Tag: Revolusi Industri 4.0

  • Perguruan Tinggi Harus Cepat Merespon Perkembangan Zaman

    Perguruan Tinggi Harus Cepat Merespon Perkembangan Zaman

    Bandar Lampung (SL)-Menghadapi era revolusi industri 4.0, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi mengajak perguruan tinggi di Provinsi Lampung melakukan inovasi dan terobosan akademik maupun non akademik.

    Hal itu disampaikan Asisten Ekonomi dan Pembangunan Taufik Hidayat, saat mewakili Gubernur Lampung Arinal Djunaidi pada acara The 5’ International Conference on information Technology and Business (ICITB) 2019, di Hotel Emersia, Rabu (11/12/2019). “Perguruan tinggi harus tanggap merespon perkembangan zaman yang cepat berubah,” ujar Taufik.

    Taufik mengatakan inovasi di bidang akademik di Era Revolusi Industri 4.0 mencakup penemuan model KKN yang pas, teaching industry, dan hybrid learning. Sedangkan non akademik meliputi summer course/school, seminar internasional, pelatihan, smart room, inovasi digital, inovasi pelaksanaan EPT, hingga implementasi program safety management.

    Pemprov terus mendorong seluruh perguruan tinggi melahirkan inovasi-inovasi baru yang bermanfaat bagi negara dan daerah. Taufik menilai bisnis berbasis digital adalah masa depan pembangunan Indonesia, juga Provinsi Lampung. Data statistik membuktikan betapa masifnya kegiatan ekonomi digital Indonesia saat ini.

    “Lampung sudah di fase 3 yang dikenal dengan fase extracting, fase yang sudah terjadi sejak 2010 dan akan terus berlanjut hingga 2025. Proses ini memiliki peran penting dalam proses penggabungan teknologi dengan manusia,” kata dia.

    Untuk itu, Pemprov Lampung mengajak Perguruan Tinggi sebagai salah satu institusi yang banyak memberikan masukan dalam bidang akademik dalam berbagai sektor. (Humas Prov Lampung)

  • Panglima TNI : Kekuatan Militer Salah Satu Unsur Penting di Era Revolusi Industri 4.0

    Panglima TNI : Kekuatan Militer Salah Satu Unsur Penting di Era Revolusi Industri 4.0

    Magelang (SL) – Dalam menghadapi perkembangan tatanan dunia baru yang diwarnai dengan era revolusi industri 4.0, tentunya kekuatan militer menjadi salah satu unsur penting karena permasalahan teknologi telah merubah seluruh tatanan strategi militer maupun Polri. Hal ini merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh para Taruna-Taruni Akademi Militer di masa kini. Hal tersebut dikatakan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, S.I.P. dihadapan para Taruna dan Taruni Tingkat Tiga pada acara makan siang bersama dalam rangka Reuni TNI-Polri Angkatan 1986 di Akademi Militer Magelang (Akmil), Jawa Tengah, Sabtu (15/9/2018).

    Selanjutnya Panglima TNI menyampaikan bahwa kehadiran para Perwira TNI-Polri Angkatan 1986 di Akmil Magelang ini, selain melaksanakan reuni juga ingin berbagi pengetahuan mengenai berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh para Taruna-Taruni di masa mendatang. “Tantangan yang kami hadapi di masa berbakti kami adalah Revolusi Industri 3.0 yang masih berlangsung sampai sekarang,” ujarnya.

    Ditambahkan oleh Marsekal TNI Hadi Tjahjanto bahwa kehadiran Perwira TNI-Polri Angkatan 1986 juga dalam rangka mempersiapkan para Taruna-Taruni untuk menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 termasuk tantangan geopolitik dimasa mendatang. “Hal ini bisa dihadapi apabila para Perwira TNI-Polri terus bersinergi satu dengan yang lain,” tegasnya.

    Di sisi lain, Panglima TNI menyampaikan bahwa  Indonesia termasuk dalam wilayah Indo Pasifik sehingga memiliki peluang dan tantangan untuk menghadapi perubahan geopolitik. Oleh karena itu, Indonesia perlu menjalin kerja sama dengan negara lain baik hubungan bilateral maupun multilateral. “Point yang perlu dibangun Indonesia melalui kegiatan bilateral maupun multilateral,  yaitu sharing informasi dengan negara lain, membangun kapasitas dan kepercayaan dengan negara lain dan membangun interoperabilty kerja sama dengan negara lain,” kata Panglima TNI.

    Reuni TNI-Polri Angkatan 1986 diikuti oleh 414 Perwira terbagi empat angkatan, terdiri dari 165 Perwira Angkatan Darat, 52 Perwira Angkatan Laut, 49 Perwira Angkatan Udara dan 148 Perwira dari Kepolisian. Turut hadir sebagai peserta reuni Angkatan 1986 diantaranya, Kasau Marsekal TNI Yuyu Sutisna, S.E., S.Sos., M.M., Wakasad Letjen TNI Tatang Sulaiman, Staf Khusus Kasal Laksda TNI Tri Wahyudi Sukarno, S.E., M.M., Gubernur Akmil Mayjen TNI Eka Wiharsa, Kakorpolairud Baharkam Polri Irjen Pol. Chairul Noor Alamsyah, S.H., M.H. (Peloporwiratama)

  • Fokus Inovasi BI Berdayakan Ekonomi Syariah dalam Industri Pertanian Digital

    Fokus Inovasi BI Berdayakan Ekonomi Syariah dalam Industri Pertanian Digital

    Bandarlampung (SL) – Pertumbuhan financial technology (fintech) atau teknologi finansial (tekfin) yang mencapai digit 1.705 perusahaan pada 2017, tertinggi di ASEAN serta tertinggi keempat di dunia adalah kabar baik di tengah iklim ekonomi disruptif saat ini.

    Merujuk data nomor seluler aktif di Indonesia hingga mencapai agregat 350 juta nomor lintas operator, dan saat semua orang telah akrab dengan telepon cerdas, kini bukan masanya lagi menggunakannya hanya sebatas untuk komunikasi voice dan komunikasi data belaka, bermedsos ria misalnya, tapi telah menggejala untuk kegunaan yang lebih produktif, berbisnis.

    Maraknya lahir platform aplikasi penjualan daring, e-dagang (e-commerce), yang konsisten tumbuh 1,8 persen per tahun dan penetrasi industrinya mencapai 49 persen, jadi bagian fenomena disrupsi digital dimana Indonesia jadi rupa model negara yang “keduluan” kehadiran tamu bernama Revolusi Industri 4.0.

    Dengan penetrasi supercepat era data raksasa, intelijensia buatan, machine learning, otomasi robotik, dan tergantikannya tenaga manusia dengan sumber daya teknologi digital yang lebih efisien, harus dipandang sebagai peluang.

    Kesuksesan GoJek, misal, dengan valuasi Rp8,7 triliun dan membukukan kontribusi Rp1,7 triliun ke seluruh mitranya pada 2017, mampu membelalakkan mata dunia.

    Sehingga, secara responsif, sebagai instrumen makroprudensial negara, Bank Indonesia (BI) turut berkepentingan berdiri di garda terdepan dengan menggelontorkan program layanan inovatif, UKM Go Digital.

    Demikian disampaikan Kepala Divisi Teknologi Finansial (Kadiv Tekfin) Departemen Kebijakan Dan Pengawasan Sistem Pembayaran (DKSP) Bank Indonesia Susiati Dewi, saat berbicara pada Seminar Digital Solution for Farming Industry, yang diorganisir Bank Indonesia (BI) kantor perwakilan Lampung, di Ballroom Hotel Swiss-bel, Telukbetung, Bandarlampung, Jum’at (3/8/2018), kemarin.

    Membawakan materi inovasi layanan keuangan Syariah dalam peningkatan produktivitas pertanian di era digital, Susiati mampu membius ratusan peserta seminar yang merupakan rangkaian Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Regional Sumatera 2018 itu, dengan paparan komunikatifnya.

    Susiati mengatakan, jika dibandingkan, tetap lebih banyak untung daripada ruginya, atas moncernya pertumbuhan fintech ini. Sebagai pengampu teknologi baru berbasis internet, fintech makin ke sini makin memanjakan end-usernya termasuk petani dan rakyat perdesaan.

    “Kini nasabah bank termasuk nelayan dan petani, lebih banyak punya pilihan transaksi perbankan dan layanan keuangan yang all in, serba digital. Semua serba lebih cepat dan kaya metode, rangkaian transaksinya makin pendek, makin inklusif. Petani, kini bisa langsung connect dengan pemasok pakan, pabrik pupuk, dan pembeli produk,” terang dia.

    “Secara inklusi keuangan, terkait penetrasi ruang lingkup produk dan jasa perbankan termasuk yang berdimensi syariah, kami juga terus memonitor tumbuh kembang akun rekening aktif yang untuk kategori nasabah usia dewasa saja mencapai total 49 persen dari total nasabah,” ujar wanita berhijab ini.

    Susiati menjelaskan, BI juga melakukan sejumlah fasilitasi ihwal digital farming. Mulai pemanfaatan teknologi digital, teknologi drone, melajukan replikasi dan duplikasi pilot percontohan industri tekfin untuk perluasan skala nasabah atau coverage konsumen, dan mempertajam keterpaduan input basis data sebagai sumber daya kebijakan.

    “Guna memperpendek rantai pasok, dalam upaya mempertemukan penjual dan pembeli, BI sudah masuk ke klaster-klaster pertanian. Tetapi kami belum bisa masuk ke skala yang lebih end-to-end,” akunya, di hadapan dua ratusan peserta seminar.

    “Melalui pendekatan syar’i, berbasis enam poin pembiayaan syariah yang telah baku, kami optimis skema bagi hasil khas syariah yang diterapkan dalam pola kolaboratif pertanian digital ini, ke depan akan lebih masif. Misalnya 40 persen untuk investor, 20 persen petani, 20 persen untuk pemilik platform,” imbuh Susiati.

    Ditambahkan dia, kini BI tengah menguji coba pilot percontohan digital farming ini di Jambi, Jawa Barat, dan Kalimantan Barat.

    Bagaimana cara BI mempercepat implementasinya? “Berbasis komunitas, fintech lebih efektif. Mengorganisir petani, mendekatkannya pada fintech, mengajak serta investor masuk, hingga timbul akad karena berbasis syariah, ada imbal hasil dan seterusnya, itu yang kami lakukan,” paparnya.

    “Menjadi bagian optimisme kami, kerja keras membumikan ekonomi digital syariah ini ke depan bakal mampu menyasar 51 persen masyarakat unbanking kita,” harapnya.

    “Kendala tentu ada. Itu tantangan bagi proses pengembangannya, yang harus disulap jadi peluang dan potensi luar biasa bagi upaya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ini kalau kita sepakat, Indonesia bakal jadi the big economy dunia. Indonesia satu juta fintech, kenapa tidak?” pungkasnya, disambut aplaus peserta.

    Bersama Susiati, hadir CEO i-Grow Andreas Senjaya, CEO i-Fishery Gibran Huzaifah, Ketua Umum Yayasan Desapolitan Indonesia (Desindo) Zaidirina, dan CEO Darmajaya Corporation Davit Kurniawan, sebagai narasumber seminar yang dimoderatori doktor agrobisnis Fakultas Pertanian (Faperta) Unila, Hanung Ismono itu. [red/mzl]