Tag: Semarang

  • Viral Tak Terima Disuruh Pakai Masker Penjaga Malam SD Tampar Perawat Klinik

    Viral Tak Terima Disuruh Pakai Masker Penjaga Malam SD Tampar Perawat Klinik

    Semarang (SL)-Diduga tidak terima diingatkan petugas perawat untuk menggunakan masker, seorang petugas Satuan Keamanan (Satpam), Bd (43), warga Kemijen, Semarang Timur, menampar HM (30), perawat di Klinik Pratama Dwi Puspita, Kota Semarang, Kamis 9 April 2020 sekitar pukul 09.00 WIB lalu.

    Tidak hanya menampar HM,  pelaku juga sempat mengancam akan membunuhnya. Akibat kejadian itu, korban mengaku trauma dan kepalanya juga masih pusing. Korban, kemudian melapor ke Polsek Semarang Timur. Polisi kemudian menangkap pelaku di kediamannya, Sabtu 11 April 2020) sekitar pukul 20.15 WIB.

    Kepada Polisi korban menceritakan, kejadian berawal saat dirinya sedang melayani antrean pendaftaran seorang pria yang hendak memeriksakan anaknya di klinik tempatnya bekerja. Saat itu, dirinya mencoba mengingatkan peraturan pemakaian masker. Ternyata B tidak terima dan menolak peraturan tersebut. Tiba-tiba B pun marah-marah dan menampar dirinya.

    “Waktu itu bapak itu mau periksain anaknya ke klinik. Sesuai antrean kita panggil dan minta nomor antrean sama kartu BPJS. Lalu kita ingetin kalau periksa wajib pakai masker ya, soalnya dokternya enggak mau periksa kalau enggak pakai masker. Habis itu dia marah-marah dan enggak terima,” kata HM, Minggu 12 April 2020.

    Selain ditampar, kata HM, dirinya juga sempat diancam akan dibunuh pelaku dengan kata katan akaan memegal kepalanya. Karena keselamatan dirinya terancam, HM pun lantas melaporkan tindakan penganiayaan yang dilakukan oleh B ke Polsek Semarang Timur.

    “Habis marah-marah, dia mengancam awas kalau ketemu di jalan tak bunuh tak penggal lehernya. Habis itu dokternya keluar menjelaskan peraturan di sini harus pakai masker. Dia tak terima karena kita bilang mau lapor polisi. Akhirnya dia pergi dan enggak jadi periksa,” katanya.

    Kasat Reskrim Polrestabes Semarang AKBP Asep Mauludin mengatakan, saat datang ke klinik, B tak mengenakan masker. Kemudian, perawat tersebut mengingatkan agar pria itu menggunakan masker saat berobat. Namun, B tak terima dengan usulan itu lalu memukul HM. “Karena tidak terima, kemudian terlapor B melakukan pemukulan. Setelah kejadian, korban melapor di Polsek Semarang timur,” kata Asep, saat konferensi pers di Kantor Polrestabes Semarang, Minggu.

    Tersangka yang sehari-hari bekerja sebagai penjaga malam di SD Islam Sultan Agung 4 Kota Semarang itu mengaku menyesal melakukan tindakan pemukulan terhadap perawat tersebut. Kepada polisi, pelaku ia mengakui melampiaskan kekesalannya tersebut lantaran disuruh memakai masker.

    Padahal, saat itu ia memohon agar anaknya yang sakit diperiksa terlebih dahulu. “Saat itu saya bingung sebab saya akan memeriksakan anak yang sedang sakit panas dan batuk, tapi disuruh pakai masker,” katanya saat dihadirkan dalam konferensi pers di Kantor Polrestabes Semarang.

    Atas perbuatannya, B pun menyatakan permintaan maaf karena melakukan perbuatan itu. Dia mengaku sangat menyesal atas perbuatannya. “Saya cuma menggetok wajah perawat itu, bukan melakukan penganiayaan,” katanya. (nt/red)

  • Ganjar Pranowo Jadi Anggota Kehormatan PWI

    Ganjar Pranowo Jadi Anggota Kehormatan PWI

    Semarang (SL) – Persatuan Wartawan Indonesia akan menganugerahi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo status Anggota Kehormatan PWI karena dinilai konsisten memihak pada kebebasan pers.

    Ketua Bidang Organisasi PWI Pusat Sasongko Tedjo dalam keterangan pers yang diterima di Semarang, Senin, mengatakan anugerah kepada Ganjar Pranowo diputuskan melalui Rapat Pleno PWI Pusat pada 12 September 2018.

    Ganjar Pranowo bakal menjadi Anggota Kehormatan ke-39 yang menerima status tersebut dari PWI. Penganugerahan Anggota Kehormatan akan diberikan Ketua Umum PWI Pusat Margiono pada jamuan makan malam peserta Kongres XXIV PWI di Bali Kota Surakarta, Kamis (27/9). Kongres PWI di Solo dijadwalkan akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo pada 28 September 2018.

    Sasongko Tedjo yang pernah memimpin PWI Jateng selama dua periode ini menegaskan anugerah Anggota Kehormatan PWI hanya diberikan kepada tokoh yang telah memberi kontribusi besar bagi perkembangan pers nasional, khususnya kepada PWI.

    “Sosok Ganjar Pranowo layak untuk menerima anugerah tersebut. Di mata PWI, Pak Ganjar termasuk pemimpin atau pejabat yang konsisten memihak kepada kebebasan pers dan peduli terhadap kualitas SDM wartawan. Ini merupakan kontribusi luar biasa sekaligus fakta yang tidak terbantahkan sehingga dalam rapat pleno semuanya bulat mendukung penganugerahan tersebut,” katanya.

    Sasongko Tedjo menyatakan sejak PWI lahir pada 9 Februari 1946 di Surakarta, baru 39 tokoh yang menerima anugerah anggota kehormatan, termasuk Ganjar Pranowo. Hal tersebut membuktikan ketat dan selektifnya PWI Pusat dalam memberikan anugerah tersebut yang diatur dalam PD PRT PWI.

    Rencananya, dalam penganugerahan anggota kehormatan tersebut ditandai dengan pemakaian jas PWI warna biru dongker oleh Ketum PWI Pusat Margiono kepada Ganjar Pranowo sekaligus penyerahan kartu anggota kehormatan yang dikeluarkan oleh PWI Pusat. (ant/net/jun)

  • Dosen Unissula Kenalkan Metode Tasawuf Untuk Tingkatkan Kesehatan Reproduksi Remaja

    Dosen Unissula Kenalkan Metode Tasawuf Untuk Tingkatkan Kesehatan Reproduksi Remaja

    Semarang (SL) – Dosen Kebidanan Fakultas Kedokteran dan Fakultas Agama Islam Unissula mengadakan pengabdian masyarakat di SMP Islam Nudia dan SMP Kesatrian 2 Semarang. Mereka yang terdiri dari Noveri Aisyaroh SSiT MKes Sarjuni SAg MHum, dan Sri Wahyuni SST MKeb melakukan pengabdian masyarakat bertema kesehatan reproduksi remaja melalui peer educator dengan metode tasawuf.

    Menurut ketua tim, Noveri tujuan pengabdian masyarakat untuk meningkatkan kesehatan reproduksi remaja secara utuh yaitu sehat tidak semata-mata secara fisik bebas dari penyakit atau kecacatan tetapi juga sehat secara mental serta sosial kultural.

    Hal itu dilatar belakangi fenomena masa remaja merupakan periode transisi dari masa anak menuju ke dewasa, masa ini ditandai dengan percepatan perkembangan fisik tubuh, mental, emosional, psikososial, kognitif, dan perilaku.

    Remaja seringkali dianggap sebagai periode kehidupan yang paling sehat. Namun, sebenarnya remaja perlu mendapat perhatian serius karena mereka berisiko mengalami bukan saja berbagai masalah kesehatan, remaja juga sering bermasalah dengan perilaku berisiko karena kurangnya pengalaman dan pengetahuan, sehingga mereka masih perlu dibimbing oleh orang tua.

    Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan remaja, ada banyak hal yang bisa dilakukan di sekolah untuk memulai perbaikan remaja. “Kegiatan PKM ini meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja, berperilaku hidup bersih dan sehat, pemeriksaan Hb bagi siswa putri, pembentukan peer educator serta mengoptimalkan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dengan metode tasawuf, yaitu pendekatan yang menekankan pada dimensi esoteris ajaran Islam yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah sampai mendapatkan posisi yang sedekat-dekatnya” ungkap Noveri.

    Kegiatan yang disokong Program Kemitraan Masyarakat (PKM) 2018 dengan dukungan dana hibah Kemenristekdikti tersebut berlangsung 7 Maret- 2 Mei 2018. (rel)

  • Presiden: Fungsi Parpol Bukan Hanya Rekruitmen Politik

    Presiden: Fungsi Parpol Bukan Hanya Rekruitmen Politik

    Semarang (SL) – Kehadiran organisasi dan penggerak partai politik (parpol) di daerah merupakan hal yang sangat penting. Sebab fungsi parpol bukan hanya rekruitmen politik, fungsi parpol bukan hanya pemilihan anggota legislatif maupun eksekutif.

    Hal tersebut disampaikan oleh Presiden Joko Widodo dalam sambutannya saat menghadiri peringatan Hari Lahir ke-45 tahun Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Balairung University Training Centre (UTC), Kota Semarang, Sabtu, 14 April 2018.

    “Fungsi parpol, antara lain juga mencakup fungsi komunikasi politik, berkomunikasi dengan masyarakat, mengartikulasikan kepentingan masyarakat serta fungsi sosialisasi politik. Mensosialisasikan nilai-nilai politik yang mulia, nilai-nilai politik yang penuh dengan etika, dan penuh keadaban politik kepada masyarakat,” kata Presiden.

    Sebagai partai politik berbasis Islam yang sudah berusia 45 tahun, Presiden meyakini PPP sudah berkontribusi signifikan dalam membangun keadaban politik di Indonesia. Selain menjadi penampung aspirasi umat Islam, PPP juga menjaga politik Indonesia menjadi politik yang santun, politik yang beradab dan menjunjung tinggi norma agama dan etika sosial kita.

    “Saya meyakini kiprah pemimpin dan kader PPP bisa menjadi teladan masyarakat dalam berpolitik. Menjauhi dan memerangi berita bohong, hoaks, terus menumbuhkan optimisme di tengah masyarakat dan selalu memupuk kerukunan dan kesatuan di seluruh Tanah Air,” lanjut Presiden.

    Pada awal sambutannya, Presiden tak lupa mengucapkan selamat hari lahir kepada PPP. Presiden pun menyakini organisasi dan konsolidasi PPP sudah sangat kuat.

    “Saya ingin menyampaikan selamat hari lahir ke-45 Partai Persatuan Pembangunan, semoga senantiasa memperoleh ridho dari Allah SWT, memperoleh kemudahan dan kesuksesan dalam Pilkada tahun ini, dan memperoleh kesuksesan di Pemilu Legislatif tahun 2019,” ujarnya.

    Presiden juga mengapresiasi acara hari lahir PPP yang dirangkai dengan Musyawarah Nasional Alim Ulama ini. Menurutnya ini merupakan langkah yang bagus bagi keadaban politik Indonesia.

    “Saya juga mengapresiasi tema acara PPP kali ini yaitu Bersatu Membangun Indonesia,” ujarnya.

    Dalam penutup sambutannya, Presiden pun mengajak PPP untuk tetap optimis dalam membangun negara sebesar Indonesia. Selain itu juga untuk mewujudkan cita-cita bersama yaitu untuk mencapai negara yang adil dan makmur, negara besar yang kuat ekonominya.

    “Kita harus optimis, bahwa cobaan itu ada, ya, bahwa rintangan itu ada, ya. Kita carikan solusi. Tidak ada bangsa yang menjadi besar, menjadi kuat ekonominya, rakyatnya malas-malasan. Enggak ada rumusnya seperti itu. Semuanya pasti harus dilakukan dengan kerja keras, dengan usaha dan ikhtiar dan juga berdoa kepada Allah SWT,” ujar Kepala Negara.

    Semarang, 14 April 2018
    Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden

    Bey Machmudin

  • Santri Jawa Tengah Siap Membuat Konten Menghadapi Kampanye Hitam, Hoax Dan Politisasi Agama

    Santri Jawa Tengah Siap Membuat Konten Menghadapi Kampanye Hitam, Hoax Dan Politisasi Agama

    Diskusi Bertajuk “Gotong-Royong Mencegah Kampanye Hitam dan Politisasi SARA Pada Pilkada Serentak 2018”. Kegiatan ini Diselenggarakan di Pondok Pesantren Edi Mancoro, Jl. Imam Bonjol Km. 04, Gedangan, Tuntang, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (20/3/18)

    Semarang (SL) – Untuk menang setiap kandidat dalam Pilkada serentak pada 27 Juni 2018 nanti memiliki tim media sosial. Namun jangan sampai keinginan untuk menang tersebut mengorbankan keutuhan NKRI dengan membuat dan menyebarkan konten hoax, kampanye hitam dan melakukan penyalahgunaan isu SARA.

    Hal itu disampaikan KH. Muhammad Hanif, Pengasuh Pondok Pesantren Edi Mancoro, Semarang dalam diskusi bertajuk “Gotong-Royong Mencegah Kampanye Hitam dan Politisasi SARA Pada Pilkada Serentak 2018”. Kegiatan ini diselenggarakan di Pondok Pesantren Edi Mancoro, Jl. Imam Bonjol Km. 04, Gedangan, Tuntang, Semarang, Jawa Tengah, Selasa sore, 20 Maret 2018.

    103 santri mahasiwa yang mengikuti kegiatan literasi media ini mendapatkan materi dari beberapa narasumber, yaitu: 1) Kiai Haji Muhammad Hanif, S.Sos., M.Hum (Pengasuh Pondok Pesantren Edi Mancoro), 2) Nining Susanti, S.Sos.I (Koord Divisi Pencegahan dan Hub Antar-lembaga Panwas Kota Semarang), 3) Prof. Dr. phil. Asfa Widianto (Pakar Pemikiran Islam dari IAIN Salatiga), 4) Hariqo Wibawa Satria, M.Si (Direktur Eksekutif Komunikonten). Kegiatan terselenggara atas kerjasama The Mahfud Ridwan Institute dan Komunikonten (Institut Media Sosial dan Diplomasi).

    KH. Muhammad Hanif dalam paparannya mengatakan kejujuran membawa kepada kebaikan, sementara dusta membawa kepada kejahatan. Islam sudah memberikan tips jitu menghadapi berita-berita yang dibawa oleh orang fasik, yaitu dengan tabayyun atau konfirmasi ke berbagai sumber, cek dan ricek, memeriksa dengan teliti. Sebab, jika kita tidak memeriksanya dengan teliti atau langsung menyebarkannya, maka kita akan menyesal karena dampak buruknya sangat luas.

    “Dengan segala kerendahan hati, kami mengajak semua pihak agar tidak membuat dan memproduksi konten-konten yang merusak ukhuwah Islamiyah, keutuhan NKRI. Di Ponpes Edi Mancoro, meskipun belum banyak para santri sudah mulai memproduksi konten-konten, dan akan terus kita budayakan,” jelas KH. Muhammad Hanif yang juga merupakan putra dari almarhum KH. Mahfud Ridwan.

    Sementara itu, Prof. Dr. phil. Asfa Widianto, kandidat Guru Besar Pemikiran Islam di IAIN Salatiga dalam presentasinya menjelaskan, seringkali kita mendapatkan orang yang rajin ibadah, namun di media sosial dan di grup percakapan online juga menyebarkan hoax, melakukan politisasi agama. Di sinilah perlu kesalehan individu harus disertai dengan dengan kesalehan sosial atau kesalehan sebagai warga negara. Kesadaran bahwa hoax, kampanye hitam, politisasi agama bisa merusak bangunan NKRI juga merupakan sebuah kesalehan.

    “Orang cenderung memusuhi apa yang tidak diketahuinya, munculnya konten-konten yang menghina SARA juga disebabkan kurangnya pengetahuan tentang keberagaman, meskipun keberagaman tersebut kita alami dan rasakan setiap waktu. Karena itu, para santri jangan pernah berhenti membaca, menulis, berdiskusi, hanya dengan banyak membaca kita dapat memproduksi konten-konten yang benar dan bermanfaat,” jelas Asfa Widianto yang mendapatkan gelar Doktornya dari University of Bonn, Jerman ini.

    Narasumber lainnya, Nining Susanti, S.Sos.I, Koord Divisi Pencegahan dan Hub Antar-lembaga Panwas Kota Semarang dalam presentasinya menjelaskan bahwa salah satu tolak ukur keberhasilan pengawasan Pemilu adalah tingginya partisipasi masyarakat untuk ikut mengawasi  setiap tahapan kampanye.

    “Kami berterima kasih kepada The Mahfud Ridwan Insitute dan Komunikonten yang telah memfasilitasi kegiatan ini. Tanpa partisipasi aktif masyarakat, utamanya para Santri maka sulit melakukan pengawasan terhadap Pilkada serentak secara menyeluruh, dengan gotong-royong kita yakin Pilkada serentak 2018 akan bebas dari hoax, kampanye hitam dan politisasi SARA,” ujar Nining Susanti. (rls/jun)

  • Bangsa Lain Sudah Memaksimalkan Medsos untuk Kepentingan Nasional

    Bangsa Lain Sudah Memaksimalkan Medsos untuk Kepentingan Nasional

    Diskusi Bertajuk “Gotong-Royong Mencegah Kampanye Hitam dan Politisasi SARA Pada Pilkada Serentak 2018”. Kegiatan ini Diselenggarakan di Pondok Pesantren Edi Mancoro, Jl. Imam Bonjol Km. 04, Gedangan, Tuntang, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (20/3/18)

    Semarang (SL) – Sementara itu, pengamat media sosial dari Komunikonten, Hariqo Wibawa Satria menjelaskan bahwa bangsa lain sudah memaksimalkan media sosial untuk kepentingan nasionalnya dengan efektif. Lihatlah Korea Selatan, Amerika, Inggris, Turki, India, dan China. Kita jangan sampai tertinggal, jangan sampai media sosial kita gunakan untuk saling memfitnah, dan melakukan penyalahgunaan isu SARA. Kapan kita akan maju jika trend ini diteruskan, bangsa lain sudah berlari, kita masih berdebat tentang hal-hal yang sudah diputuskan dengan susah payah oleh para pendiri NKRI ini.

    Hariqo menambahkan bahwa penyebar hoax, pelaku kampanye hitam harus dihukum, jika tidak mereka akan merasa benar dan orang lain juga akan terdorong melakukan hal yang sama. Kita tidak ingin setiap pemilihan umum ikatan sosial masyarakat Indonesia menipis. Meskipun modal sejarah, budaya, agama kita sangat kuat namun jika terus menerus diserang kampanye hitam, lama-lama bisa rapuh.

    “Membangun gotong-royong di media sosial dapat dimulai dengan kesadaran 1928. Kita ini sudah bersumpah bahwa kita adalah satu. Tujuan kita sama, yakni ingin menjadikan Indonesia maju dan menjadi tempat yang menyenangkan, membahagiakan bagi seluruh lapisan warga negara Indonesia,” jelas Hariqo.

    Dalam lokakarya literasi media ini, Hariqo Wibawa juga memberikan praktek membuat konten video sederhana menggunakan telepon genggam dengan melibatkan santri. “Orang baik jauh lebih banyak dari orang jahat, namun kesadaran orang baik untuk memproduksi konten yang benar dan bermanfaat untuk kepentingan nasional yang perlu terus ditingkatkan. Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan konten,” tutup Hariqo dalam presentasinya. (rls/bow)