redaktur. Sedang pada Post-Treatment, peran redaktur hanya memberi kritik dan masukan terhadap reportase jurnalis yang telah dipublikasikan di media massa. Dalam Pre-Treatement, kebanyakan jurnalis bergantung kepada redaktur. Terkadang, reportase yang diberikan jurnalis kepada redaktur, tidak ditulis dengan sebaik-baiknya karena jurnalis berpikir bahwa semuanya akan diperbaiki oleh redaktur.

    Sehingga, seringkali kemampuan jurnalis tidak berkembang karena semuanya diserahkan kepada redaktur. Sedangkan dalam Post-Treatement, kemampuan jurnalis dipaksa untuk berkembang. Jurnalis dituntut membuat reportase sebaik-baiknya. Sehingga para jurnalis harus melengkapi dirinya dengan kemampuan berbahasa yang baik, pemahaman etika jurnalistik yang menyeluruh, serta pemaparan konten yang mendalam.

    Tingkat kepercayaan kepada jurnalis dalam news room generasi keempat sudah cukup tinggi. Jurnalis di News Room 4.0 memiliki kemampuan yang baik dalam keredaksian dan apa yang ditulisnya bisa dipertanggung jawabkan kepada publik. Konsep News Room 4.0 ini memang masih relatif baru. Namun, sangat efektif diterapkan pada media yang tidak mampu mempekerjakan banyak orang. Contohnya saja di Selandia Baru.

    Sebuah media massa di sana hanya memiliki 30 orang jurnalis. Namun, media massa ini mampu menghasilkan 1.600 halaman konten dalam seminggu. Sedangkan di Indonesia, media massa koran yang memiliki 500 orang jurnalis, hanya mampu menghasilkan konten 32 halaman per hari atau 224 halaman per minggu.

    Dengan konsep News Room generasi keempat ini pula, manusia tidak lagi dianggap sebagai sumber daya (resources), tetapi telah menjadi investasi. Sehingga ketika menjadi investasi, manusia lebih dihargai lantaran telah menjadi kebutuhan vital sebuah perusahaan. Analisis kebutuhan informasi di masyarakat pun, mudah diketahui bila media massa menggunakan konsep News Room generasi keempat.

    Hal ini bisa dilihat dari kecenderungan konten dari masyarakat yang telah terkumpul di CMS milik media. Dengan kemudahan menganalisis kebutuhan informasi di masyarakat ini, media massa bisa dengan mudahnya membuat media baru yang lebih tematik. Karena bermain di tingkat kebutuhan masyarakat, modal dan iklan pun relatif mudah didapatkan.

    Lalu model news room seperti apa yang akan diluncurkan SMSI? Merujuk diskusi dengan Ketua Umum SMSI Auri Jaya, Didampingi Firdaus Sekretaris Jenderal SMSI untuk sementara SMSI akan meluncurkam news room generasi ketiga. Alasannya, masih minimnya ketersediaan database dan konten yang dimiliki di Indonesia. Terlebih News Room 4.0 membutuhkan data dan konten internet yang terekam dengan baik.

    Namun dalam perkembangannya kedepan, news room SMSI akan menyiapkan divisi riset dan mengelaborasi dalam CMS yang dimilikinya sehingga bermetaformosis menjadi news room 4.0. Meskipun demikian News Room 3.0 yang akan digunakan SMSI akan dapat mengefektifkan sumber daya manusia. Terlebih bagi pemilik media siber sudah tentu akan sangat terbantu dalam peningkatan kualitas konten sesuai segmentasi media siber di daerah.

    SMSI news room bukan menjadi kompetitor para pemilik media siber namun akan bersinergi dan bekerja untuk banyak media. SMSI news room harus bisa memutuskan bahwa sebuah berita memang tepat dan layak dipublikasikan di media tertentu. SMSI news room juga harus memastikan bahwa bahasa yang digunakan cocok untuk segmentasi media anggotanya. Dan ini adalah teroboson yang spektakuler untuk memperkuat jejaring media siber. (rls)