Tag: Tewas

  • Bocah 13 Tahun Tewas Penuh Lebam 30 Polisi Diperiksa Polda

    Bocah 13 Tahun Tewas Penuh Lebam 30 Polisi Diperiksa Polda

    Padang, sinarlampung.co-Siswa kelas 1 SMP di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) bernama Afif Mualana (AM) usia 13 tahun ditemukan tewas di bawah jembatan Sungai Batang Kuranji, Kelurahan Pasar Ambacang, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, pada 09 Juni 2024. Saat itu, tubuhnya dipenuhi luka lebam diduga dianiaya puluhan polisi.

    Hasil investigasi Lembaga Bantaun Hukum (LBH) Padang menduga korban meninggal dunia karena disiksa anggota polisi yang sedang melakukan patroli. “Berdasarkan hasil investigasi LBH, kami melihat almarhum menjadi korban penyiksaan oleh kepolisian diduga dilakukan oleh anggota Sabhara Polda Sumbar,” kata Direktur LBH Padang Indira Suryani, Kamis, 20 Juni 2026.

    Kasat Reskrim Polresta Padang Kompol Dedy Andriasyah Putra mengatakan, kasus tersebut sedang dalam tahap penyelidikan. “Proses sedang berjalan di Polresta Padang dan masih dalam tahap pemeriksaan saksi-saksi, termasuk teman korban yang berboncengan dengan Afif serta masyarakat,” kata Kasat Reskrim kepada wartawan Jummat, 21 Juni 2024..

    Keluarga korban bersama kuasa hukum dari LBH Padang mendatangi Polresta Padang untuk meminta kejelasan dari kasus tersebut, Jummat, 21 Juni 2024. Dan hingga ini polisi masih menunggu hasil autopsi dari Rumah Sakit Bhayangkara. “Ini sedang kami komunikasikan agar hasilnya bisa segera keluar,” ujarnya.

    Terkait kemungkinan korban mengalami kekerasan dan penganiayaan oleh polisi sebelum ditemukan meninggal dunia, Dedy belum bisa menyimpulkan hal itu. “Terkait dugaan ini kita belum bisa menyimpulkan karena proses penyelidikan dan hasil autopsinya belum keluar secara resmi. Lebih baik kita menunggu hasil pemeriksaan terlebih dahulu, kalau sudah jelas nanti kami sampaikan,” katanya,

    Anggota Sabhara Polda Sumbar Diperiksa

    Namun demikian, Dedy menyebut anggota Sabhara Polda Sumatera Barat yang sedang bertugas pada saat kejadian sudah diperiksa pada Kamis 20 Juni 2024 malam. “Tadi malam, sebanyak 30 orang anggota Sabhara Polda Sumbar sudah diperiksa dari Unit Jatanras Polresta Padang. Hasil pemeriksaan penyidik kami saya belum baca,” ujarnya.

    Berdasarkan keterangan polisi yang bertugas malam itu, memang ada informasi akan terjadi tawuran di sekitar lokasi jasad korban ditemukan. Bahkan salah satu remaja kedapatan membawa senjata tajam dan saat ini sedang diamankan di Polsek Kuranji. “Tetapi pada saat diamankan tidak ada korban Afif Maulana,” ujarnya.

    Barang bukti yang diamankan yakni handphone dan motor korban serta baju korban. “Baju korban dalam kondisi bersih dan tidak ada robek-robek,” katanya.

    Kapolda Siap Tanggung Jawab

    Kapolda Sumatra Barat Irjen Suharyono mengatakan akan bertanggung jawab apabila anggotanya terlibat dalam kasus tewasnya Afif Maulana (AM). Bocah berumur 13 tahun itu ditemukan tak bernyawa di bawah Jembatan Kuranji, Padang.

    Korban diduga tewas karena dianiaya anggota Samapta Bhayangkara yang bertugas melerai tawuran pada Ahad 9 Juni 2024. “Saya sebagai Kapolda Sumbar akan bertanggung jawab, jika memang ada anggota yang terlibat dalam penyimpangan ini,” kata Irjen Suharyono pada Ahad, 23 Juni 2024.

    Kapolda mengatakan, telah dilakukan pemeriksaan terhadap para personel yang bertugas malam itu. “Kami sudah melakukan pemeriksaan terhadap 30 orang petugas. Sudah 2 hari pemeriksaannya di Bidang Profesi dan Pengamanan Polda Sumbar,” ucapnya, Ahad, 23 Juni 2024.

    Menurutnya, bahwa penyelidikan terhadap kasus ini akan dilakukan secara terbuka dan akan disampaikan kepada masyarakat luas. Selain itu, jika ada anggotanya yang terbukti melanggar akan ditindak tegas. “Saya sebagai Kapolda Sumbar akan bertanggung jawab, jika memang ada anggota yang terlibat dalam penyimpangan ini,” ujarnya.

    Suharyono juga menjelaskan, dari kesaksian Adit yang merupakan teman dari AM, bahwa dirinya diajak untuk melompat ke sungai agar lolos dari penangkapan polisi. “Ini kesaksian yang kami ambil dari kawan-kawan yang ikut serta dalam tawuran itu. AM tidak termasuk orang yang dibawa ke Polresta Padang ataupun Polda Sumbar,” katanya.

    “Jasad yang bernama Afit Maulana ditemukan di bawah Jembatan Kuranji Kota Padang pada 9 Juni 2024 sekitar pukul 11.00 WIB. Hal ini singkron dengan keterangan Adit dalam kesaksiannya,” tambahnya.

    Suharyono juga membantah isu yang menyebut AM tewas dianiaya oknum polisi. Menurutnya, tidak ada bukti dan saksi terkait dugaan penganiayaan berujung tewasnya siswa SMP tersebut. “Kemudian perlu kami luruskan di sini, bahwa telah viral di media massa, justifikasi seolah-olah polisi bertindak salah, polisi telah menganiaya seseorang sehingga berakibat hilangnya nyawa orang lain. Namun, tidak ada bukti dan saksi sama sekali,” kata dia.

    Suharyono menyatakan, bahwa belum ada pembuktian yang sah penyebab kematian dari AM. Sebab, hasil autopsi masih dalam proses. “Kami meluruskan tentang pemberitaan bahwa terjadi penyiksaan terhadap AM oleh petugas sehingga meninggal dunia, itu tidak benar. Petugas memang menangkap 18 orang massa yang hendak tawuran, tetapi AM tidak ada dalam daftar tersebut. Ini sudah terjadi trial by the press di media massa sehingga kami perlu memeriksa bersangkutan yang menyampaikan di media tersebut,” katanya.

    Kapolda menambahkan sudah ada 40 saksi diperiksa dalam kasus ini termasuk 30 personel. Polisi juga akan meminta keterangan kepada pembuat konten di media sosial yang menyebarkan kesaksian dari temannya Afif tersebut. “Untuk 30 personil yang sudah diminta keterangan, seandainya ada yang terbukti melakukan perbuatan tersebut akan kami tindak tegas. Untuk sementara belum ada yang kita amankan dalam kasus ini, dan hasil autopsi masih belum keluar, kita masih menunggu,” katanya.

    Penjelasan Polres Kota Padang

    Waka Polres Kota Padang, AKBP Rully Indra Wijayanto mengatakan kasus ini bermula dari penemuan jasad anak-anak oleh seorang warga saat akan membuang sampah di bawah Jembatan Kuranji. Warga tersebut kemudian melaporkan temuan mayat bocah tersebut ke Polsek Kuranji.

    Setelah pengecekan di tempat kejadian perkara atau TKP, kemudian diketahui mayat tersebut adalah AM. “Ini bermula dari laporan pengaduan masyarakat yang pada saat itu akan membuang sampah di bawah jembatan Kuranji,” tutur Rully dalam keterangan pers yang diunggah di Instagram Polresta Padang pada Sabtu, 22 Juni 2024.

    Dari hasil penyelidikan yang dilakukan, Afif Mualana ikut dalam rombongan konvoi pada Ahad dini hari. Rombongan tersebut melintasi Jembatan Kuranji dan terlihat membawa berbagai macam senjata tajam atau sajam. Tim Samapta Polda Sumbar—yang diturunkan khusus untuk mencegah dan mengantisipasi aksi tawuran yang marak terjadi tiap malam Ahad— kemudian mengamankan rombongan konvoi tersebut.

    Tim Samapta Bhayangkara Polda Sumbar lantas mengamankan 18 orang ke Polsek Kuranji, satu di antaranya masih ditahan sedangkan lainnya dipulangkan. Namun, kata Rully, tidak ada nama AM yang ikut diamankan. Rully menuturkan pihaknya telah memperoleh kesaksian dari Adit yang membonceng Afif pada saat kejadian. Adit mengatakan kepada polisi, pada saat pengamanan oleh petugas sempat tercetus kalimat dari korban mengajak saksi untuk melompat ke bawah Jembatan Kuranji. Namun, ajakan tersebut ditolak dan saksi lebih memilih menyerahkan diri.

    Afit Maulana Tewas Diduga Karena Disiksa Polisi

    Sementara itu, Direktur Lembaga Bantuan Hukum atau LBH Padang, Indira Suryani menduga, berdasarkan investigasi pihaknya, AM karena disiksa polisi. Hasil investigasi tersebut kemudian diunggah di media sosial Instagram, @lbh_padang dan menjadi viral.

    Indira menjelaskan investigasi dilakukan dengan cara bertanya kepada saksi kunci yang merupakan teman korban. Teman korban ini terakhir kali melihat Afif di Jembatan Kuranji pada 9 Juni 2024. “Teman korban berinisial A itu bercerita, jika pada malam kejadian korban berboncengan dengannya di Jembatan Aliran Batang Kuranji, “ ujar Indira, pada Kamis, 20 Juni 2024.

    Kemudian, korban AM dan A yang sedang mengendarai motor dihampiri polisi yang sedang melakukan patroli. Tiba-tiba kendaraan korban ditendang oleh polisi dan AM terlempar ke pinggir jalan. Ketika itu, kata A kepada LBH Padang, jaraknya sekitar 2 meter dari AM.

    Lalu, A diamankan oleh polisi ke Polsek Kuranji. A sempat melihat korban AM dikerumuni oleh polisi, tapi kemudian mereka terpisah. “Saat ditangkap polisi, korban A melihat korban AM sempat berdiri dan dikelilingi oleh anggota kepolisian yang memegang rotan,” ujarnya.

    Kemudian, sekitar pukul 11.55 pada 9 Juni 2024, AM ditemukan meninggal dunia dengan luka lebam di bagian pinggang, punggung, pergelangan tangan, dan siku. Sementara itu, pipi kiri membiru dan luka yang mengeluarkan darah di bagian kepala.

    Kemudian jenazah korban dilakukan autopsi dan keluarga korban menerima copy sertifikat kematian Nomor: SK/34/VI/2024/Rumkit dari Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumbar. “Keluarga korban sempat diberitahu oleh polisi, AM meninggal akibat tulang rusuk patah 6 buah dan robek di bagian paru-paru,” kata Indira.

    Ada Korban Lain Juga Disiksa

    Selain A dan AM, LBH Padang menemukan ada tujuh korban, dan lima di antaranya masih di bawah umur. Korban ini mendapatkan penyiksaan dari pihak kepolisian. Pengakuan mereka, kata Indira, ada yang disetrum, ada perutnya disulur rokok, kepalanya memar, lalu ada bolong di bagian pinggangnya.

    Bahkan ada korban yang dipaksa berciuman sesama jenis. “Selain penyiksaan juga terdapat kekerasan seksual. Kami cukup kaget mendengar keterangan korban, tidak hanya fisik tetapi juga melakukan kekerasan seksual,” ujarnya. (Red)

  • Seorang Pemuda di Makasar Tewas Dibantai Orang Tak Dikenal

    Seorang Pemuda di Makasar Tewas Dibantai Orang Tak Dikenal

    Makassar, Sinarlampung.co Seorang pemuda di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, dikabarkan tewas dibantai orang tak dikenal. Diduga pembunuhan itu terjadi akibat saling ejek saat berpapasan di jalan.

    Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Makassar Iptu Firman, saat dikonfirmasi membenarkan terjadinya peristiwa tersebut.

    “Korban berinisial AR (21) tewas dengan dua luka sabetan senjata tajam di tubuhnya,” kata Firman, keapad media, dikutip Jum’at (8 Maret 2024).

    Dijelaskannya, antara Korban dan pelaku awalnya bertemu di Jalan Sumba, Kecamatan Wajo, Makassar. Pelaku yang tidak dikenal itu langsung menikam dada korban hingga tersungkur di lokasi.

    “Informasi yang diterima, peristiwa itu terjadi akibat ketersinggungan kedua belah pihak yang diduga akibat saling ejek,” sambungnya.

    Saat kejadian, korban dalam kondisi terlukan dikabarkan sempat melarikan diri ke depan sebuah wisma di Jalan Wahidin Sudirohusodo. Namun pelaku memburu dan kembali menikam korban untuk kedua kalinya pada lengan kiri.

    “Jadi luka (bekas tikaman) itu pas di dada sebelah kiri dan lengan sebelah kiri juga,” ungkapnya.

    Penyidik Kepolisian yang menerima laporan, kemudian mendatangi lokasi. Saat di TKP, korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.

    “Korban ditemukan tewas bersimbah darah di TKP,” pungkasnya.

    Sebagai tindak lanjut penyelidikan, sejumlah saksi termasuk keluarga korban telah dimintai keterangan. Sementara untuk identitas pelaku, saat ini sudah diketahui petugas. (Red/)

  • Pemulung Tewas Dihantam Ekskavator di TPA Bakung, Disaksikan Bhabinkatibmas Minta Damai dengan Sejumlah Uang

    Pemulung Tewas Dihantam Ekskavator di TPA Bakung, Disaksikan Bhabinkatibmas Minta Damai dengan Sejumlah Uang

    Bandarlampung, sinarlampung.co Salah satu warga Kelurahan Bakung, Kecamatan Teluk Betung Barat, Neneng Asmawati (37) yang juga berprofesi sebagai pemulung di TPA Bakung tewas dihantam ekskavator yang dikemudikan Nawir yang diduga kuat akibat kelalaian kerja dan adanya unsur sengaja dari operator alat berat tersebut.

    Suami korban, Abdul Majid, menceritakan kronologi tragis yang menimpa istrinya, kejadian itu terjadi pada 27 Februari 2024 sekitar pukul 11.00 WIB. Berawal saat dirinya bersama Neneng sedang mulung di tempat biasa mereka mengais rejeki.

    Saat sedang mencari barang bekas, alat berat itu berada cukup jauh dari mereka bekerja dan berarah berlawanan dan sempat berhenti. Tak berselang lama Abdul lantas berjalan menuju ke gubuk tempat biasa mereka beristirahat yang jaraknya kurang lebih 20 meter dari tempat kejadian.

    “Belum saja saya duduk di gubuk dan lagi naruh rongsokan, tiba-tiba orang rame berteriak dan eksavatornya sudah jalan muter dan katanya ada orang yang ikut terkeruk dan masuk dalam buket (alat keruk ekskavator-red) kemudian saya mendekat dan mengetahui saat isi buket diturunkan. Saya sampe ngga percaya itu istri saya yang ada di dalam bersama tumpukan sampah dalam keadaan sudah tidak sadar,” kata Abdul Majid, Kamis 7 Maret 2024.

    Kemudian Abdul bergegas membawa istrinya ke RSUD Dr. a. Hadi Tjokrodipo sehingga mendapati keterangan yang memilukan jika istrinya sudah tidak lagi bernyawa.

    “Karena saya kurang percaya keadaan istri saya yang di tempat kejadian ngga ada denyut nadi lagi, saya bawa ke rumah sakit daerah Kota Bandar Lampung katanya istri saya sudah meninggal dan kemungkinan meninggal di tempat kejadian,” ujarnya.

    Sehari sebelum kejadian tepatnya 26 Februari 2024. Nawir operator alat berat maut itu sempat bercanda dengan mengarahkan alat keruk ekskavator ke arah istrinya seakan ingin mengeruk.

    “Sehari sebelum kejadian, istri saya sempat menegur sama supir ekskavator itu karena mengarahkan buket itu ke istri seakan mau mengeruk dan setelah itu Nawir minta maaf katanya bercanda,” tambah Abdul.

    Tambah Tohir selaku ponakan Abdul, setelah dari rumah sakit pihak kelurahan, Bhabinkatibmas dan Kepala UPT yang mengetahui kejadian itu lantas hadir ke rumah duka dan keluarga sang sopir ekskavator meminta agar tidak dilaporkan dan di selesaikan secara kekeluargaan.

    Kemudian keesokan harinya setelah pemakaman Lurah, Kepala UPT dan Bhabinkamtibmas kembali datang dengan membawa dan memberikan beras beserta uang santunan dari walikota Bandar Lampung sebesar Rp15 juta.

    “Besoknya setelah kejadian, mereka datang lagi membawa dan memberikan beras beserta uang santunan sebesar Rp15 Juta dari Walikota Bandarlampung. Lampung. Dan di Tanggal 5 Maret 2024 kemaren keluarga pelaku datang ke rumah kita dengan membawa Kepala UPT, RT, Lurah dan Bhabinkamtibmas minta ngobrol secara kekeluargaan,” Kata Tohir.

    Lanjutnya, dari pertemuan itu pihak keluarga pelaku menawarkan uang sebesar Rp5 juta rupiah yang di tolak oleh keluarga korban. “Dengan beberapa pertimbangan dan kesan yang dibawa seakan persoalannya sepele makanya keluarga kita menolak,” ujarnya.

    “Saat obrolan itu ada kepala UPT yang tak lama langsung pergi dengan alasan kalo belum selesai secara kekeluargaan mereka tidak mau di sini. Makanya saya bilang pak kami tidak pernah mengundang bapak-bapak di sini katanya mereka mau datang makanya kami terima sebagai tamu dan ngga ada obrolan perdamaian yang di bahas buat pertemuan hari ini,” ungkapnya.

    Sedari awal pertemuan itu, keluarga korban merasa jenuh karena gelagat keluarga pelaku terkesan menyepelekan persoalan. Hingga akhirnya keluarga korban berencana membuat laporan ke pihak yang berwajib. Namun rencana itu dihalangi Kepala UPT dan meminta persoalan diselesaikan secara kekeluargaan dan menaikan tawaran.

    “Mereka ngomong ini ada bawa beras dan bingkisan, ini bantuan pribadi saya kata Kepala UPT nya saya minta maaf nanti saya sampaikan dengan keluarga pelaku supaya ini cepat selesai, kalopun pelaku tidak mau silahkan dilaporkan dan pihak UPT siap menjadi saksi,” katanya.

    Lanjut Tohir, sekitar pukul 14.00 WIB,  pelaku datang ke rumah korban untuk berbicara perdamaian dan menawarkan lagi uang dan naik menjadi Rp10 Juta dengan maksud agar urusan itu tidak ke ranah hukum.

    “Kata saya keluarga saya mau musyawarah dulu dan sore habis asyar kita tunggu di rumah dan datanglah mereka dan nawarin duit Rp10 juta tadi dan ngomong kalo memang mentok yaudah laporin aja kata pelaku. Itu yang bikin ngga enak kayak nantang hukum, makanya kami datang ke Kantor Gindha Ansori Wayka ini untuk konsultasi dan serah kuasa,” jelas Tohir.

    Dan harapannya dengan dibantu Gindha Ansori Wayka selaku kuasa hukum, kami bisa mendapat keadilan dan tidak di sepelekan karena keterbatasan ekonomi paman saya sehingga segala sesuatu bisa dinilai dengan materi. (*)

  • Polres Sumenep Selidiki Kasus Tewasnya Mistoyo Warga Dusun Jandir

    Polres Sumenep Selidiki Kasus Tewasnya Mistoyo Warga Dusun Jandir

    Jawa Timur (SL) – Kepolisian Resor (Polres) Sumenep, Madura, Jawa Timur saat ini tengah melakukan penyelidikan terhadap kasus tewasnya Mistoyo (45), warga Dusun Jandir, Desa Batang-batang Laok, Kecamatan Batang-batang.

    Meninggalnya korban pada Kamis (13/12/2018) sekitar pukul 08.15 WIB setelah minum fanta putih (soda) yang telah dicampur susu dan telur ayam. “Korban diketahui saat itu baru minum Fanta, krimer sachet dan telur,” ungkap Kasubbag Humas Polres Sumenep, AKP Moh. Heri, Senin (17/12/2018).

    Untuk dugaan awal, motif ini merupakan pembunuhan dengan cara mencampurkan racun pada minuman korban. “Pasca kejadian itu, ada keluarga korban yang mencoba memberikan sisa minuman yang ada di gelas plastik itu pada anak ayam. Dalam hitungan tiga menit ayam itu mati”. Jelasnya.

    Saksi lain juga menemukan sebuah plastik hitam yang ada di dalam WC milik korban berisi sebuah amplop putih yang di dalamnya terdapat serbuk warna coklat. “Baunya sangat menyengat seperti bau pada gelas plastik yang terdapat sisa minuman yang dikonsumsi korban”, paparnya.

    Pihaknya saat ini masih terus melakukan penyelidikan dengan mengumpulkan barang bukti dan juga memeriksa sejumlah saksi. “Kasatreskrim sudah koordinasi dengan Polda Jatim atau Labfor untuk memastikan korban kena racun apa tidak”. Pungkasnya. (bratapos)

  • Bocah Tenggelam di Pantai Kebumen Ditemukan Hari Ini dengan Kondisi Tak Bernyawa

    Bocah Tenggelam di Pantai Kebumen Ditemukan Hari Ini dengan Kondisi Tak Bernyawa

    Kebumen (SL)  – Putra Hikmah Pangestu (11) yang tenggelam dan hilang saat berwisata di Pantai Kebumen, Jawa Tengah, hari ini ditemukan. Korban ditemukan dalam keadaan meninggal dan langsung dibawa ke Puskesmas terdekat. Korban adalah warga Desa Tas Kumbang, Kecamatan Manis Renggo, Kabupaten Klaten, Jateng. Siswa kelas VI MI itu tenggelam di muara Sungai Bodo yang berada dalam obyek wisata Pantai Logending, Kecamatan Ayah pada Sabtu (15/12).

    Setelah dilakukan pencarian oleh tim gabungan dari BPBD, Basarnas, TNI, Polri, relawan dan warga, akhirnya korban berhasil ditemukan sekitar 2 km ke arah barat dari lokasi kejadian pada Minggu (16/12/2018) pagi. Korban ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. “Korban sudah kami temukan sekitar 2 km ke arah barat dari LKP dalam keadaan meninggal,” ungkap Humas BPBD Kebumen, Heri Purwoto, Minggu (16/12/2018).

    Korban pertama kali ditemukan oleh seorang warga yang sedang memancing. Setelah mendapatkan laporan, petugas langsung mengevakuasi korban dan membawanya ke Puskesmas Ayah untuk diperiksa secara medis. Setelah berhasil kami evakuasi, korban kemudian kami bawa ke Puskesmas Ayah untuk divisum. Setelah pemeriksaan medis selesai, kemudian akan kami bawa ke rumah duka di Klaten untuk dikembalikan ke pihak keluarga,” lanjutnya.

    Seperti diwartakan sebelumnya, peristiwa itu bermula ketika siswa dari sekolahan MI Taskumbang Klaten melakukan kunjungan wisata ke pantai Logending. Saat itu korban bermain air dan mandi bersama teman lainnya Arya (11). Saat asyik mandi, tiba-tiba datang arus sungai dan langsung menyeret mereka. Arya berhasil diselamatkan, sedangkan Putratenggelam dan hilang hingga akhirnya ditemukan pagi ini dalam keadaan meninggal. “Setelah berhasil kami evakuasi, korban kemudian kami bawa ke Puskesmas Ayah untuk divisum. Setelah pemeriksaan medis selesai, kemudian akan kami bawa ke rumah duka di Klaten untuk dikembalikan ke pihak keluarga,” lanjutnya. (detik)

  • Penambang Pasir di di Pasuruan Tewas Tertimbun Longsor

    Penambang Pasir di di Pasuruan Tewas Tertimbun Longsor

    Pasuruan (SL) – Seorang penambang pasir di Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan tewas tertimbun longsoran tanah di areal tambang galian C. Pria nahas itu bernama Beni Suwondo (37), warga Dusun Sumurwatu, Desa Gunungsari, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan.

    Salah satu saksi mata, Pi’i (45) menjelaskan, insiden itu terjadi Rabu (12/12/2018) sekitar pukul 15.15 Wib. “Saat itu saya tak jauh dari korban, ketika ada suara reruntuhan, saya menoleh. Ternyata korban sudah tertimbun tanah,” ujar Pi’i yang juga tetangga korban ini.

    Mendapati itu, Pi’i langsung meminta pertolongam warga yang langsung mengangkat tubuh korban setelah menyingkirkan reruntuhan tanah yang menimpanya. Saat diangkat itulah, korban ternyata sudah tidak bernyawa sehingga warga melapor ke kepolisian terdekat. “Saya dan korban tadi mencari pasir dengan alat seadanya cangkul dan ayakan. Saya tidak menyangka hal ini bisa terjadi,” papar Pi’i di hadapan Polisi.

    Sementara itu, Kanit Reskrim Polsek Beji Ipda Tatok menjelaskan, diduga korban dan temannya melakukan penambangan tanpa melihat kondisi tanah yang ditambangnya. Tatok juga menegaskan, tambang tersebut merupakan tambang ilegal yang aktifitas di dalamnya sudah dilarang oleh Pemerintah. Pihaknya berharap para warga tidak nekat melakukan penambangan di lokasi tersebut. “Korban sudah kami bawa ke RSUD Bangil. Keluarga juga tidak menginginkan proses otopsi,” pungkasnya.

    Akibat kejadian itu, lokasi tambang tertimbunnya korban langsung dipasang garis Polisi.

  • Tersengat Listrik, 3 Bersaudara Asal Toraja Tewas di Malaysia

    Tersengat Listrik, 3 Bersaudara Asal Toraja Tewas di Malaysia

    Toraja (SL) –  Tiga warga Toraja asal kampung To’tangnga, Lembang Pulu-Pulu, Kecamatan Buntu Pepasan, Toraja Utara, meninggal dunia di Tauran, Kota Keningau, Negara Bagian Sabah, Malaysia, Jumat petang, 30 November 2018.

    Keningau adalah sebuah distrik (kabupaten) yang terletak di pedalaman Negara Bagian Sabah. Daerah ini berdekatan dengan Kalimantan Utara (berada di pulau Kalimantan) dan berbatasan dengan negara Brunai Darusalam.

    Ketiga warga yang masih bersaudara kandung ini, masing-masing Aris Tampang, 27 tahun, Joni Tampang, 25 tahun, dan Edi Tampang, 23 tahun. Ketiganya sudah lama merantau dan tinggal di Keningau, Malaysia. “Mereka meninggal karena kesetrum listrik waktu lagi kerja di kebun sayur, yang selama ini mereka kerja,” ungkap Riyanti Tampang, kerabat korban, saat dihubungi Media ini, melalui saluran telepon, Sabtu malam, 1 Desember 2018.

    Riyanti mengatakan tidak terlalu mengetahui persis bagaimana kronologi peristiwa sehingga ketiga saudaranya itu meninggal dunia. “Yang pasti mereka meninggal karena kesetrum listrik,” kata Riyanti, yang mengaku tinggal agak jauh dengan ketiga korban.

    Saat ini, kata Riyanti, jenazah ketiga korban, yang kesemuanya masih lajang itu, sementara disemayamkan di rumah duka di Tauran, Keningau. Kerukunan Keluarga Toraja Keningau, ikut berpartisipasi dalam menangani para korban ini.

    Jenazah ketiga korban warga Toraja yang kesetrum listrik disemayamkan di rumah duka di Keningau, Malaysia. “Besok rencana saya mau ke sana (rumah duka). Kami semua bersedih, karena tidak menyangka tiga saudara kami ini pergi begitu cepat,” ungkap Riyanti, sedih.

    Dia menyatakan, kemungkinan besar jenazah ketiga korban tidak dibawa ke Toraja, karena beberapa alasan. “Mungkin dikubur di sini saja,” katanya. (mediainfo)

  • Sebulan Tak Pulang, Preman Patumbak ditemukan Tewas di Sumur Tua

    Sebulan Tak Pulang, Preman Patumbak ditemukan Tewas di Sumur Tua

    Medan (SL) – Kehebohan terjadi di Jalan Sigaragara, Dusun II Patumbak, Selasa (27/11/2018) malam. Warga menduga Apri (27) yang ditemukan tewas di sumur tua adalah korban pembunuhan.

    Sepertinya dibunuh itu (korban). Mayatnya juga sudah menjadi tengkorak. Sepertinya sudah seminggu meninggalnya,” ucap warga sekitar. Informasi dihimpun dari warga, saat ditemukan jasad diikat seprai dengan leher dijerat dengan kawat lalu dimasukkan ke dalam tilam. Kemudian korban ditenggelamkan menggunakan ember (tong) yang diisi penuh dengan batu.

    Belakangan, korban diketahui sudah tak pulang ke rumah sebulan lamanya. “Sudah sebulan gak pulang. Tiba ketemu sudah meninggal,” ucap pria berambut keriting yang mengaku keluarga korban. Saat disinggung bagaimana perilaku korban semasa hidup, dikatakannya jika korban termasuk orang yang disegani (preman) di Dusun tersebut. “Preman juga, Bang. Dulu pernah juga bermasalah karena mencuri sepeda motor. Tapi semenjak itu gak pernah bermasalah lagi,” tukas pria tersebut. Kapolsek Patumbak, AKP Ginanjar Fitriadi saat dikonfirmasi dilokasi mengaku jika kini pihakhya masih melakukan penyelidikan terhadap dugaan pembunuhan tersebut. (hetanews)

  • Pendamping PKH Tewas Dihantam Trailer

    Pendamping PKH Tewas Dihantam Trailer

    Probolinggo (SL) – Seorang pria pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) tewas setelah kecelakaan di Jalan Raya Dringu, Rabu (28/11/2018). Ia tewas setelah menabrak penyeberang jalan hingga terlempar ke truk trailler.

    Mulanya, Rudi Hartono (32) warga Desa Tambelang, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo hendak mengikuti rakor PKH di Kantor Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo. Rudi yang mengedarai sepeda motor Honda GL Max dengan nopol N-2289-P melaju dengan kecepatan tinggi.

    Sesampainya di depan MI-MTs Darun Najah Dringu, Rudi nekad menyalip mobil di depannya dari sisi kanan. Padahal mobil tersebut melaju pelan karena didepannya ada sekelompok pelajar MI-MTs Darun Najah hendak menyeberang ke sisi utara jalan.

    Tabrakan tak terhindarkan, motor Rudi menyambar pelajar penyeberang jalan bernama Khoirul Hakim (14) asal Desa Randuputih, Kecamatan Dringu. Kejadian itu justru membuat pria asal Krucil ini terlempar ke sisi kanan jalan.

    Naasnya, tubuh Rudi tersambar trailler bermuatan semen dengan nopol B-9938-PEH, yang dikemudikan oleh Rian (28) warga Desa Sologudik, Kecamatan Pajarakan. “Saya awalnya dari barat mas, kemudian saya kelihatan kalau pengendara motor itu melaju kencang. Trus tabrak anak yang menyeberang lalu ke arah saya. Untung saya jalannya pelan, ngangkut semen soalnya,” kata Sopir Trailler.

    Akibat benturan keras itu, Rudi dan Hakim mengalami luka parah sehingga dilarikan ke ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Wonolangan Dringu. Nyawa Rudi akhirnya tak tertolong saat menjalani perawatan medis. Sementara Hakim masih menjalani perawatan intensif. “Kami sudah meminta keterangan saksi-saksi dan melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP). Pengendara motor ini pandangannya terhalang mobil saat menyalip dari sisi kanan sehingga menabrak pejalan kaki yang menyeberang,” kata Kanitlaka Satlantas Polres Probolinggo, I Nyoman Harayasa. (wartabromo)

  • Empat Warga Palopo Diserang Ribuan Tawon, Satu Orang Tewas

    Empat Warga Palopo Diserang Ribuan Tawon, Satu Orang Tewas

    Palopo (SL) – Warga Kelurahan Kambo, Kecamatan Mungkajang, Palopo, Sulsel, Minggu (25/11), tewas. Dia bernama Asda ukur 33 tahun. Pria ini tak bisa menyelamatkan diri saat diserang segerombolan tawon alias lebah lantaran kondisinya yang buta atau tuna netra.

    Peristiwa ini bermula sekitar pukul 08.30 Wita, gerombolan tawon tiba-tiba menyerang sekelompok warga yang asik bercengkrama di balai-balai depan rumahnya.

    Kasat Reskrim Polres Palopo, AKP Ardy Yusuf, mengatakan, penghuni rumah yang disengat tawon masing-masing adalah Musir, Asda, Amsar, dan Janis.

    “Yang lain dapat menyelamatkan diri, akan tetapi Asda tidak dapat melarikan diri dikarenakan dirinya adalah seorang tuna netra (buta) sehingga seluruh tawon tersebut menggigitnya hingga meninggal dunia,” bebernya. (fajar)