Tag: TNBBS

  • Tomy Winata: Napas Saya Konservasi

    Tomy Winata: Napas Saya Konservasi

    Bandarlampung, sinarlampung.co – Ramai pemberitaan inisial “T” yang disebut oleh Benny Rhamdani dan dikait-kaitkan dengan Tomy Winata sebagai sosok yang menjadi otak pengendali judi online server kamboja, ternyata Tomy Winata memiliki prestasi terkait konservasi harimau sumatera.

    Mengutip medcom.id, Tomy Winata ternyata seorang penggiat konservasi Flora dan Fauna dan pendiri Tiger Rescue Center di Tambling Wildlife Nature Conservation (TNWC).

    Pendirian Tiger Rescue Center tersebut didasari kepunahan harimau sumatera yang menjadi satu-satunya species harimau di Indonesia.

    Tomy Winata diketahui sangat mengecam perburuan harimau sumatera dengan dalih menjadi penyebab terbunuhnya manusia akibat serangan harimau.

    Padahal menurut Tomy, peristiwa tersebut terjadi khususnya di pedalaman hutan yang merupakan habitat alami bagi harimau sumatera.

    Konflik antara harimau dan manusia terjadi akibat rusaknya habitat harimau sumatera yang dirusak oleh oknum manusia menjadi area kebun atau pertanian.

    Tomy Winata founder Artha Graha Peduli Foundation – Tambling Wildlife Nature Conservation, diketahui pada 2014 lalu meraih penghargaan dari Panthera yang merupakan Organisasi Konservasi Dunia.

    Penghargaan tersebut diraih lantaran dianggap berhasil memperjuangkan populasi harimau di dunia.

    Tambling Wildlife Nature Conservation (TNWC) diketahui mengelola kawasan seluas 50.000 hektare dalam Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, serta cagar alam laut seluas 15.000 hektare bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam Lampung.

    TNWC berada di dua wilayah geografis yakni Tampang dan Belimbing. Sejak seputar 2007, TWNC telah menggelar konservasi flora dan fauna. Sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam mengelola kawasan konservasi.

    TNWC diketahui memegang tiga izin, yakni pengelolaan pariwisata alam, pusat rehabilitasi satwa dan kolaborasi bersama taman nasional.

    Di TNWC Tomy menyatakan rumput dicukur untuk produktivitas padang. “Biaya yang murah bisa dengan dibakar, tapi risikonya sangat besar; bisa-bisa biayanya menjadi sepuluh kali lipat.”

    Pantai di sepanjang kawasan Tampang dan Belimbing bersih tanpa sampah. Norma dan nilai konservasi alam dijunjung tinggi.

    “Kalau ada pegawai di TWNC yang melanggar norma dan nilai konservasi alam, kami memberikan sanksi yang sangat sangat berat. Saya mencintai konservasi, mencintai alam, dan mencintai binatang. Itu paling utama. Napas saya adalah konservasi,” tegas Tomy dikutip dari National Geographic Indonesia. (Red)

  • Cantiknya Raflesia Arnoldii yang Mekar di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

    Cantiknya Raflesia Arnoldii yang Mekar di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

    Tanggamus (SL) – Bunga raflesia Arnoldi mekar dan tumbuh subur di TNBBS BPTN 1 Semaka Resort Sukaraja atas Tanggamus, Lampung.

    Bunga rafflesia arnoldii ditemukan pertama kali pada 1818, oleh dua pria asal Inggris bernama Dr. Joseph Arnold dan Sir Thomas Stamford Raffles, di hutan tropis Sumatera.

    Diperkirakan ada 33 spesies bunga Rafflesia di seluruh dunia, 14 diantaranya tumbuh di Indonesia, yang mana 11 jenisnya tumbuh di Pulau Sumatera. Selain tumbuh di Indonesia, bunga ini juga ditemukan tumbuh di Semenanjung Malaya, Thailand dan Filipina.

    Bunga raflesia Arnoldi kini sedang mekar dan tumbuh subur di TNBBS BPTN 1 Semaka Resort Sukaraja atas Tanggamus, Rabu 11 Agustus 2021.

    Raflesia Arnoldi yang mekar di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Rabu, 11 Agustus 2021.

    Tidak hanya satu ada 4 bunga yang sedang mekar dan mulai layu dan rata-rata berukuran diameter 80 cm.

    Ada tiga lokasi tempat tumbuhnya bunga Raflesia Arnoldi di TNBBS  wilayah perbatasan Kabupaten Tanggamus dengan Kabupaten Pesibar yang terdekat ada di lokasi tidak jauh dari pos jaga TNBBS masuk 30 meter dari jalan lintas barat.

    Menurut Zubaidi Kepala Resot Sukaraja atas TNBBS ada juga  4 bunga raflesia Arnoldi dalam 15 hari kedepan akan mekar dan beberapa calon bunga dalam jangka waktu 4 hingga 7 bulan kedepan akan mekar.

    “Kisaran bulan Juli – Agustus 2021 sudah ada 4 bunga Raflesia Arnoldi yang mekar di TNBBS ini rata-rata berukuran diameter 80 cm dan sekitar 3 lagi menurut perkiraan akan mekar kisaran 15 hari kedepan”, jelasnya saat di lokasi bunga raflesia Arnoldi.

    “Untuk ukuran bunga raflesia Arnoldi yang akan mekar kisaran 3 bulan hingga 4 bulan bahkan 7 bulan mendatang masih banyak bermunculan”, terangnya.

    Banyak pengunjung baik dari dalam dan luar daerah yang mau  berkunjung melihat keindahan bunga langka dan terbesar di dunia ini, terpaksa harus kecewa dan putar balik, pasalnya pihak Balai TNBBS menutup lokasi tersebut terkait dengan pandemi covid-19 dan PPKM guna mencegah krumunan dan memutus mata rantai penyebaran covid-19.

    Melansir dari Library of Congress (loc.gov), bunga Raffllesia Arnoldii dikenal sebagai bunga tunggal terbesar di dunia. Bunga ini memiliki kisaran diameter 70 hingga 110 cm. Beratnya bisa mencapai 10 kilogram.

    Rafflesia arnoldii bisa ditemukan di ketinggian 35 hingga 600 meter di atas permukaan air laut. Menurut Agus Susatya dalam buku Rafflesia: Pesona Bunga Terbesar di Dunia (2011), bunga ini biasanya berwarna oranye hingga oranye tua dan mengeluarkan bau busuk untuk mengundang serangga. (Hardi)

  • Bupati Pesibar Agus Istiqlal Ajak Lestarikan Badak

    Bupati Pesibar Agus Istiqlal Ajak Lestarikan Badak

    Pesisir Barat (SL) – Bupati Kabupaten Pesisir Barat (Pesibar), Agus Istiqlal membuka secara langsung kegiatan pelatihan kajian penghidupan berkelanjutan atau sustainable livelihood asessment untuk team penyusunan RPJMDes Pemerihan, Ulokmukti dan Penengahan, di Aula Losmen Sunset Beach Pekon Wayredak Kecamatan Pesisir Tengah, Kamis (29/11).

    Kegiatan tersebut dihadiri juga Staf Ahli Bupati, Audi Marfi, Kepala Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang diwakilkan oleh Suhana,  Manager Perlindungan Badak Indonesia Muniful Hamid, para peserta dan narasumber pelatihan.

    Kegiatan pelatihan tersebut dilaksanakan melalui  Yayasan Badak Indonesia (YABI), dengan digelar selama, Kamis (29/11) hingga Sabtu (1/12) dengan diikuti oleh tim sebelas dari tiga pekon yakni Pekon Pemerihan, Ulokmukti dan Penengahan dengan peserta sebanyak 38 orang.

    Disampaikan Bupati Pesibar, Agus Istiqlal bahwa badak sumatera merupakan satwa penjelajah yang hidup dalam kelompok-kelompok kecil meskipun pada umumnya badak hidup secara menyendiri. “Untuk kita ketahui bahwa di Pulau Sumatera populasi badak sumatera terkonsentrasi di TNBBS dengan jumlah 60-80 ekor, Taman Nasional Gunung Lauser (TNGL) dengan jumlah 60-80 ekor, Taman Nasional Way Kambas (TNWK) berjumlah 15-25 ekor dan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) diperkirakan telah punah,” jelas Agus.

    Dengan demikian mengingat jumlah populasi badak sumatera sudah hampir punah, maka wajar jika kemudian uni internasional untuk konservasi alam menetapkan status badak sumatera dalam konservasi kritis yang merupakan satu tingkat di bawah status konservasi punah. “Menurunnya jumlah populasi badak sumatera disebabkan oleh perburuan liar untuk mengambil cula dan anggota tubuh lainnya,” jelas Agus.

    Faktor utama penurunan populasi badak sumatera saat ini adalah berkurangnya habitat akibat deforestasi hutan dan kebakaran hutan. akibat semakin berkurang dan rusaknya hutan pada beberapa tahun terakhir sering kali dilaporkan kemunculan badak bercula dua ini di daerah pemukiman warga dan perkebunan. “Sebagai masyarakat Pesibar kita semua patut berbangga karena daerah kita berada di sekitar kawasan TNBBS yang memiliki keanekaragaman hayati,” lanjutnya.

    Pihaknya mengajak semua agar mencintai alam dan agar generasi penerus bisa berpartisipasi aktif dalam memulihkan kondisi kawasan dan penyelamatan makluk hidup yang hidupnya tergantung pada hutan. “Saya mengajak masyarakat untuk ambil bagian melindungi satwa-satwa yang ada di TNBBS dengan cara menjaga dan melestarikan habitatnya,” pungkas Agus. (jpnews)

  • BBTN BBS Bentuk Tim Penggiringan dan Tim Back Up Untuk Mitigasi Konflik Manusia dan Gajah

    BBTN BBS Bentuk Tim Penggiringan dan Tim Back Up Untuk Mitigasi Konflik Manusia dan Gajah

    Kotaagung (SL) – “Jika manusia lebih penting dan tinggi kedudukannya, lalu mengapa kita meributkan kematian seekor Gajah atau Harimau Sumatera yang dibunuh oleh manusia? Mengapa kita perlu repot-repot melakukan upaya konservasi keanekaragaman hayati?”, pernyataan Emil Salim ini dikutip oleh Dirjen KSDAE Ir. Wiratno, M.Sc, disampaikan melalui pemaparannya pada acara Rakornis Bidang KSDAE Tahun 2018 tanggal 17 Oktober 2018 di Jakarta.

    Pernyataan Emil Salim yang dikutip oleh Dirjen KSDAE sangat relevan dengan situasi dan kondisi yang dialami oleh Balai Besar TNBBS saat ini. Kunjungan Direktur KKH ke Balai Besar TNBBS tanggal 3 Oktober 2018 dalam upaya mencari solusi konflik Gajah dan Manusia di KPHL Kotaagung Utara yang berbatasan langsung dengan kawasan TNBBS, merupakan upaya konservasi keanekaragaman hayati. Konflik Gajah dan Manusia apabila tidak ditanggulangi secara cepat dan efektif, dapat menimbulkan korban dari pihak manusia maupun dari Gajah Sumatera sendiri. “Konflik Gajah dan Manusia ini telah menyebabkan 2 orang meninggal dunia, yaitu pada Bulan Juli dan Bulan Agustus lalu. Apabila tidak segera dilakukan upaya mitigasi, dikhawatirkan akan mengancam keberadaan kelompok gajah ini”, ujar Kepala BPTN II Liwa Amri, S.H.,M.Hum.

    Kepala Balai Besar TNBBS Ir. Agus Wahyudiyono di Kantor Balai Besar TNBBS Kotaagung pada hari ini tanggal 25 Oktober 2018, menyampaikan telah dilakukan pertemuan pembahasan penanganan konflik gajah dan manusia di sela-sela Rakornis KSDAE 2018. “Pertemuan yang dilakukan tanggal 17 Oktober kemarin, dihadiri oleh: Bapak Dirjen KSDAE; Direktur KKH; Kepala BPTN II Liwa; Kepala SKW III Balai KSDA Bengkulu dan Pak Nazar yang mewakili Forum Mahout. Keputusan penting pada pertemuan ini menetapkan akan dilakukan upaya penanggulangan konflik atau mitigasi serta membentuk Tim Penggiringan dan Tim Back Up. Melalui kegiatan penjagaan dan penggiringan oleh Tim Penggiringan yang beranggotakan 15 orang, yang berasal dari ERU TNWK, Balai Besar TNBBS, BKSDA Bengkulu dan KPHL Kotaagung Utara, bertugas untuk mengarahkan Kelompok Gajah kembali ke kawasan TNBBS, dan Tim Back Up melakukan sosialisasi agar masyarakat tenang dalam menghadapi konflik tersebut. Selain itu, akan dilakukan kegiatan pelatihan peningkatan kapasitas masyarakat dan pendidikan Mahout”, papar Agus.

    “Berdasarkan arahan dari Kepala Balai Besar TNBBS yang sedang mengikuti Rakornis, Kami menindaklanjuti hasil pertemuan tanggal 17 Oktober 2018 dengan mengadakan Rapat Penanggulangan Konflik Gajah Manusia di Kantor Balai Besar TNBBS Kotaagung pada Hari Jumat tanggal 19 Oktober 2018. Telah ditetapkan jadwal piket penggiringan dan blokade untuk tanggal 22 Oktober sampai dengan 5 November 2018”, kata Kepala Bidang Teknis Konservasi Ismanto, S.Hut.,M.P.

    Kelompok Gajah Konflik yang diperkirakan berjumlah 12 ekor terpantau berada di Daerah Talang Muara Padang Blok 6 Register 39 Kotaagung Utara pada tanggal 20 Oktober 2018. “Yang dapat Kami lihat dilapangan ada 8 ekor, kemungkinan 4 ekor lainnya terpisah dan kami berusaha mencari keberadaannya. Rombongan Gajah liar sampai dengan tanggal 24 Oktober sudah di Blok 7 di Talang Sinar Gunung di titik kordinat 0432857. 9410509. Rombongan Gajah liar di blok 7 Talang Sinar Gunung sudah 2 malam”, ujar Kepala Resort Ulu Belu Sukirno.

    Sampai dengan saat ini, Kelompok Gajah Konflik telah terpantau sebanyak 12 ekor (bergabung kembali menjadi satu kelompok). Kelompok Gajah telah bergeser ke Blok 8 Register 39 Kotaagung Utara,  Tim Penanggulangan Konflik Gajah dan Manusia bersama masyarakat dan Mitra Kerja Balai Besar TNBBS masih melakukan penjagaan.

    Mari berbagi ruang hidup secara seimbang, Gajah Lestari Masyarakat Sejahtera…

    Sumber : Humas Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

  • TNBBS Jadi Ladang Proyek NGO Asing?

    TNBBS Jadi Ladang Proyek NGO Asing?

    Lampung (SL) – Aktivis lingkungan hidup Edy Karizal mengatakan sudah puluhan tahun NGO asing hanya menjadikan TNBBS sebagai ladang proyek. Mereka gagal menjaga kerusakannya. Hal itu menjadi pertanyaan  banyak kalangan, dan butuh segera di lakukan perbaikan, agar TNNBS tidak semakin rusak.

    ”Kita perlu pertanyakan agar TNBBS tak semakin hancur dan jadi ladang proyek NGO-NGO asing itu saja,” kata Edy Karizal, Selasa (11/9).

    Dia khawatir Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) nasibnya akan seperti Taman Nasional Gunung Leuser, Nangroe Aceh Daroesalam, Taman Nasional Teso Nilo, Riau atau taman nasional lainnya. ”Jika alamnya sudah rusak, tidak seksi lagi, dengan gampangnya, mereka akan hengkang dari Bumi Tanah Lado ini,” kata Ketua Watala itu.

    Non-governmental (NGO) asing perlu dipertanyakan aktivitasnya di TNBBS. Mereka telah gagal mengelola Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), kata Edy Karizal. LSM asing tersebut sudah puluhan tahun ”menjual” isu spesies-spesies yang terancam punah TNBBS, tapi tak jelas informasi dan progresnya kepada publik Lampung, katanya.

    Diungkapkannya, intervesi LSM asing atau NGO luar yang telah berkamuflase menjadi Yayasan ini juga pernah dipertanyakan  Wakil Ketua Komisi IV DPR, Firman Subagyo pada tahun 2013. Firman kala itu menyatakan bahwa organisasi lingkungan World Wildlife Fund for Nature (WWF) tidak mampu mengatasi kerusakan hutan yang ada di Taman Nasional Tesso Nilo, Riau.

    Seperti dilansir Investor Daily, Firman bahkan memberikan contoh bahwa kondisi Taman Nasional Tesso Nilo yang dikelola secara kolaboratif dengan WWF terus terjadi deforestasi.  Hal ini dinilainya menjadi bukti ketidakmampuan organisasi lingkungan asing untuk mengatasi kerusakan alam dan memberikan solusi bagi masalah lingkungan di Indonesia.

    Ini waktunya bagi Indonesia untuk tidak berkompormi degan WWF karena terbukti tidak mampu melakukan apapun,” papar Firman kepada Investor Daily. Juga pada masa Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan pernah menyatakan akan meninjau kerjasama dengan WWF lembaga dan asing lainnya karena gagal mendukung  perbaikan pengelolaan hutan di Indonesia.

    Zulkifli Hasan mengungkapkan, kondisi hutan yang dikerjasamakan dengan lembaga asing ternyata cenderung makin buruk. Contohnya apa yang terjadi di Taman Nasional Gunung Leuser, Nangroe Aceh Daroesalam, dimana pembalakan liar terus terjadi.

    Begitu juga yang terjadi di Taman Nasional Teso Nilo, Riau, yang dikelola secara kolaboratif dengan WWF, yang kondisinya kini semakin parah. Zulkifli Hasan menjelaskan akibat kegagalan perbaikan pengelolaan hutan secara kolaboratif tersebut, pemerintah harus menanggung beban tanggung jawab. (rml/nt/jun)

  • Kapolda Lampung Sebut Warga Tewas Diamuk Gajah Dilokasi Kawasan Terlarang

    Kapolda Lampung Sebut Warga Tewas Diamuk Gajah Dilokasi Kawasan Terlarang

     Tanggamus (SL) – Sekelompok gajah mengamuk saat mencari makan di Talang Marno Blok 6 Hutan Lindung register 39 Kota Agung Utara, Kecamatan Bandar Negeri Semoung, Kabupaten Tanggamus, Lampung, sekitar pukul 03.30 WIB, Selasa (3/7/2018). Akibatnya, satu orang warga bernama Surip (70) tewas.

    “Lokasi tersebut merupakan kawasan yang disiapkan untuk habitat gajah dan terlarang untuk warga tinggal di daerah tersebut. Namun larangan tersebut tak diindahkan,” ujar Menurut Kapolda Lampung Irjen Pol Suntana, saat dikonfirmasi, Rabu (4/7/2018). “Ada masyarakat yang sudah kita ingatkan seringkali untuk keluar dari situ, mereka bercocok tanam di hutan-hutan itu. sehingga terjadi (gajah mengamuk),’ tambahnya.

    Polda Lampung bersama Pemda Kabupatan Tanggamus menghimbau supaya peristiwa ini tidak terulang, agar masyarakat yang tinggal di hutan habitatnya gajah untuk pergi dari situ. Mantan Wakapolda Metro Jaya ini pun menuturkan larangan tersebut bukan tanpa alasan. Hutan yang ditinggali warga tersebut wilayah gajah untuk mencari makan.

    Kendati demikian, dirinya pun mengaku bahwa pemerintah daerah belum memberikan solusi untuk para warga jika harus meninggalkan lokasi tersebut atau berpindah rumah, karena lokasi tersebut tempat segerombolan gajah untuk mencari makan. “Kita sudah menghimbau beberapa kali. Nah, itu masalahnya, masyarakat mau tinggal di mana,” ujar kapolda, seperti dilansir Merdeka.

    Jadi, lanjut dia, pencegahannya polisi bersama petugas Balai Kehutanan menghimbau masyarakat untuk tidak tinggal di wilayah itu, karena habitatnya gajah. Atas peristiwa tersebut, bukan hanya menewaskan Surip saja, melainkan juga telah merusak pekarangan kebun pisang dan satu rumah milik Surip hingga rusak parah. (LO)

  • DPRD Pesisir Barat Dukung Pemkab Tuntaskan Suplai Jaringan Listrik di Daerah Terisolir

    DPRD Pesisir Barat Dukung Pemkab Tuntaskan Suplai Jaringan Listrik di Daerah Terisolir

    Pesisir Barat (SL) – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pesisir Barat (Pesibar) siap mendukung semaksimal mungkin terkait upaya Pemkab Pesibar dalam menuntaskan permasalahan suplai jaringan listrik PLN diwilayah terisolir atau sulit dijangkau.

    Wakil Ketua I DPRD Pesibar, M. Towil, ketika dikonfirmasi suarapedia.com,Kamis (5/7/2018), mengatakan bahwa DPRD Pesibar cukup mengapresiasi dengan upaya keras Pemkab Pesibar dalam mengentaskan krisis listrik diwilayah sulit dijangkau seperti Pulaupisang dan Wayharu. “Upaya-upaya yang dirintis secara bertahap itu kini mulai membuahkan hasil. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak lama lagi jaringan kabel besar bawah laut Tebakak-Pulaupisang akan segera dipasang,” ungkap Towil.

    Dilanjutkannya, dengan demikian Pulaupisang yang kini sudah menjadi tujuan wisata, akan segera dialiri listrik PLN yang secara otomatis akan berdampak terhadap perkembangan dan peningkatan taraf kesejahteraan masyarakatnya. “Kalau Pulaupisang terang, masyarakatnya sejahtera juga pariwisatanya akan berkembangan pesat,” lanjut Towil.

    Begitu juga dengan Wayharu, menurut Towil, upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh Pemkab Pesibar melalui Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkaitnya juga sudah mulai membuahkan hasil yang positif. “Setelah akses menuju Wayharu sudah terbuka, PLN sebelumnya sudah berjanji untuk langsung dimasukkannya jaringan listrik ke Wayharu,” katanya.

    Hasilnya, saat ini pihak Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) sudah memberikan izin lewat terhadap kabel besarnya nanti. “Ini benar-benar perkembangan yang positif,”

    Untuk itu, Towil menegaskan DPRD Pesibar siap mendukung secara penuh langkah-langkah yang akan diprogramkan Pemkab Pesibar, selama program tersebut masih bermaksud untuk kemaslahatan masyarakat banyak. “Termasuk dalam hal anggaran, DPRD Pesibar siap mendukung penuh. Selama program itu masih bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya. (SP)

  • Mbah Surip Tewas Diamuk Kawanan Gajah

    Mbah Surip Tewas Diamuk Kawanan Gajah

    Tanggamus (SL)- Kawanan Gajah merusak rumah warga dan penghuninya di Talang Marno Blok 6 Hutan Lindung register 39 Kota Agung Utara Kecamatan Bandar Negeri Semoung Kabupaten Tanggamus. Akibatnya seorang nenek Mbah Surip (70), tewas dengan kondisi tubuh tak berbentuk, rata dengan tanah bersama rumah gubuknya.

    Menurut laporan warga setempat, sekitar pukul 03.00 WIB terlihat sekawanan gajah yang sedang mencari makan datang ke arah Talang Marno, melihat kejadian tersebut warga pun langsung keluar dari rumah masing-masing untuk bersiap siaga karena kedatangan sekawanan gajah tersebut.

    Sekitar pukul 03.30 sekawanan gajah itu menghampiri pekarangan rumah milik mbah Surip, sehingga tanaman dan pekarangan miliknya rusak akibat sekawanan gajah tersebut.

    Melihat sekawanan gajah yang sedang memakan dan merusak tanaman miliknya, mbah Surip bermaksud untuk mengusir sekawanan gajah itu, namun hal tersebut membuat sekawanan gajah itu mengamuk, sehingga merusak pekarangan dan rumah bahkan sampai membunuh mbah Surip.

    Kejadian ini pun langsung dilaporkan oleh warga setempat ke Anggota Koramil Wonosobo. Menindaklanjuti laporan tersebut komandan Koramil Wonosobo langsung mendatangi TKP dan berkoordinasi dengan Kepolisian sekitar serta ke TNBBS.

    Menurut data yang diberikan oleh warga setempat, kerugian yang dialami yaitu 1 korban meninggal dunia dengan kondisi tubuh yang mengenaskan dan kerusakan pekarangan serta rusaknya 1 unit rumah. Namun kondisi saat ini sudah kondusif dan aman. (Ismadiah/nt/red)

  • RKT Perjanjian Kerjasama Antara Pemkab Lambar TNBBS di Bahas

    RKT Perjanjian Kerjasama Antara Pemkab Lambar TNBBS di Bahas

    Lampung Barat (SL) – Rapat Pembahasan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Kabupaten Lampung Barat dengan Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Tentang Optimalisasi Pengamanan Kawasan sekitar Jalan Sukabumi-Suoh yang melintasi TNBBS Kabupaten Lambar, Selasa 03/07/2018 Di Ruang Rapat Pesagi Pemkab Lambar.

    Rapat yang di hadiri oleh Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus, Kepala Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan selatan Ir. Agus Wahyudiyono, Sekdakab Lambar Akmal Abdul Nasir SH., Asisten Bidang Pemerintahan Dan Kesra Drs. Adi Utama, Asisten Bidang Perekonomian Dan Pembangunan Ir. Natha Djudin Amran, Kepala OPD di Lingkungan Pemkab Lambar.

    Dalam rapat tersebut Bupati Lambar Parosil Mabsus menyampaikanPemkab pada tahun 2018 telah selesai melaksanakan pembangunan ruas jalan sukabumi-suoh yang melintasi Kawasan TNBBS yang merupakan satu-satunya akses jalan menuju daerah Sukabumi-suoh.

    Selanjutnya Pemkab Lambar dengan BBTNBBS telah sepakat bersama mengoftimalkan pengelolaan TNBBS di Sukabumi-Suoh kabupaten Lambar pencapain optimalisasi tersebut telah di laksanakan secara bertahap. Tahapan direncanakan selama 5 tahun dan di
    tuangkan dalam rencana pelaksanaan program (RPP) di mulai tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 yang di sesuaikan dengan kondisi keuangan pemkab Lambar.

    Lebih lanjut Bupati menyampaikan dengan wilayah yang luas di TNBBS yang masuk wilayah Lambar, perlu adanya koordinasi kerjasama untuk optimalisasi pengamanan kawasan sekitar jalan Sukabumi -Suoh yang melintasi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Kabupaten Lampung Barat tersebut untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

    Dalam pengelolaan perlu adanya sinergi dan kesepahaman dalam kebijakan sesuai dengan regulasi yang ada. Dengan adanya perjanjian kerjasama diharapkan adanya pemanfaatan maksimal Kawasan, Pariwisata yang ada di wilayah tersebut seperti danau asam, wilayah
    Kubu perahu serta air terjun di Kec. Air Hitam.

    Bupati juga mengharapkan adanya peningkatan kualitas akses jalan Sekincau-Suoh dapat ditingkatkan perbaikan sebagai salah satu akses masuk ke wilayah Kecamatan Suoh.

    “Diharapkan dengan adanya perjanjian kesepahaman yang dilakukan dapat bekerjasama untuk memudahkan kegiatan pelaksanaan pembangunan serta pelestarian kawasan hutan”, Ujarnya.

    Terus, kawasan hutan merupakan tanggung jawab kita bersama untuk dijaga sebagai habitat hewan dan tumbuhan yang berkembang di kawasan tersebut. Tujuannya RKT ini adalah sebagai pedoman pelaksanaan Kegiatan agar memenuhi kaidah dan aturan yang benar dalam pelaksanaannya dan pencapain program sesuai dengan yang di harapkan.

    Sampai dengan berita ini di turunkan perjanjian kerjasama tersebut masih dalam pembahasan. (Gus Salim)

  • Aksi Bina Cinta Lingkungan, TNBBS Peringati Hari Bumi

    Aksi Bina Cinta Lingkungan, TNBBS Peringati Hari Bumi

    Margomulyo (SL) – Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) melakukan peringatan Hari Bumi (Earth Day) melalui kegiatan Bina Cinta Lingkungan di  Pekon (Desa) Margomulyo, Kecamatan Semaka, Tanggamus. Peserta pembinaan yang terlibat merupakan pelajar Pramuka SMP Negeri 1 Semaka, sebanyak 70 Orang. Para pembina terdiri dari unsur TNBBS, Mitra Taman Nasional WCS, Yabi, dan Repong, Pihak Kecamatan Semaka, Saka Wanabakti, Paskibra Semaka, dan Masyarakat Pekon Margomulyo, Tanggamus, Minggu 22 April 2018.

    Aksi penanaman dilakukan bersama meliputi penanaman yaitu 200 batang tanaman jenis medang, sebagi upaya pengayaan tanda batas TNBBS, kemudian 200 batang alpukat di lahan Pekon Margomulyo, dan pengenalan persemaian tanaman keras bagi pelajar pramuka.

    Kegiatan ini menjadi ajang sarasehan bagi pihak Kecamatan Semaka, masyarakat Pekon Margomulyo, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Diskusi ringan dilakukan bersamaan dengan kegiatan gotong royong membangun pos jaga tim satgas konflik satwa di Pekon Margomulyo.

    Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Sukaraja, Sasriful Yadi, mengungkapkan bahwa melalui kegiatan pembinaan dan pengenalan langsung kondisi alam sekitar TNBBS kepada pelajar pramuka, maka diharapkan generasi muda akan memiliki pengetahuan serta karakter yang membangun alam, menerapkan nilai-nilai keseimbangan alam pada kehidupannya di masyarakat.

    Vivin Anggoro, Penyuluh Kehutanan TNBBS, sekaligus Pembina Kepramukaan Saka Wanabakti, mengungkapkan bahwa “aksi penanaman di hari bumi ini sebagai sebuah pemicu bagi generasi pelajar di sekitar TNBBS untuk lebih mengenali kondisi alam saat ini, yang memang membutuhkan peran aktif mereka dengan mengajak langsung untuk belajar ke alam terbuka. Kegiatan ini juga mengajarkan keterampilan khusus Krida Sakawana Bakti dalam hal hal yang dibutuhkan untuk pelestarian alam, seperti cara penanaman, pembibitan, sampai pengenalan penanganan konflik satwa”.

    Edy Fahrurrozi, Camat Semaka, memberi apresiasi kepada pihak TNBBS dan masyarakat, ”bahwa terkait kegiatan kegiatan pembinaan pelajar dan aksi cinta lingkungan seperti ini adalah aksi yang mulia, karena memang kita membutuhkan aksi terhadap kondisi alam kita saat ini, tentunya aksi perbaikan, dan tentunya juga berharap kegiatan serupa dapat dilakukan di wilayah Semaka lainnya yang saat ini sedang mengalami konflik dengan gajah sumatera”.

    “Peranan satgas desa dan masyarakat sangat penting dalam mengantisipasi interaksi konflik dengan gajah sumatera, dan kami mengapresiasi peranan TNBBS dan Mitra lembaga konservasi seperti WCS, Repong Indonesia dan Yayasan Badak dalam membangun kapasitas masyarakat di Margomulyo dan Sukaraja, kami juga mengharapkan kerjasama yang lebih luas dengan parapihak dalam membangun kebutuhan untuk mitigasi konflik satwa dan manusia, ujar Edy, yang dijuluki Camat Konservasi oleh banyak kalangan konservasi di Lampung.