Tag: Taman Nasional Way Kambas

  • Lagi, Gajah Betina Mati di Taman Nasional Way Kambas

    Lagi, Gajah Betina Mati di Taman Nasional Way Kambas

    Lampung Timur, sinarlampung.co – Seekor gajah betina ditemukan mati di dalam kawasan konservasi Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Kabupaten Lampung Timur, Minggu (6 Oktober 2024) kemarin.

    Baca: Lagi, Gajah Ditemukan Mati di Kawasan TNWK

    Baca: Perburuan Gajah Masi Marak di TNWK

    Kapolres Lampung Timur AKBP Benny Prasetya, didampingi Kapolsek Way Bungur AKP Putu Hartha, Senin (7 Oktober 2024), menjelaskan bahwa peristiwa kematian gajah tersebut, awalnya dilaporkan oleh Petugas TNWK.

    Bangkai gajah dewasa berjenis kelamin betina ini, ditemukan oleh beberapa petugas TNWK, saat sedang melaksanakan patroli, di kawasan RPTN Desa Toto Projo SESI II, Kecamatan Way Bungur. “Petugas patroli TNWK kemudian mendokumentasikan kondisi bangkai gajah betina tersebut, dan melaporkannya kepada pihak kepolisian, serta tim terkait.” Terangnya.

    Tim terkait selanjutnya, pada hari ini (Senin, 7 Oktober 2024), rencananya akan turun ke TKP, untuk melakukan proses pemeriksaan, serta observasi untuk mengetahui penyebab kematian gajah betina tersebut. (Hendra/Red)

  • Pengelola TNWK Bisa Apa? Lama-lama Gajah di Sana Bisa Mati Terbakar Semua!

    Pengelola TNWK Bisa Apa? Lama-lama Gajah di Sana Bisa Mati Terbakar Semua!

    BANDARLAMPUNG – Api yang berkobar membakar hutan di Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung Timur pada Selasa (03/10/2023) siang sudah padam. Namun pengelola TNWK dan petugas pemadam masih belum bisa tenang lantaran api dapat saja berkobar kembali bila angin masih berhembus kencang.

    “Situasinya rumit. Meski kita dalam kewaspadaan tinggi, potensi kebakaran masih tinggi dan kami tidak punya peralatan memadai untuk mengatasi,” ujar Humas TNWK, Sukatmoko, Rabu (04/10/2023).

    “Di dalam sana sangat kering sekali. Alang-alang di lahan savana sangat mudah terbakar, dan lokasinya sulit dijangkau. Untuk sampai ke sana tidak bisa menggunakan kendaraan,” tambah dia lagi.

    Sukatmoko mengakui bahwa selama ini politik penganggaran kurang berpihak kepada TNWK. Ia membenarkan pihaknya sudah berkali-kali mengajukan pengadaan pelaratan yang lebih modern untuk mengatasi kebakaran hutan kepada pemerintah. Tapi tidak dipenuhi.

    “Berkali-kali kami ajukan, tapi tidak dipenuhi, dicoret dengan alasan macam-macam,” tegasnya.

    Akibatnya selama bertahun-tahun pengelola TNWK mengalami kesulitan melakukan mitigasi risiko atau tindakan terencana berkelanjutan terkait pencegahan, pemadaman saat kebakaran dan paska kebakaran.

    Kemarin, sekitar 200 hektar lahan kawasan hutan di Taman Nasional Way Kambas (TNWK). Pihak TNWK mengklaim menurunkan lebih 60 personil gabungan dari Polres, dan Kodim Lampung Timur untuk memadamkan api.

    Sukatmoko menjelaskan upaya yang dilakukan tim pemadam untuk menjangkau lokasi hanya dengan berjalan kaki. ”Tim membawa air dengan Tanki gendong untuk menyiram titik-titik api, secara manual. Selain lokasi gambut, cuaca panas dan angin kencang juga menjadi kendala,” katanya.

    TNWK Makin Merana

    Taman Nasional Way Kambas (TNWK) makin merana akibat kebakaran hutan yang berlangsung bertahun-tahun di setiap musim kering.

    Kebakaran di kawasan ini dengan mudah menghanguskan ratusan hektar areal hutan dan isinya.

    Terhitung September sampai pekan pertama Oktober 2023 luasan kebakaran sudah mencapai 300 hektar sehingga menempatkan Kabupaten Lampung Timur sebagai kabupaten tertinggi kasus kebakaran hutan di Lampung mencapai 2.753 hektar.

    Kepala Bidang Perlindungan dan Konservasi Hutan, Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, Zulhaidir, mengatakan kasus kebakaran hutan terbesar terjadi di Way Kambas.

    “Dari data yang kami miliki periode Januari-Agustus 2023, kasus kebakaran hutan tertinggi terjadi di Way Kambas, setelah itu Way Kanan, Tulangbawang, Lampung Tengah, dan Mesuji

    Ia belum bisa menyimpulkan secara pasti penyebab kebakaran di TNWK. Namun ia memastikan kebakaran umumnya dipicu keringnya alang-ilang di kawasan savana Way Kambas.

    “Pada musim kering seperti ini, kawasan savana di TNWK mengering hingga mudah terbakar. Ada yang melempar puntung rokok saja, misalnya oleh para pemburu liar, bisa cepat menimbulkan kebakaran,” katanya.

    Kalau sudah begini, pengelola TNWK Bisa Apa? Lama-lama Gajah di Sana Bisa Mati Terbakar Semua!

    (red)

     

  • Ratusan Hektar Semak Belukar Kawasan Hutan TNWK Terbakar?

    Ratusan Hektar Semak Belukar Kawasan Hutan TNWK Terbakar?

    Lampung Timur (SL) – Selama musim kemarau kebakaran di Hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK), terjadi sebanyak 23 kali di dua lokasi. Sedikitnya 500 hektare (ha) lebih semak semak alang alang terbakar.

    Kepala Balai TNWK Subakir mengatakan dua lokasi yang rawan kebakaran yaitu Seksi Susukanbaru dan Seksi Rawabunder. Dua lokasi tersebut selain rawan kebakaran juga rawan dengan perburuan liar. “Untuk meminimalisir kebakaran hari ini kami melakukan patroli gabungan,” kata Subakir, Senin (30/7/2018)

    Patroli gabungan tersebut melibatkan TNI, Polisi, Polhut dan LSM yang menangani kelestarian TNWK seperti RPU, PKH dan WCS. Patroli dilakukan dari pukul 09.00 hingga 17.00 di dua lokasi yaitu di Seksi Susukanbaru dan Rawabunder.

    Menurut Subakir, dari luasan hutan TNWK 1.125 ha, 30% merupakan areal savana alang alang. Tim gabungan pemadam kebakaran terus melakukan siaga selama kemarau agar api tidak menjalar ke lokasi tanaman asli hutan yang banyak disinggahi satwa liar.

    Sementara Kapolres Lampung Timur AKBP Taufan Dirgantoro, menduga kebakaran disebabkan orang yang tidak bertanggung jawab. Seperti pencari ikan di sungai dengan membuang puntung rokok yang masih hidup. Targetnya, saat musim hujan savana akan tumbuh alang-alang muda menghijau. “Saat itu binatang menjangan atau kancil suka memasuki lokasi yang ditumbuhi alang alang muda. Pemburu liar akan menunggu mangsanya saat musim hujan nanti,” kata Kapolres Lampung Timur.

    Sedangkan anggota Rinho Protecion Unit (RPU), Rahman, mengatakan meskipun yang terbakar di lokasi savana (alang alang), dampak negatip tetap dirasakan satwa liar terutama jenis unggas yang suka tinggal di alang alang. Selain itu binatang pemakan rumput seperti rusa, kancil, dan sejenisnya akan kesusahan mencari makan. (net)