Tag: RSUD Abdoel Moeleok

  • DPRD Lampung Bahas Pelayanan RSUD Abdoel Moeloek

    DPRD Lampung Bahas Pelayanan RSUD Abdoel Moeloek

    Bandar Lampung, sinarlampung.co-Komisi V DPRD Provinsi Lampung memanggil manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) untuk Rapat Dengar Pendapat (RDP), Senin 15 Juli 2024. Ketua Komisi V DPRD Provinsi Lampung, Yanuar Irawan mengatakan, pemanggilan ini menindaklanjuti adanya temuan ini seorang TNI yang mengeluhkan pelayanan RSUDAM saat menjaga sang istri untuk melakukan operasi.

    Di mana, keluarga pasien tersebut tak diberikan pelayanan berupa seprai untuk kasur ditempat tidur dengan baik. “Banyak persoalan yang kami bahas dalam rangka perbaikan pelayanan. Karena sebagai rumah sakit kan melayani orang banyak setiap hari,” kata Yanuar yang berharap, RSUDAM segera melakukan perbaikan pelayanan agar tidak ada lagi keluhan masyarakat.

    Dirut RSUDAM Lukman Pura mengakui pelayanan di rumah sakitnya belum maksimal. Untuk itu, pihaknya akan melakukan pembinaan internal usai kembali ditemukannya kasus pelayanan yang dikeluhkan keluarga pasien. “Ya memang kebanyakan masalah itu, sesungguhnya tidak bermasalah medis. Tapi itu fenomena gunung es, sehingga menjadi titik sentral kita untuk diperbaiki,” kata Lukman Pura

    Lukman menjelaskan bahwa persoalan tersebut hanya masalah komunikasi. Tetapi, pihaknya berkomitmen untuk memperbaiki permasalahan ini agar ke depannya pelayanan bisa lebih baik. (Red)

  • Dokter Spesialis RSUD Abdoel Moeloek Mogok?

    Dokter Spesialis RSUD Abdoel Moeloek Mogok?

    Bandar Lampung (SL)-Pelayanan poliklinik bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Muluk (RSUDAM) dihentikan. Pasalnya, berdasarkan no surat 1040/SMF.B/X/2019 perihal tentang pemberhentian pelayanan poliklinik SMF Bedah yang di tujukan kepada direktur utama RSUDAM.

    Para Dokter (RSUDAM) melakukan mogok kerja karena belum dibayarkannya uang jasa medis selama enam bulan terakhir. Walhasil, pelayanan operasi mengalami penghentian sementara. Beredarnya surat yang ditujukan kepada Dirut RSUD dr. Abdul Moeloek tertanggal 5 September 2019, perihal “Pemberhentian Pelayanan Poliklinik SMF Anak”.

    Ada delapan dokter spesialis yang membubuhkan tandatangan dalam surat yang dikirim ke Dirut RSUDAM yaitu; dr. Fedriyansyah, Sp.A, MKes, Dr. dr. Prambudi Rukmono, Sp.A (K), dr. Rogatianus Bagus Pratignyo, MKes, Sp.A (K), dr. Elvi Suryati, Sp.A. Kemudian, dr. Roro Rukmi Wondi Perdani, MKes, Sp.A, dr. Leni Ervina, MKes, Sp.A (K), dr. Riona Sari, MSc, Sp.A dan dr. Laili Indah Kusumawati Noor, Sp.A.

    Surat para dokter spesialis ini disampaikan sebagai tindak lanjut yang pernah dikirim para dokter pada 16 Mei 2019, terkait jasa pelayanan yang belum sesuai. Berdasarkan hasil keputusan rapat SMF anak pada 5 September 2019. Dengan ini kata dokter sebagai dalam surat, terhitung mulai, Jumat 6 September 2019, pelayanan Poliklinik SMF Anak di RSUDAM diberhentikan.

    Menanggapi surat mogok para dokter spesialis, Humas RSUDAM Lampung, Sapri saat dikonfirmasi mengatakan pelayanan tetap berjalan. Ia membantah tidak ada aksi mogok kerja yang dilakukan oleh para dokter spesialis terutama dokter spesialis anak. Disinggung tentang surat dokter tersebut hanya merupakan ancaman, Sapri mengatakan mungkin. Yang jelas sampai saat ini pelayanan di Poliklinik SMF Anak masih berjalan. (red/*)

  • Pertama di Indonesia, RSUD Abdul Moeloek Terapkan BPJS Reservasi On Line

    Pertama di Indonesia, RSUD Abdul Moeloek Terapkan BPJS Reservasi On Line

    Bandarlampung (SL) – Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek (RSUDAM) Bandar Lampung melakukan terobosan dengan menerapkan Reservasi Online support system (ROSS). Dengan sistem ini pendaftaran pasien  bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja pasien tersebut berada.

    ROSS Merupakan solusi untuk memberi ruang yang lebih luas terhadap proses registrasi atau pendaftaran pasien via online  untuk semua jenis pendaftaran pasien, baik pasien baru atau lama dengan pembiayaan pribadi maupun pasien peserta BPJS yang terintegrasi dengan Rumah sakit Tipe C dan BPJS.

    Kepala Sub Bagian Humas RSUDAM Akhmad Sapry mengatakan aplikasi ini diperuntukkan baik bagi pasien umum maupun pasien BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) dan berlaku untuk klinik  rawat jalan.

    Caranya pasien disediakan Media elektronik yang terhubung atau terkoneksi dengan internet. Pasien pribadi atau umum melampirkan KTP  Lama, Kartu Berobat Pasien (No. Rekam Medik)  RSAM,  juga BPJS: Baru / Lama.

    Selain itu dilampirkan Kartu Peserta BPJS Aktif (No. Peserta BPJS), KTP, No. Surat Rujukan Tipe C Pasien Asuransi lainnya. Juga KTP, No Kartu Peserta Asuransi Lama: Kartu Berobat Pasien (No. Rekam Medik) RSAM. “Reservasi Online dapat dilakukan H-3 sampai dengan  H-1 dari rencana pasien akan melakukan kunjungan (berobat). Pasien harus melapor ke  loket reservasi online pukul 07.30 WIB sampai dengan 08:30 WIB pada tanggal berobat yang sudah ditentukan,” kata Akhmad Sapry.

    Sapry juga mengatakan reservasi online merupakan pioneer dalam penerapan Reservasi Online peserta BPJS di Indonesia. Aplikasi ini salah satu bentuk kemajuan dari Sistem Informasi Manajemen  Rumah Sakit (SIMRS) dalam pendaftaran pasien sehingga dapat memudahkan masyarakat Provinsi Lampung dalam  Mengakses Pelayanan Kesehatan di RSUDAM.

    Direktur Utama RSUDAM dr. Hery Djoko Subandriyo,MKM mengatakan ROSS digagas untuk percepatan dan peningkatan mutu pelayanan pendaftaran pasien. Sistem ini bermanfaat untuk menjamin  kepastian pasien mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis keahlian yang diperlukan penanganan lebih lanjut dari pasien tersebut sehingga menjadi bagian penting untuk mencapai RSUD. Dr. H.  Abdul Moeloek Sahabat Masyarakat Menuju Lampung Sehat.

    Dengan adanya Reservasi pendaftaran pasien secara online ini Bapak Gubernur Lampung  M Ridho Ficardo berharap masyarakat yang  dirujuk ke RUSDAM dapat menggunakan aplikasi ini. “Semoga  dengan hadirnya Aplikasi ini kami dapat memberikan pelayanan bagi masyarakat Lampung,” tegas Gubernur Muhammad Ridho Ficardo. (Humas Prov)

  • Buruh Pembangunan Lahan Parkir Ambulan di RSUD Abdoel Moeloek Belum Terima Upah

    Buruh Pembangunan Lahan Parkir Ambulan di RSUD Abdoel Moeloek Belum Terima Upah

    Belum memperoleh hak secara penuh selama sepekan lebih, buruh pembangunan lahan parkir ambulan menyebut pihak Rumah Sakit Umum Abdoel Moeloek (RSUAM) Provinsi Lampung tutup mata atas kesulitan para pekerja kasar tersebut.

    “Upah kami (buruh) selama delapan hari kerja belum dibayarkan. Kalau ditotal sudah mencapai Rp10 juta lebih. Padahal kami butuh sekali uang itu,” ujar Budi, perwakilan buruh bangunan di RSUAM Provinsi Lampung kepadaharianmomentum.com, Selasa (5/6).

    Budi mengatakan, dari 20 pekerja, baru tiga orang yang menerima haknya secara penuh, sementara sisanya hanya diberikan ‘pinjaman’ sebesar Rp100 ribu. Bahkan dua orang lainnya sama sekali tidak menerima upah maupun pinjaman.

    Menurut Budi, pihaknya sudah memprotes langsung baik ke Arisdianto selaku mandor maupun pihak RSUAM. Namun, Budi mengatakan, menurut Arisdianto pihak vendor PT Raja Mandala belum membayarkan upah tersebut. Sementara pihak RSUAM menyatakan sudah melakukan pembayaran secara penuh kepada vendor.

    “Kami dijanjikan vendor akan dilakukan pembayaran hari ini (Selasa, 5/6) pada pukul 10.00 WIB. Tapi kami tunggu-tunggu malah tidak ada yang datang. Pihak RS yang kami temui menjanjikan akan membantu menyelesaikan masalah ini dan berjanji akan menghubungi saya hari ini juga, tapi ya sama saja. Hingga malam pun tidak ada kabar,” jelas Budi.

    Budi mengatakan, proyek pembangunan tersebut sudah dihentikan sejak Selasa pekan lalu. Alasan penghentian tersebut, kata Budi, atas instruksi Aris selaku mandor yang mengatakan proyek dihentikan sampai kekurangan upah tersebut dibayarkan.

    Namun, sejak itu juga Arisdianto tidak dapat dihubungi dan tidak pernah datang ke proyek, ataupun berusaha untuk menyelesaikan permasalahan tersebut kepada para buruh.

    “Kita ga minta lebih, yang penting keringat kita dibayar. Kekurangan upah itu segera diselesaikan karena ini sudah dekat waktu lebaran. Kami juga masih punya keluarga di rumah yang butuh untuk dibiayai,” ungkapnya.

    Saat dikonfirmasi mengenai hal tersebut, Kepala Bagian Humas RSUAM, Akhmad Syafri mengaku tidak mengetahui terkait proyek pembangunan lahan parkir ambulan tersebut. Sejak dilakukan lelang, segala sesuatu terkait hal tersebut sudah diserahkan kepada pihak ketiga selaku penyelenggara proyek.

    “Kita tidak tahu, itu kan dari Pemda yang lelang proyek. Kita tahunya beres saja. Pemenangnya siapa aja saya tidak tahu, jadi saya ga bisa komentar,” kata Syafri.

    Namun, Syafri berjanji untuk berusaha menjembatani permasalahan ini dengan menghubungi pejabat pembuat komitmen (PPK) dari proyek tersebut untuk meminta vendor segera melakukan penyelesaian pembayaran upah buruh. (red)

  • Kasus Saling Lapor Perawat dan Keluarga Pasien RSUDAM Masih Di Proses di Polresta Bandarlampung

    Kasus Saling Lapor Perawat dan Keluarga Pasien RSUDAM Masih Di Proses di Polresta Bandarlampung

    Bandarlampung (SL) – Kasus dugaan pengeroyokan perawat Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moelek (RSUDAM) oleh keluarga pasien masih ditangani Polresta Bandarlampung. Perawat dan keluarga pasien saling lapor dan sama sama mengaku di keroyok.

    Yansori Zaini, yang diduga pelaku pengeroyokan juga melaporkan aksi pemukulan yang dialaminya ke Polresta Bandar Lampung. Warga Korpri Sukarame tersebut melaporkan perawat RSUDAM atas dugaan penganiayaan, Rabu (28/3/2018).

    Menurut Yansori, peristiwa berawal ketika pada Selasa (27/3/2018), pukul 12.00 WIB, Dia mengantar istrinya Hayati berobat ke Instalasai Gawat Darurat (IGD) rumah sakit milik pemerintah tersebut. Saat itu, kata Yansori, pasien ditanya surat rujukan oleh perawat yang menjaga di kasir IGD. Pasien pun menjawab tidak ada rujukan. Namun pihak perawat rumah sakit ngotot meminta rujukan dari puskesmas.

    Yansori pun sudah memohon agar istrinya ditangani. Namun perawat tetap mengabaikannya. Merasa kecewa, Yansori membentak perawat namun perawat rumah sakit juga membalas membentak dirinya. Akibatnya, sambung dia, terjadilah keributan. Menurut Yansori, saat itu semua perawat mengeroyoknya. Bahkan bajunya ditarik dan dicengkeram oleh perawat.

    Melihat ayahnya dikeroyok, anak Yansori bernama Peprima (16) yang masih duduk di bangku kelas 2 SMA menghampiri untuk melerai. “Anak saya yang wanita sempat kena pukulan karena dia melerai saya. Bahkan sekarang dia lagi divisum di Rumah Sakit Bumi Waras. Sedangkan istri saya berobat ke Rumah Sakit Advent,” kata Yansori di Mapolresta Selasa, 27 Maret 2018 lalu.

    Yansori pun menyesalkan sikap para perawat RSUDAM yang dinilainya tidak sopan dalam melayani pasien. “Tidak perlu mereka mengusir kami. Memangnya rumah sakit itu dibangun buat siapa kalau bukan untuk masyarakat,” tandasnya.

    Sementara itu, Ferry, perawat RSUDAM yang juga mengaku dikeroyok empat orang keluarga pasien membuat laporan di Mapolresta Bandar Lampung.

    Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Bandar Lampung Komisaris Harto Agung Cahyono mengatakan, pihaknya telah menerima dua laporan terkait insiden penganiayaan dan pengeroyokan di Rumah Sakit Abdul Moeloek.

    Menurut Harto, laporan pertama disampaikan perawat RSUDAM dengan tuduhan pasal pengeroyokan. Sementara laporan kedua dibuat oleh Yansori Zaini, keluarga pasien, yang melaporkan kasus penganiayaan terhadap dirinya. Harto mengatakan, setelah menerima laporan tersebut pihaknya langsung bergerak.

    Penyidik melakukan penyelidikan dengan mengumpulkan bukti dan meminta keterangan saksi-saksi. Bahkan, polisi telah menyiapkan jeratan hukum untuk pihak yang bersalah. “Untuk Pasal 170 KUHP tentang penggeroyokan ancaman hukumannya 5,5 tahun penjara. Lalu Pasal 351 KUHP soal penganiayaan dengan hukuman maksimal 5 tahun penjara,” jelasnya.(trb/nt/*)

  • Pelayanan RSUDAM Masih “Buruk”

    Pelayanan RSUDAM Masih “Buruk”

    Bandarlampung (SL) – Permasalahan kesehatan di Provinsi Lampung seakan tidak kunjung selesai. Sebelum kematian ibu hamil di Kabupaten Tanggamus karena kurangnya perhatian pemerintah warga pun kerap mendapatkan pelayanan kurang baik di rumah sakit.

    Rahmadi warga Lampung Selatan menilai berobat di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM), administrasinya menyulitkan dan tidak langsung mendapatkan pelayanan.

    “Pelayanan yang diberikan pun sangat lambat, bahkan pasien dibiarkan cukup lama di ruang periksa. Seharusnya kalau sudah diruang periksa pasien langsung ditangani. Ini kan rumah sakit pemerintah. Setiap pasien berhak mendapatkan pelayanan segera,” katanya, Jumat (6/4).

    Jika pemerintahan Gubernur Ridho perduli terhadap masalah kesehatan, permasalahan ini tidak terjadi berulang-ulang. “Ini bukan saya aja. Pasien di luar antre lama karena di ruangan pasien tidak langsung ditangani. Gak tahu kenapa. Ada yang bilang setiap hari seperti ini,” tambahnya.

    Menurutnya untuk memperbaiki pelayanan kesehatan di rumah sakit pemerintah, maka gubernurnya harus punya komitmen untuk mengawal pelayanan kesehatan rakyat.

    “Kalau sudah bertahun-tahun gak ada perubahan, sudah saatnya mencari pemimpin yang baru yang dapat cepat menyelesaikan masalah ini,” ujarnya.

    Hal senada disampaikan oleh, Rahmadi warga Tanggamus yang mengaku kecewa dengan kepemimpinan Ridho-Ficardo karena tidak perduli terhadap rakyat kecil. Menurutnya, di Bandar Lampung saja masyarakat tidak tertangani, apalagi di pedesaan seperti di Kabupaten Tanggamus.

    “Warga Tanggamus selama ini sudah sering menjadi korban pelayanan kesehatan buruk. Ibu hamil meninggal kemarin itu bukan satu-satunya. Rakyat Lampung, sudah sangat mendesak memilik pemimpin baru yang bisa memperbaiki pelayanan kesehatan sampai di desa-desa,” kata dia.

    Sejumlah pelayanan buruk dibidang kesehatan sempat tercatat media massa. Pada 11 Oktober 2017, seorang pasien harus pindah rumah sakit lantaran tidak diberikan pelayanan dan ditelantarkan. Hal ini diungkapkan Muhammad Marwan Supriyadi keluarga pasien atas nama Muhammad Arshaka Arrasidi, warga Sukamaju Kecamatan Sidomulyo Lampung Selatan.

    Anaknya sakit menderita panas tinggi dan diare berlendir. Meski telah dirawat di RSU Bob Bazar, Kalianda selama 5 hari 4 malam, namun belum juga sembuh. Hasil Laboratorium yang diberikan rumah sakit menunjukkan trombosit menurun setiap harinya.

    Karena semakin kuatir maka pasien dipindahkan ke RSUDAM, Bandarlampung dengan harapan mendapatkan penanganan lebih baik. Akan tetapi sesampainya di RSUDAM, Bandarlampung pasien dibiarkan selama dua jam bahkan tidak ada pemeriksaan dari dokter di IGD. Setelah menunggu lama, akhirnya pasien pun memutuskan untuk pindah dan tetap diminta biaya adminsitrasi oleh rumah sakit daerah tersebut.

    Pada 20 September 2017 seorang ibu seorang asal Lampung Utara bernama Delvasari, terpaksa menggendong jenazah bayinya menggunakan angkutan umum, karena tidak diperkenankan mendapatkan pelayanan mobil ambulans dari RSUDAM.

    Pada, 4 Januari 2015, Winda Sari (25), seorang pemulung korban kecelakaan lalu lintas, harus pulang secara paksa dari (RSUDAM). Korban pulang akibat selama seminggu diterlantarkan di rumah sakit milik pemerintah Provinsi Lampung dan menggelandang di Bandar Lampung.

    Bahkan pasien harus pulang menggunakan sebuah gerobak dan sempat dirawat ulang sejak ‘diusir’ pihak RSUAM. Namun akhirnya Winda mengembuskan nafas terakhirnya 21 Januari petang.

    Sebagian permasalahan tersebut menjadi ketakutan masyarakat Lampung untuk berobat di rumah sakit daerah milik Provinsi Lampung.

    “Saya takut jika harus berobat di RSUDAM karena pelayanannya sudah terlalu buruk dan tidak ada pembenahan dari pemerintah setempat. Gubernur kayaknya cuek aja setiap hari ada pasien terlantar dan mati karena pelayanan kesehatan memburuk,” kata Riki warga Kota Bandarlampung. (red).

  • Perawat IGD RSUDAM Diduga Dianiaya Suami Pasien

    Perawat IGD RSUDAM Diduga Dianiaya Suami Pasien

    Ilustrasi Pengeroyokan (Foto/Dok/Net)

    Bandarlampung (SL) – Salah satu perawat di instalasi gawat darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek (RSUDAM), Ferry harus mendapatkan perawatan, setelah mendapatkan penganiayaan oleh 4 orang keluarga pasien.

    Kejadian yang berlangsung pada, Selasa (27/3) siang ini, ditengarai karena keluarga pasien marah saat ditegur oleh perawat agar tidak emosional. “Dari awal datang memang sudah marah-marah. Mereka datang bawa pasien ke gedung IGD lama, padahal gedung itu masih dalam rangka perbaikan, keluarga korban langsung marah,” ucap Kepala ruang IGD RSUDAM, Kriston Riyadi, saat ditemui redaksi Netizenku.com (27/3).

    Kriston menceritakan, saat keluarga korban mendaftarkan pasien juga dalam keadaan sangat emosional. “Pendaftaran tetap kita proses, meski pasien tidak dapat menunjukkan identitas. Ketika pasien sedang dilakukan pengecekan awal, tensi dan lain-lain, suami dari pasien ribut dan marah-marah. Akhirnya perawat kami menegurnya, agar tidak emosi lagi. Namun teguran itu tidak diterima oleh YS. Dia mencengkram kerah baju F dan memukulnya, melihat kejadian tersebut, 3 orang keluarga pasien lainnya ikut menganiaya Ferry,” jelas Kriston.

    Atas kejadian tersebut, Ferry menempuh jalur hukum dan melaporkan YS kepada pihak kepolisian.

    Terpisah, Kabag Humas RSUDAM, Akhmad Sapri mengatakan, pihak rumah sakit telah melayani dengan sebaik mungkin terhadap pasien. “Kita semua tahu, bahwa ruang IGD untuk pasien gawat darurat, ini pasien seharusnya masuk ruang poli, karena tidak gawat darurat, hanya terdapat benjolan di anus. Tapi tetap kita layani dengan baik,” paparnya.

    Saat ditanya soal jalurbhukum yang ditempuh, Sapri mengatakan, pihaknya akan terus melanjutkan permasalahan ini lewat jalur hukum. “Hari ini perawat kita dipukul dan dianiaya, kita tidak mau kejadian seperti ini terulang lagi, karena ini bukan lagi bicara persoalan individu, tapi bicara soal instansi. Kami tidak ingin penyelesaian dgn kekerasan,” tegasnya.

     

  • Perawat RSUDAM Bersikap Arogan Kepada Pasien?

    Perawat RSUDAM Bersikap Arogan Kepada Pasien?

    Ilustrasi Pengaduan ke Polisi (Foto/Dok/Net)

    Bandarlampung (SL) – Kembali terjadi sikap arogan perawat Rumah Sakit Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) Bandarlampung, perawat melakukan pemukulan terhadap pasien yang hendak berobat, korban bernama Yansori (50) dan Istri Hayati (47) tinggal di Kopri Bandarlampung,

    Kronologisnya berawal pada pukul 12.00 WIB,  Selasa (27/3/2018) Yansori ingin mengantar berobat istrinya, saat di UGD pasien ditanya surat rujukan oleh perawat yang menjaga di kasir UGD, pasien mengatakan tidak ada rujukan mas, saya langsung membawa istri saya kesini, namun pihak rumah sakit meminta harus ada rujukan dari Pukesmas, “kata Yansori kepada rilislampung.id saat ditemui di Mapolresta Bandarlampung, Selasa (27/3/2018)

    Yansori menjelaskan kedatangan saya kesini untuk berobat mas, tolong ditangani istri saya, namun tetap saja perawat Rumah sakit mengabaikan pasien, dengan kesal Yansori membentak perawat, perawat Rumah sakit juga membentak mau Bapak apa?, terjadilah keributan semua perawat mengeroyok pasien, Baju Yansori ditarik dan di cakram oleh perawat, melihat Bapaknya ribut, anak Yansori bernama Peprima (16) Wanita yang masih duduk di bangku sekolah kelas 2 SMA menghampiri untuk melerai, tapi Peprima kenah pukulan. “saat ini Peprima dipisum di Rumah Sakit Bumi Waras, sedangkan istri berobat ke Rumah Sakit Adven.

    Yansori melaporkan kejadian ini kekapolresta Bandarlampung. Sementara Humas RSUDAM Akmad Sapri membenarkan adanya keributan di ruang UGD RSUDAM, antara pasien dan perawat kami yang bernama Ferry,

    Sapri mengatakan kejadian tersebut berawal karena pasien marah-marah dengan perawat kita (Ferry) dirumah sakit, padahal pasien sudah mau kita rawat dan akan dimasukin diruang UGD, tapi tiba-tiba pasien marah-marah, saya tidak tau penyebab pasien marah-marah.

    Lanjut Sapri, saat ini kejadian ini kita bawa ke jalur hukum, karena perawat kami Ferry merasa tidak terima dengan kejadian ini, “iya kita tunggu saja keputusan dari pihak kepolisian,” tutur Sapri

  • Polresta Jaga Ketat Proses Tes Para Calon di RS Abdoel Moeloek

    Polresta Jaga Ketat Proses Tes Para Calon di RS Abdoel Moeloek

    Apel pasukan Pam Polresta Bandarlampung, dipimpin Kapolresta Kombes Pol Murbani

    Bandarlampung (SL) -Proses tes kesehatan para bakal calon kepala daerah yang mengikutib Pesta demokrasi lima tahunan, di RSUD Abdoel Moeloek,  di jaga ketat aparat Polresta Bandarlampung,  dari berbagai satuan.  Polresta bahkan membuka Pos Pengamanan di areal rumah sakit.

    “Selain menjadi tanggung jawab keamanan,  dan atensi pimpin Polri,  bahwa kita harus menjamin dan memberikan rasa aman serta meminimalisir hal hal yang tidak diinginkan,  karena musim politik itu dinamis,  melibatkan banyak kelompok, ” kata Kapolresta Kombes Pol Murbani,  yang ikut memimpin Pam,  setiap tahapan Pilkada itu.
    Menurut Murbani,  pengamanan melibatkan semua satuan,  dan diterjunkan untuk menjaga keamanan mulai kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), lokasi para kandidat melakukan tahapan, selama 24 jam penuh selama proses seleksi tahapan ini. “Diluar tugas Pam wajib,  setiap tahapan kita lakukan pengamanan, mulai pendaftaran,  tes Lainnya, hingga penetapan, dan pelaksanaan Pilgub, khusus kita di wilayah Bandarlampung, tentubdi bacup Polda, ” katanya.
    Dalam pengamanan jelang hingga pelaksanaan,  seluruh personel yang terlibat mulai sekarang sudah dapat menyesuaikan pengamanan terhadap kegiatan para Bakal Calon pemimpin Lampung ini agar tidak terganggu.
    “Semoga pesta demokrasi ini dapat berjalan lancar, aman dan kondusif. Jangan pernah ada anarkis. Ajang pesta demokrasi bukan lantas membuat perpecahan antar warga yang berbeda dukungan. Inilah waktunya menunjukkan bahwa orang-orang Lampung Itu mempunyai persatuan yang kuat, saling menghargai serta menghormati dan berintelektual,” katanya.  (nt/*/jun)
  • Belum Bayar, Pasien Miskin Bersalin “Tertahan”  di Abdoel Moloek

    Belum Bayar, Pasien Miskin Bersalin “Tertahan” di Abdoel Moloek

    Indarti bersama bayinya di RSUD AM

    Bandarlampung (SL)-Pasien melahirkan  “tertahan” di RSUD Abdul Moeloek Bandarlampung, Karena belum mampu melunasi biaya persalinan. Total biaya yang harus dilunasi hingga sore ini sudah mencapai RP10 an juta lebih, padahal awalnya hanya RP7 juta, untuk biaya perawatan ibu dan anak. Dia dirawat sejak Jumat lalu.

    Indarti (39), warga Kelurahan Gapura, Kecamatan Kotabumi, Lampung Utara (Lampura) adalah pasien yang mendadak masuk ruang bersalin di RSUAM. Saat itu, DIA dan suaminya sedang mengunjungi kerabatnya di salah satu RS swasta di Bandarlampung.

    “Saya sudah mau pulang dihari Minggu, tapi belum boleh karena belum bayar. Sementara jaminan berharga juga tidak ada. BPJS karena baru jadi belum berlaku,” kata Indarti, yang mengaku hampir sepekan di sana, dan otomatis terus bertambah.

    Indarti dan suaminya Herik, sudah minta keringanan, dan berjanji akan melunasi dengan cara mencicil, karena keterbatasan ekonomi. “Kami mau dibawa ke RSUD Abdoel Moeloek, kan RS pemerintah pasti lebih murah ” katanya.

    Menurut Indarti, alasan RSUDAM menahan dia dan bayinya karena tidak dapat melunasi pembiayaan selama proses persalinan hingga saat ini. “Sebenarnya, saya sudah ingin pulang dari hari Minggu kemarin. Tapi pihak rumah sakit tidak mengizinkan. Alasannya karena kami belum melunasi bayaran,” kata Indarti kepada wartawan, Kamis (09/11/2017).

    Indarti menambahkan, hingga kini biaya perawatan dirumah sakit terus membengkak hingga hampir Rp9 juta. “Kalau saya pulang dari hari Minggu lalu, pasti gak semahal ini. Sekarang sudah sembilan juta, besok mungkin sudah sepuluh ” katanya  menahan linang air mata.

    Nota yang harus dilunasi pasien

    Dia mengatakan, bukannya tidak ingin membayar, tetapi Indarti dan Herik mengharapkan keringanan dari pihak rumah sakit. “Kita mau bayar, tapi sekarang saya cuma ada dana Rp1 juta. Maksud saya, sisanya saya cicil,” katanya.

    Namun, pihak rumah sakit tidak bisa mengeluarkan begitu saja tanpa jaminan minimal berupa surat-surat berharga. “Saya tidak punya surat berharga. Rumah masih mengontrak. Pekerjaan saya dan suami saya hanya pedagang emperan,” ungkapnya.

    Indarti kini masih dirawat di Ruang Delima Kelas I C RSUDAM Provinsi Lampung.  Dia mulai masuk pada Jumat (03/11) lalu, sekitar pukul 01.00 WIB dini hari.

    Pasien mengaku tidak tahu menahu tentang ruangan kelas I yang ia tempati saat ini. “Waktu itu yang ngurus masuk sini ayuk saya. Dan katanya sementara, karena kelas tiga penuh,” ujarnya.

    Proses kelahiran Indarti tersebut tidak diduga-duga. Karena perkiraannya pasien ini akan lahiran tanggal 15 November ini. “Tahu-tahu saya kontraksi dan langsung dibawa ke Rumah Sakit,” katanya. (mat/nt/jun)