Tag: TNWK

  • Lagi, Gajah Betina Mati di Taman Nasional Way Kambas

    Lagi, Gajah Betina Mati di Taman Nasional Way Kambas

    Lampung Timur, sinarlampung.co – Seekor gajah betina ditemukan mati di dalam kawasan konservasi Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Kabupaten Lampung Timur, Minggu (6 Oktober 2024) kemarin.

    Baca: Lagi, Gajah Ditemukan Mati di Kawasan TNWK

    Baca: Perburuan Gajah Masi Marak di TNWK

    Kapolres Lampung Timur AKBP Benny Prasetya, didampingi Kapolsek Way Bungur AKP Putu Hartha, Senin (7 Oktober 2024), menjelaskan bahwa peristiwa kematian gajah tersebut, awalnya dilaporkan oleh Petugas TNWK.

    Bangkai gajah dewasa berjenis kelamin betina ini, ditemukan oleh beberapa petugas TNWK, saat sedang melaksanakan patroli, di kawasan RPTN Desa Toto Projo SESI II, Kecamatan Way Bungur. “Petugas patroli TNWK kemudian mendokumentasikan kondisi bangkai gajah betina tersebut, dan melaporkannya kepada pihak kepolisian, serta tim terkait.” Terangnya.

    Tim terkait selanjutnya, pada hari ini (Senin, 7 Oktober 2024), rencananya akan turun ke TKP, untuk melakukan proses pemeriksaan, serta observasi untuk mengetahui penyebab kematian gajah betina tersebut. (Hendra/Red)

  • Pemburu Rusa dan Penyetrum Ikan di Way Bungur Ditangkap Lima Pelaku Kabur BB Satu Rusa Betina Dn Kwintalan Ikan Segar?

    Pemburu Rusa dan Penyetrum Ikan di Way Bungur Ditangkap Lima Pelaku Kabur BB Satu Rusa Betina Dn Kwintalan Ikan Segar?

    Lampung Timur, sinarlampung.coTim Polisi Khusus (Polsus) Kehutanan, Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) menangkap komplotan perburuan liar (ilegal trade) dan pencurian ikan (ilegal fishing) yang kerap beraksi di kawasan Seksi II Bungur, Desa Totoprojo, Kecamatan Way Bungur, Kabupaten Lampung Timur, Kamis 24 Januari 2024.

    Petugas berhasil menangkap ST (44) warga asal Kecamatan Rumbia, Lampung Tengah, dengan barang bukti berupa ratusan kilogram ikan berbagai jenis, satu ekor rusa betina yang telah disembelih, peralat setrum ikan, dan empat sepeda motor. Sementara lima orang lain temannya berhasil kabur. Untuk penyidikan lebih lanjut, ST dan barang bukti diserahkan ke polres Lampung Timur.

    “Penangkapan berawal dari laporan masyarakat yang menyatakan di kawasan Seksi II Bungur taman nasional itu kerap ada aktifitas ilegal yang dilakukan sejumlah orang,” kata Humas Balai TNWK Sukatmoko, dalam siaran persnya, Kamis 25 Januari 2024.

    Berbekal informasi itu, lanjut Sukatmoko, petugas Polhut melakukan penyelidikan. Sekitar pukul 04.30 WIB, di salah satu sudut hutan, petugas memergoki enam warga yang sedang menyetrum ikan. Sadar aksinya diketahui petugas, kawanan pencuri itu kabur ke dalam hutan. Namun satu pelaku, ST berhasil dibekuk.

    Di lokasi penangkapan, petugas mendapatkan ratusan kilo ikan berbagai jenis, satu ekor rusa betina yang telah disembelih, alat setrum ikan dan empat unit sepeda motor milik pelaku. “Pagi itu juga pelaku dan barang bukti kami limpahkan ke Polres Lampung Timur,” kata Sukatmoko.

    Dari banyaknya ikan yang berhasil disita, petugas memperkirakan pelaku menginap beberapa malam di lokasi kawasan taman nasional itu. Selain menggunakan setrum, pelaku juga kerap menggunakan jaring. “Pelaku, mengaku ratusan kilo Ikan hasil kejahatan dijual di sejumlah pasar tradisional. Karena jumlah ikan hampir dua kwintal, kami menduga para pelaku menginap di lokasi,” kata Sukatmoko.

    Catatan wartawan beragam kejahatan seperti penebangan pohon, perburuan satwa, pencurian ikan dan kejahatan lain di kawasan taman nasional seluas 125 hektare lebih telah terjadi sejak puluhan tahun silam.

    Sudah ada ratusan pelaku serta barang bukti diamankan. Meskipun jumlah tersangka yang ditangkap ratusan, tapi kejahatan di TNWK tetap terus saja terjadi. “Jika dihitung jumlah tersangka sudah ratusan. Tapi, masih juga nggak jera. Petugas akan memperketat patroli,” katanya.

    Diserahkan ke Polres

    Kapolres Lampung Timur M Rizal Muchtar mengatakan, pelaku ditangkap lantaran kedapatan melakukan perburuan liar di TNWK. Pelaku tertangkap setelah dilakukan pengejaran oleh petugas Polhut TNWK. “Berawal pada Rabu 24 Januari 2024 saat petugas Polhut TNWK melaksanakan patroli di wilayah kerja Resort Rantau Jaya, pada koordinat UTM 48M582390 9462034,” kata Rizal kepada wartawan, Kamis, 25 Januari 2024.

    Saat itu petugas menerima informasi dari masyarakat bahwa pelaku bersama 6 orang rekannya memasuki hutan lindung TNWK yang diduga akan melakukan perburuan liar. Mendengar informasi tersebut, petugas langsung melakukan pengejaran.

    Dalam proses pengejaran tersebut, petugas berhasil menangkap pelaku yang diduga sedang berburu rusa di kawasan TNWK. Sementara, 5 pelaku lainnya berhasil kabur. “Tersangka diduga nekat masuk kedalam kawasan hutan lindung TNWK, bersama rombongannya, tetapi rekan-rekan tersangka berhasil melarikan diri, saat akan ditangkap,” ungkap Rizal.

    Berdasarkan keterangan tersangka, selain berburu rusa, dia bersama rombongannya juga mencari ikan menggunakan alat setrum di kawasan TNWK.

    Dari tangan tersangka petugas mengamankan barang bukti 1 unit sepeda motor, perlengkapan masak, 4 alat setrum ikan, jaring, dan karung berisi ikan. Barang bukti lainnya, petugas juga menyita 1 ekor rusa betina yang telah dipotong-potong.

    Atas perbuatannya, pelaku dijerat Pasal 40 ayat 2 Jo Pasal 21 ayat 2 (a), huruf (b) dan huruf (d) UU RI No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.  “Pelaku bersama barang bukti hasil buruan saat memasuki kawasan hutan diserahkan ke Mapolres Lampung Timur untuk dilakukan pemeriksaan dan proses hukum lebih lanjut,” pungkasnya. (Red/*)

  • Pengelola TNWK Bisa Apa? Lama-lama Gajah di Sana Bisa Mati Terbakar Semua!

    Pengelola TNWK Bisa Apa? Lama-lama Gajah di Sana Bisa Mati Terbakar Semua!

    BANDARLAMPUNG – Api yang berkobar membakar hutan di Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung Timur pada Selasa (03/10/2023) siang sudah padam. Namun pengelola TNWK dan petugas pemadam masih belum bisa tenang lantaran api dapat saja berkobar kembali bila angin masih berhembus kencang.

    “Situasinya rumit. Meski kita dalam kewaspadaan tinggi, potensi kebakaran masih tinggi dan kami tidak punya peralatan memadai untuk mengatasi,” ujar Humas TNWK, Sukatmoko, Rabu (04/10/2023).

    “Di dalam sana sangat kering sekali. Alang-alang di lahan savana sangat mudah terbakar, dan lokasinya sulit dijangkau. Untuk sampai ke sana tidak bisa menggunakan kendaraan,” tambah dia lagi.

    Sukatmoko mengakui bahwa selama ini politik penganggaran kurang berpihak kepada TNWK. Ia membenarkan pihaknya sudah berkali-kali mengajukan pengadaan pelaratan yang lebih modern untuk mengatasi kebakaran hutan kepada pemerintah. Tapi tidak dipenuhi.

    “Berkali-kali kami ajukan, tapi tidak dipenuhi, dicoret dengan alasan macam-macam,” tegasnya.

    Akibatnya selama bertahun-tahun pengelola TNWK mengalami kesulitan melakukan mitigasi risiko atau tindakan terencana berkelanjutan terkait pencegahan, pemadaman saat kebakaran dan paska kebakaran.

    Kemarin, sekitar 200 hektar lahan kawasan hutan di Taman Nasional Way Kambas (TNWK). Pihak TNWK mengklaim menurunkan lebih 60 personil gabungan dari Polres, dan Kodim Lampung Timur untuk memadamkan api.

    Sukatmoko menjelaskan upaya yang dilakukan tim pemadam untuk menjangkau lokasi hanya dengan berjalan kaki. ”Tim membawa air dengan Tanki gendong untuk menyiram titik-titik api, secara manual. Selain lokasi gambut, cuaca panas dan angin kencang juga menjadi kendala,” katanya.

    TNWK Makin Merana

    Taman Nasional Way Kambas (TNWK) makin merana akibat kebakaran hutan yang berlangsung bertahun-tahun di setiap musim kering.

    Kebakaran di kawasan ini dengan mudah menghanguskan ratusan hektar areal hutan dan isinya.

    Terhitung September sampai pekan pertama Oktober 2023 luasan kebakaran sudah mencapai 300 hektar sehingga menempatkan Kabupaten Lampung Timur sebagai kabupaten tertinggi kasus kebakaran hutan di Lampung mencapai 2.753 hektar.

    Kepala Bidang Perlindungan dan Konservasi Hutan, Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, Zulhaidir, mengatakan kasus kebakaran hutan terbesar terjadi di Way Kambas.

    “Dari data yang kami miliki periode Januari-Agustus 2023, kasus kebakaran hutan tertinggi terjadi di Way Kambas, setelah itu Way Kanan, Tulangbawang, Lampung Tengah, dan Mesuji

    Ia belum bisa menyimpulkan secara pasti penyebab kebakaran di TNWK. Namun ia memastikan kebakaran umumnya dipicu keringnya alang-ilang di kawasan savana Way Kambas.

    “Pada musim kering seperti ini, kawasan savana di TNWK mengering hingga mudah terbakar. Ada yang melempar puntung rokok saja, misalnya oleh para pemburu liar, bisa cepat menimbulkan kebakaran,” katanya.

    Kalau sudah begini, pengelola TNWK Bisa Apa? Lama-lama Gajah di Sana Bisa Mati Terbakar Semua!

    (red)

     

  • Kasus Karhutla di Way Kambas Tertinggi Tahun Ini

    Kasus Karhutla di Way Kambas Tertinggi Tahun Ini

    Bandar Lampung (SL) – Taman Nasional Way Kambas (TNWK) menjadi kawasan paling rawan terjadinya kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Menurut data Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, Way Kambas menjadi kawasan kasus Karhutla tertinggi di sepanjang tahun 2023.

    Dari total lahan sekitar 2.990 hektar, ada sekitar 2.700 hektar lahan di Way Kambas yang mengalami kebakaran. Data itu tercatat mulai awal tahun hingga bukan Agustus ini, seiring meningkatnya kasus Karhutla di Lampung pada tahun 2023.

    “Jadi kejadian di Way Kambas dan itu memang bertahun-tahun di situ, di lokasi Savana,” ucap Yanyan saat diwawancarai di Mahan Agung, Selasa (19/9/2023).

    Kadishut Lampung, Yanyan Ruchyansyah saat diwawancarai, Selasa (19/9). (Ist)

    Selain dampak El Nino, tingginya kasus Karhutla di Way Kambas juga disebabkan para oknum pemburu liar yang tidak bertanggung jawab. Mereka sengaja membakar savana agar tumbuh pucuk baru.

    Menurut Yanyan, savana dengan pucuk baru akan memancing rusa untuk makan. Sehingga hal ini dimanfaatkan oknum pemburu untuk menangkap binatang buruannya.

    Dalam upaya menanggulangi Karhutla di Lampung, lanjut Yanyan, Gubernur Lampung telah memberi arahan sebagai antisipasi.

    “Semua mengantisipasi langsung dan bersinergi serta melakukan deteksi dini terhadap kejadian kebakaran. Karena kalau sudah Kebakaran akan sulit dipadamkan,” tandasnya.

    Di sisi lain, Yanyan menilai Lampung dalam kondisi aman, meski terjadi peningkatan Karhutla. “Intinya kondisi Lampung masih aman walaupun terjadi peningkatan Karhutla,” tutup Yanyan. (*)

  • The Album That Created 80s Rock

    The Album That Created 80s Rock

    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Atqui eorum nihil est eius generis, ut sit in fine atque extrerno bonorum. Non autem hoc: igitur ne illud quidem. Atque haec coniunctio confusioque virtutum tamen a philosophis ratione quadam distinguitur. Utilitatis causa amicitia est quaesita. Sed emolumenta communia esse dicuntur, recte autem facta et peccata non habentur communia. Itaque his sapiens semper vacabit. Duo Reges: constructio interrete. At enim hic etiam dolore.

    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Atqui eorum nihil est eius generis, ut sit in fine atque extrerno bonorum. Non autem hoc: igitur ne illud quidem. Atque haec coniunctio confusioque virtutum tamen a philosophis ratione quadam distinguitur. Utilitatis causa amicitia est quaesita. Sed emolumenta communia esse dicuntur, recte autem facta et peccata non habentur communia. Itaque his sapiens semper vacabit. Duo Reges: constructio interrete. At enim hic etiam dolore.
    Familiares nostros, credo, Sironem dicis et Philodemum, cum optimos viros, tum homines doctissimos. Philosophi autem in suis lectulis plerumque moriuntur. Universa enim illorum ratione cum tota vestra confligendum puto. Nonne igitur tibi videntur, inquit, mala? Pisone in eo gymnasio, quod Ptolomaeum vocatur, unaque nobiscum Q. Quia dolori non voluptas contraria est, sed doloris privatio. Sed tempus est, si videtur, et recta quidem ad me. An eiusdem modi?

    Curabitur cursus et ligula ut rhoncus. Phasellus consequat sapien eget consequat condimentum. Nullam tristique non neque vulputate commodo. Nulla eget dui fermentum, porta dolor sed, placerat lacus. Nunc at risus molestie, iaculis sapien in, dapibus ante.

    Praesent tellus ipsum, luctus vel orci eget, facilisis placerat enim. Suspendisse laoreet erat vel metus molestie luctus. Donec molestie risus ac velit ornare elementum. Suspendisse malesuada bibendum est, at tempor purus fringilla ac. Ut ut nulla vitae felis viverra efficitur.

    Curabitur maximus elementum mi non laoreet. Vivamus iaculis ex vitae nulla dictum, ac tempus risus varius. Nunc in rutrum nisl, sodales malesuada tortor. In lectus dui, venenatis non urna ac, pulvinar imperdiet augue. Donec dapibus ipsum congue eros rhoncus, ut rutrum nulla varius. Proin in euismod purus, ac ullamcorper eros.

    Donec quis diam nec purus maximus interdum quis id metus.

    Pellentesque pretium dui nisl, sed bibendum tortor varius sit amet. Fusce placerat nulla non risus pulvinar pulvinar. Integer ut blandit turpis. Nulla pellentesque lectus a sem dignissim laoreet at eu elit. Sed mattis magna vehicula dictum cursus. Nulla ac imperdiet justo. Donec sollicitudin ultricies molestie.

    • Nulla pellentesque lectus a sem dignissim laoreet at eu elit.
    • Sed mattis magna vehicula dictum cursus.
    • Nulla ac imperdiet justo.
    • Donec sollicitudin ultricies molestie.

    Maecenas congue ipsum tortor, ut fermentum dui blandit ac. Sed scelerisque nisi eget augue blandit volutpat. Etiam ornare urna at orci ultrices faucibus eget eu nunc. Sed nibh ante, mollis non eros sit amet, posuere blandit orci. In porta vulputate auctor. Etiam elit nunc, hendrerit vel convallis aliquet, iaculis a metus. Cras vitae quam elit. In quis elit et nibh condimentum ultrices at nec elit. Duis pellentesque lorem sed risus pulvinar fringilla. Nullam aliquet mattis interdum.

    Sed mollis sapien nec auctor porttitor. Morbi vestibulum libero id neque commodo lobortis. Duis quis sollicitudin mi, cursus fermentum ipsum. Suspendisse mollis tortor non volutpat pharetra. Curabitur mi felis, scelerisque sed massa ac, ornare tristique leo. Aenean eget est velit. Morbi urna nibh, posuere vel sollicitudin et, vulputate non lectus. Curabitur eu turpis quis arcu consectetur tincidunt. Morbi ante metus, efficitur nec enim non, porttitor porttitor mi. Quisque ac luctus nulla, sed hendrerit nulla. Donec dapibus posuere ligula vel congue. Mauris sed mollis enim, quis cursus ipsum. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Fusce condimentum viverra orci nec faucibus. Vivamus malesuada, felis ut auctor tincidunt, dui purus pretium magna, ac hendrerit ex massa at augue.

    Familiares nostros, credo, Sironem dicis et Philodemum, cum optimos viros, tum homines doctissimos. Philosophi autem in suis lectulis plerumque moriuntur. Universa enim illorum ratione cum tota vestra confligendum puto. Nonne igitur tibi videntur, inquit, mala? Pisone in eo gymnasio, quod Ptolomaeum vocatur, unaque nobiscum Q. Quia dolori non voluptas contraria est, sed doloris privatio. Sed tempus est, si videtur, et recta quidem ad me. An eiusdem modi?

  • Kematian Gajah TNWK Bukti Ancaman Kepunahan Gajah

    Kematian Gajah TNWK Bukti Ancaman Kepunahan Gajah

    Ilustrasi Gajah Mati (Foto/Dok/Net)

    Bandarlampung (SL) – Jumlah kasus kematian gajah memang berkurang pada tahun 2017. Akan tetapi, potensi kematian yang diakibatkan oleh manusia masih menjadi ancaman serius bagi berkurangnya mamalia dari familia Elephantidaeini. Ironisnya perburuan liar dan pembukaan lahan masih menjadi momok bagi keberlangsungan hidup hewan langka di Indonesia ini.

    “Dari sekian banyak satwa yang berstatus punah, gajah sumatera (Elephas maximus) paling mengenaskan. The International Union for Conservation of Nature (IUCN) menaikkan status gajah sumatera, yang tadinya Endangered menjadi Critically Endangered. Dengan kata lain, status gajah sumatera saat ini adalah terancam punah,” kata Management Effektiveness in Protected Area Officer WWF Indonesia, Beno Fariza Syahri, dalam seminar Mapala Unila, Senin (19/3), di Lantai 4 Ruang sidang Rektorat Unila.

    Seminar konservasi dengan tema “Ancaman dan tatanan konservasi gajah sumatera menuju kepunahan,” menghadirkan pembicara WWF Lampung, BKSDA Bengkulu, Kepala TNWK (tidak hadir dan berwakil), TNBBS (tidak hadir), DPRD Lampung (tidak hadir), dipandu Moderator Juniardi. Hadir juga utusan NGO WCS, TNWK, Watala, TNBBS, Krimsus Polda Lampung, Rektorat Unila, Mahasiswa, para penggiat alam, dan organisasi pencinta alam.

    Menurut Beno Fariza Syahri mengatakan, di Indonesia ada dua spsesies Gajah yang ada, yaitu Gajah Kalimantan dan Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus).  Di Sumatera ada 7 Provinsi yang memiliki habitat Gajah, yaitu Aceh, Lampung, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu.

    Pria yang bekerja di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) ini menuturkan, prinsip Integrated Human Elephant Conflict Mitigation (I-HECM) meliputi, proaktif yaitu melakukan pencegahan sebelum terjadi konflik, kemudian holistik yaitu, hidup berdampingan antara manusia dan Gajah, lalu Win-win solution yaitu, berbagi ruang melalui tata kelola wilayah dan pembinaan habitat. “Sinergitas yaitu, memadukan semua pihak, pemerintah, swasta dan masyarakat,” kata Beno.

    Alih fungsi hutan menjadi lahan perkebunan seperti yang terjadi di Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus menjadi pemicu terjadinya konflik antara gajah dan manusia. Dampak dari itu kata Seno, Gajah bisa memasuki kawasan pemukiman warga, karena berkurangnya habitat gajah. (jun)

  • Konsevasi Badak TNWK Perluas Lahan Penangkaran

    Konsevasi Badak TNWK Perluas Lahan Penangkaran

    Lampung Timur (SL)-Taman penangkaran Badak Taman Nasional Way Kambas (TNWK) mulai melakukan perluasan lahan untuk menjamin kelangsungan hidup tujuh ekor badak, termasuk satu yang berada didalamnya, setelah dikembalikan dari penangkaran di Amerika serikat beberapa waktu lalu.

    Pembangunan sarana penangkaran badak itu di biaya oleh Yayasan Badan Indonesia (Yabi) yang mendapat kucuran anggaran 10.8 miliar, melalui SRS, dan Non APBD maupun PBN.

    Ketua Frum Wartawan Online Lampung, Juniardi (Kanan) bersama Kepala Taman Nasioanl Waykambas, Subakir MH (Kiri) dan Staf saat berada di kandang Badak Harapan.

    “Lahan yang seharunsya adalah 5000 Ha, untuk badak yang ada saat ini baru 100 ha, dan akan ditambah areal 250 Ha, dengan pembangunan talud, dan gorong-gorong, serta pembatas, ” kata Direktur Ekselutif  YABI Widodo, didampingi Kurnia, Kasi Pos Waykanan Arifin, dan Kepala Taman Nasioanl Waykambas, Subakir MH dan Staf saat menerima silahturahmi Forum Wartawan Online (Fortaline) Lampung, di kantor Pos SRS Badak Sumatera, Rabu (19/7).

    Sementara untuk pakan, kata Widodo, selain disiapkan pakan pada zona lahan konservasi, juga berasal dari tanaman produksi beli dari masyarakat. “Satu tahun ada anggaran Rp2 miliar, termasuk untuk pakan. Ada 250 jenis pohon liana, dan perdu. 80 persen tanaman itu juga disukai oleh satwa lain, jadi sering kali tanaman itu juga dimakan satwa lain, tapi kita terus dalam proses pemenuhan stok pakan itu, ” katanya.

    Harapan, setelah dikembalikan dari penangkaran di Amerika serikat beberapa waktu lalu.

    Subakir menambahkan konservasi badak di TNWK adalah satu satunya Konservasi badak yang berhasil berkembang biak di Asia, dan di dunia. TNWK juga kini menjadi sentral pelatihan dokter hewan di Indonesia.

    “TNWK itu dikelilingi berbatasan dengan 37 desa 11 kecamatan, dan tanpa petambah. Terdapat mitra 220 orang masyarakat binaan, 223 PNS 60 pawang, 65 gajah jinak. Anggaran untuk pakan gajah betupa snack, Rp1,3 miliar pertahun, dan itu dikelola pihak ketiga melalui koperasi untuk meminimalisiradanya tindak korupsi. TNWK hanya pengawasan,” kata Baqir.

    Menurut Bakir, TNWK kini dilengkapi rumah sakit Gajah terbesar di Asia Tenggara, terdapat lima mamalia, yaitu Gajah, Harimau, Badak, Tapir, dan Beruang, selain binatang khas lainnya.

    “Persoalan yang menonjol adalah perburuan, dan kita terus tingkatkan pengamanan mengatasi perburuan. Selama satu tahun ini sudah delapan perkara kita majukan ke pengadilan, terkait pelanggaran kawasan hutan dan perburuan satwa liar, ” katanya. (KR)