Tag: tsunami lampung selatan

  • 5.834 Warga Pesisir Pantai Lampung Selatan Masih Berada di Pengungsian

    5.834 Warga Pesisir Pantai Lampung Selatan Masih Berada di Pengungsian

    Bandarlampung (SL) – Polisi mengatakan jumlah warga pesisir Lampung Selatan yang masih berada di pengungsian saat ini sebanyak 5.834 jiwa. Sedangkan jumlah orang yang dilaporkan masih hilang ada tujuh jiwa.

    “Berdasarkan data Kominfo Lampung Selatan, korban hilang tujuh orang, yaitu atas nama Aulia Meyza Putri Binti Rudiansyah (5), Sahri, Saman, Asim, Asmar, Rohani, dan Madsamil,” jelas Kabid Humas Polda Lampung Kombes Sulistyaningsih dalam keterangan tertulisnya, Jumat (4/1/2019).

    Pengungsi paling banyak adalah warga Kecamatan Kalianda, yaitu 3.303 orang. Sebanyak 1.077 orang di antaranya merupakan warga asal Pulau Sebesi dan Sebuku. Mereka dikumpulkan di lokasi pengungsian tenis indoor Kalianda dan SDN 1 Way urang. “Kemudian Kecamatan Rajabasa 1.844 orang, Kecamatan Bakauheni 363 orang, dan Kecamatan Katibung 254 orang,” ujar Sulistyaningsih.

    Dia menambahkan, jumlah personel tim SAR gabungan yang masih bersiaga di empat kecamatan tersebut berjumlah 1.558 orang. Sebelumnya, 22 Desember 2018, terjadi tsunami di Selat Sunda yang berdampak pada dua wilayah, yakni Banten dan Lampung. BMKG menyatakan tsunami terjadi akibat aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau. (amir)

  • Pemkab Lamsel dan Warga Korban Tsunami Beda Pendapat Soal Relokasi Pemukiman

    Pemkab Lamsel dan Warga Korban Tsunami Beda Pendapat Soal Relokasi Pemukiman

    Lampung Selatan (SL) – Para pengungsi sudah mulai rindu kembali ke kehidupannya selama ini. Pemerintah hendak merelokasi mereka. Namun, soal lokasinya, pemerintah dan warga masih silang pendapat. Pemkab Lampung Selatan telah menyiapkan lahan dua hektare di Desa Kedaton Kecamatan Kalianda. Namun, warga masih keberatan karena merasa jauh dari kawasan aktivitas mereka mengais rezeki selama ini.

    Munculnya Desa Kedaton sebagai daerah untuk relokasi korban tsunami setelah rakor para pemangku kepentingan sehari setelah kunjungan Presiden Jokowi ke Desa Kunjir dan Waymulu, Rabu  (2/1).Pemkab Lampung Selatan memiliki stok lahan enam hektare di Desa Kedaton itu. Di lahan tersebut, rencana, pemerintah pusat akan membangun perumahan buat warga terdampak tsunami.

    Menurut Plt Bupati Lampung Selatan, Nanang Ermanto, lokasi pemukiman untuk para korban tsunami berdasarkan hasil survei tim di lapangan. Sebelumnya, ada usulan lokasinya di Desa Waymuli, Kecamatan Rajabasa. Namun, melihat lahannya berupa dataran tinggi, cukup curam dengan perbedaan ketinggian sekitar 24 meter, pemerintah khawatir longsor.

    Selain itu, kata Nanang Ermanto, setelah memperhatikan kondisi lahannya, perlu adanya pematangan lahan (land clearing) dan hal itu membutuhkan biaya yang cukup tinggi. “Kalau dibangun di tempat yang sama, itu sama saja kita merencanakan pembunuhan. Makanya kita cari lokasi yang aman untuk warga, karena bencana alam ini tidak bisa kita duga-duga”, ungkapnya.

    Berdasarkan Perda No. 15 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2011-2031 tentang Kawasan Rawan Bencana, Kecamatan Rajabasa masuk dalam kawasan rawan longsor. “Saya minta sama Pak Camat dan Kades agar menyosialisasikan  Perda ini  kepada masyarakat yang terkena dampak tsunami. Beri penjelasan. Jangan sampai terjadi permasalahan,” katanya.

    Bappeda juga akan pasang beberapa banner tentang Perda RTRW  tersebut. Sedangkan untuk hunian sementara, lanjut Nanang, pihaknya telah menyiapkan tempat bekas Hotel 56 Kalianda untuk 128 Kepala Keluarga dari daerah pesisir yang masuk wilayah Kecamatan Rajabasa.

    Tambahannya, Pemkab Lampung Selatan akan membuatkan shelter-shelter di halaman bekas hotel tersebut. Namun, belum semua warga sepakat direlokasi di Desa Kedaton. Warga merasa lokasinya jauh dari tempat asal mereka sebelumn, yakni di Desa Waymuli, Kunjir dan Sukaraja.

    Alasan warga, mereka sudah puluhan tahun dan mencari nafkah di tempatnya semula. Jikapun pemerintah ingin membuatkan rumah, warga berharap tak terlalu jauh dari lokasi pemukiman mereka sebelumnya. Sebagian warga berprofesi sebagai nelayan.

    Nur, salah seorang pengungsi korban tsunami, telah mengatakan hal yang sama kepada Presiden Joko Widodo saat mengunjungi lokasi desanya yang terkena dampak tsunami.

    Jokowi sepertinya mendengar harapan warga ujarnya. Nur mengatakan warga cenderung menolak jika lokasi relokasi terlalu jauh dari tempat tinggal mereka sebelumnya. Hal yang sama diungkapkan pula oleh seorang warga yang rumahnya luluh lantak diterjang tsunami agar lokasi pemukimannya tak jauh dari desanya di Desa Sukaraja.

    Bocoran dari warga, di Desa Waymuli, ada lahan yang cukup luas yang disinyalir milik Kementerian Kehutanan. Lokasinya tak jauh dari bibir pantai dan berada di dataran tinggi. Bahkan di lokasi yang berada tidak jauh dari tempat pengungsian warga di Desa Sukaraja di kaki lereng Gunung Rajabasa, ada juga tanah milik PT. KAI yang juga berada di dataran tinggi dan jauh dari bibir pantai. (rml/nt)

  • Polisi Terus Memburu Pelaku Ujaran Kebencian Tsunami Lamsel

    Polisi Terus Memburu Pelaku Ujaran Kebencian Tsunami Lamsel

    Bandarlampung (SL) – Tim Subdit II Tindak Pidana Perbankan dan Cybercrime Ditreskrimsus Polda Lampung terus memburu Kelvin Yudha Tama.

    Sebab, remaja pengujar kebencian untuk korban tsunami Lampung Selatan itu sudah satu pekan ini belum juga ditangkap polisi. Berdasarkan pantauan, Rabu (2/1/2018) di kediaman orangtua Kelvin di Perumahan Wisma Mas, Sumberejo, Bandar Lampung, tak ada aktifitas.

    Terlihat pintu kediaman Kelvin bercat cokelat bertingkat itu tertutup rapat, hanya saja ada suara air mancur di depan rumah. Lantainya juga terlihat kotor dan ketika awak media yang hendak masuk, tidak ada satupun yang menerima ucapan salam yang dilontarkan wartawan. Septian, warga sekitar yang melintas mengatakan, kalau sejak kejadian itu rumah orangtua Kelvin selalu sepi. “Gak tahu kemana pak Darozi Chandra ini, sejak kejadian itu kami tak pernah melihatnya lagi,” katanya

    Pjs Kasubdit II Tindak Pidana Perbankan Dan Cybercrime Ditreskrimsus Polda Lampung Kompol I Ketut Suryana hingga saat ini pihaknya masih terus melakukan penyelidikan. Sudah terpetakan remaja itu dan hanya menunggu waktunya saja untuk ditangkap polisi. “Ada unsurnya penghasutan dan provokasi yang masuk, dan terancam pasal 28 ayat (2) UU nomor 19 tahun 2016 atas perubahan UU no 11 Tahun 2008 tentang ITE. Dimana yang bersangkutan dapat dipenjara selama enam tahun lamanya jika terbukti bersalah melanggar pasal tersebut,” katanya.

    Ia juga mengaku, hingga kini polisi belum mengeluarkan surat Daftar Pencarian Orang (DPO) karena tim terus mencari yang bersangkutan.

    Menghilang

    Polisi masih mencari KYT, mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Bandar Lampung yang diduga melakukan ujaran kebencian melalui media sosial. Kapolsek Tanjungkarang Barat Kompol Harvan Rambang mengatakan, polisi sudah berkoordinasi dengan orangtua pelaku.

    Mereka berjanji menyerahkan anak mereka ke polisi jika sudah ditemukan. “Sampai saat ini kami masih mencari keberadaan pelaku, dan kami  sudah koordinasi dengan orangtuanya. Orangtuanya sudah berjanji akan menyerahkan anaknya,” kata Harvan, Kamis, 27 Desember 2018.

    Harvan menjelaskan, saat ini keberadaan KYT belum diketahui. Pasalnya, nomor ponsel pelaku sudah diblokir. “Keberadaan pelaku belum diketahui karena (nomor) handphone-nya  sudah diblokir,” jelas Harvan. Harvan menambahkan, kondisi rumah pelaku yang berada di kompleks Perumahan Wisma Mas, Sumber Rejo, Kemiling, Bandar Lampung, sudah kondusif.

    Sebelumnya, rumah itu didatangi puluhan warga yang diduga berasal dari Way Muli, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan. Mereka kesal dan geram dengan ucapan KYT di media sosial. “Situasi rumah pelaku sudah kondusif, dan kita juga sudah mengerahkan anggota melakukan pengamanan di lokasi. Dan memang tadi ada puluhan orang dari Way Muli yang datang ke sini, “ tutur Harvan.

    Polda Lampung masih mendalami kasus dugaan ujaran kebencian terhadap aksi penggalangan donasi korban tsunami di pesisir Lampung Selatan. Aksi tak terpuji itu dilakukan KYT, mahasiswa sebuah perguruan tinggi ternama di Bandar Lampung. Pjs Kasubdit II Tindak Pidana Perbankan dan Cyber Crime Ditkrimsus Polda Lampung Kompol I Ketut Suryana mengatakan, sejauh ini polisi masih berusaha mencari keberadaan KYT.

    Menurut Ketut, pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait ancaman pasal yang akan dikenakan terhadap KYT. “Kita akan lihat dulu. Bisa penghasutan, provokasi. Jadi sementara lidik dulu. Tunggu saja perkembangan,” kata Ketut, Kamis, 27 Desember 2018. (tribunnews)

  • PWI Kota Metro Tiba di Posko Tsunami Desa Kerinjing

    PWI Kota Metro Tiba di Posko Tsunami Desa Kerinjing

    Metro (SL) – Logistik bantuan untuk korban Tsunami Selat Sunda yang didistribusikan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Metro telah tiba di Posko bersama Peduli Tsunami Lampung di Jalan Cawalirang RT 01/I Desa Kerinjing, Kec. Rajabasa, Kab. Lampung Selatan, Jum’at (28/12/2019).

    Ketua PWI Kota Metro Abdul Wahab mengatakan, bantuan logistik yang dikirimkan diterima langsung oleh para relawan. “Bantuan sudah kami kirimkan, dan alhamdulillah ini sudah diterima dengan relawan yang ada di Posko Kerinjing. Kami menyerahkan penuh kepada teman-relawan di posko ini untuk mendistribusikan bantuan kepada para korban,” ujarnya.

    Ia menyampaikan, logistik yang dikirimkan merupakan amanah masyarakat dan harus disalurkan. “Misi kami kesini adalah kemanusiaan, kami membawa logistik untuk kebutuhan para korban. Mudah-mudahan bantuan ini dapat bermanfaat dan dapat meringankan beban para korban. Dari perlengkapan mandi dan obat-obatan,” ucap Wahab.

    Sementara itu, Relawan tanggap bencana Tsunami di Lampung Selatan, dr. Wahdi Sirajuddin menyampaikan, masih terdapat beberapa kebutuhan yang paling mendesak untuk para korban. “Disini makanan sudah melimpah, dan yang paling dibutuhkan adalah pakaian dalam wanita dan pria, selain itu yang dibutuhkan juga adalah susu dan perlengkapan hingga makanan bayi,” terangnya. (etalaseinfo.com)

  • Empat Menteri Kabinet Kerja Kunjungi Korban Tsunami di Lampung Selatan

    Empat Menteri Kabinet Kerja Kunjungi Korban Tsunami di Lampung Selatan

    Kalinda (SL) – Empat Menteri Kabinet Kerja mengunjungi korban terdampak tsunami di Lampung Selatan, Selasa (25/12/2018). Pemerintah pusat memberikan santunan kepada korbang meninggal masing-masing Rp 15 juta. Keempat Menteri itu yakni Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Menteri Kesehatan Nila Djuwita Anfasa Moeloek. Kunjungan ini didampingi Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo dan Wakil Gubernur Bachtiar Basri. Kedatangan rombongan disambut di Stadion Radin Inten, Kalianda, Lampung Selatan.

    Diiringi mendung dan gerimis kunjungan yang juga didampingi Plt. Bupati Lampung Selatan Nanang Ermanto, Kapolda Lampung Irjen Pol Purwadi Arianto, Danrem 043 Garuda Hitam Kolonel Kav Erwin Djatniko, dan Pj. Sekretaris Daerah Provinsi Lampung Hamartoni Ahadis, mendatangi posko bantuan. Kemudian, rumah warga yang roboh di Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa.

    Rumah tersebut juga bersebelahan dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang ikut rata dengan tanah karena berada tepat di sebelah pinggir bibir pantai. Hingga Senin (24/12/2018), korban meninggal tercatat sebanyak 108. Peninjauan juga ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Bob Bazar Kalianda. Sebanyak 328 pasien dirawat dan sedikitnya 14 masuk UGD. “Saat ini masih dalam kondisi tanggap darurat, yang penting bagaimana penanganan korban terlebih dahulu. Saat ini juga sedang dilakukan validasi terkait ahli waris yang nantinya akan mendapatkan santunan dari Presiden Joko Widodo,” ujar Puan.

    Puan menyampaikan penanganan korban tetap dilakukan. “Seperti penanganan pengungsi, layanan kesehatan, dan melakukan pecatatan atau pendataan terkait sarana dan prasarana atau infrastruktur terkait kerugian rumah. Di antaranya rumah yang rusak sedangdan rusak berat sedang dicatat. Jadi, tolong koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah tetap dilakukan terus menerus,” kata Puan.

    Puan menuturkan, bantuan untuk Lampung Selatan, secara terkoordinasi masuk di seluruh wilayah yang terkena bencana. “Seperti untuk warga di Pulau Sebesi, mulai dilakukan peninjauan ke sana secara terkoordinasi. Memang beberapa hari setelah bencana tidak semua tempat bisa langsung dijangkau. Tetapi secara perlahan dan bertahap kita lakukan penanganan. Saya mendapatkan laporan bantuan masuk ke semua wilayah,” ujar Puan.

    Pada bagian lain, Menteri Nila Djuwita Anfasa Moeloek mengatakan penyediaan obat cukup. “Kalau kurang, Dinas Kesehatan selalu menyiapkan buffer stock (persediaan). Jadi, tidak perlu khawatir obat cukup, kita punya buffer stock di sini, yang terpenting bagaimana masyarakat lebih sehat,” kata Nila.

    Dia meminta Dinas Kesehatan memperhatikan kebersihan lingkungan agar warga tetap sehat. “Bagaimana prilaku budaya hidup sehat atau sanitasi. Tidak peduli terhadap itu juga bisa menyebabkan diare. Kita bisa lihat, masak bersama pun juga bisa risiko terkena diare. Saya usul di sini ada dapur umum berkelompok,” ujar Menteri Kesehatan.

    Nila menyampaikan terhadap psikologis anak, di posko bantuan tersebut ada edukasi atau bimbingan untuk menghilangkan sejenak trauma yang dialami anak-anak. “Mungkin ada trauma pada setiap anak dan coba kita mengajak mereka untuk melupakan dengan seperti story teller kepada anak, bermain, dan sebagainya,” kata dia.

    Kunjungan ini, menurut Gubernur Ridho Ficardo untuk koordinasi bersama Kementerian PUPR dalam merekonstruksi pemukiman warga yang rumahnya hancur akibat tsunami. “Begitu banyak warga masyarakat terkena musibah yang rumahnya rata dengan tanah. Ini yang sesegera mungkin direhabilitasi dan direkonstruksi. Tidak mungkin menampung di rumah sakit sedemikian lama dan penampungan yang disediakan pemda, itu pun tidak bisa terlalu lama,” ujar Gubernur.

    Ridho mengatakan bersama juga Plt. Bupati Lampung Selatan menyiapkan pemukiman sesegera mungkin dan digambarkan ada beberapa alternatif lahan. “Kita cari yang terbaik yang aman tetapi juga yang tidak jauh dari mata pencaharian mereka, karena sebagian mereka adalah nelayan. Tetapi kita cari lokasi yang aman dan mudah mengakses ke laut tetapi agak di atas. Jadi, tidak terkena bencana yang seperti kemarin terjadi,” kata Ridho.

    Terkait waktu pelayanan tanggap darurat, Ridho mengatakan pelayanan terus dilakukan. “Situasi pelayanan tanggap darurat karena banyak rumah yang rata dengan tanah. Tentu pelayanan tanggap darurat dalam kerangka pelayanan pengungsi sampai dengan dibutuhkan. Rakyat Lampung, Pemerintah Daerah melayani rakyat bukan bicara sampai kapan. Jadi, seterusnya sampai dengan rumah sebagian mereka terbangun, itu masih harus dilayani,” ujar Gubernur.

    Bagi warga korban di Pulau Sebuku dan Pulau Sebesi, Ridho menyebutkan pihak terkait bisa menembus lokasi tersebut dari kemarin. “Ada Dinas Kelautan dan Perikanan dan lainnya, sudah masuk ke sana bersama dengan tim kesehatan untuk membawa bantuan. Kita terhubung terus, komunikasi dengan Pulau Sebuku dan Sebesi terbilang tidak pernah terputus,” ujar Ridho. (Humaa Prov Lampung)

  • Bayi di Waymuli Timur Ditemukan Selamat Setelah Delapan Jam Tertimbun Puing

    Bayi di Waymuli Timur Ditemukan Selamat Setelah Delapan Jam Tertimbun Puing

    Lampung Selatan (SL) – Kuasa Allah SWT tak pernah ada yang tahu. Di tengah bencana tsunami Lampung yang menewaskan ratusan orang, seorang balita yang baru berusia satu bulan justru selamat.

    Bayi kecil ini bernama Novalia Azkia Putri. Dia bersama ibunya berhasil selamat setelah tertimbun puing bangunan rumahnya, selama delapan jam lamanya. Novalia merupakan putri bungsu dari pasangan suami-istri Samali Khasan dan  Sunenti. Kedua merupakan warga RT 2 dusun I, desa Waymuli Timur, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan. Desa ini merupakan titik terparah terdampak tsunami.

    Samali Khasan ayah Novalia menceritakan, saat  tsunami terjadi, istrinya beserta kedua anaknya sudah melarikan diri duluan. Namun karena ombak sudah keburu datang, istri dan kedua anaknya terpental kembali ke dalam rumah. “Saat gelombang stunami datang, istri dan anak sudah melarikan diri duluan, posisi Novalia sedang dalam dekapan ibunya. Saya masih tinggal di dalam. Namun sayang ketika ombak datang, istri dan kedua anak saya terpental kedalam rumah, dan saya berhasil lolos,” kata dia.

    Derasnya ombak yang menghantam rumah Samali, membuat rumahnya runtuh dan menimpa istri dan kedua anaknya. Samali yang panik terus melarikan diri ke dataran tinggi. “Setelah ombak mulai surut, saya kembali kerumah, saya shok melihat rumah saya sudah hancur. Saya coba mencari istri dan kedua anak direruntuhan. Tapi yang ketemu hanya anak yang laki-laki saja, Alhamdulillah selamat juga,” kenang dia.

    Keyakinan akan istrinya dan putrinya masih hidup, membuat Samali dibantu keluarga terus mencari mencari keduanya. Pencarian ini membutuhkan hasil, setelah pukul enam pagi terdengar tangisan Novalia dibalik reruntuhan rumah. “Sekitar pukul 6 saya dengar suara bayi nangis dari reruntuhan rumah. Kemudian saya panggil keluarga dibantu tetangga untuk membantu mengeluarkan istri dan anaknya dari reruntuhan,” kata dia.

    Sementara itu, Sunenti menceritakan selama delapan jam tertimbun reruntuhan rumah, dirinya hanya mampu berdoa dan sholawat, sambil menunggu adanya pertolongan. Sambil terus memeluk putrinya yang baru berusia satu bulan. “Difikiran saya hanya keselamatan bayi saja. Dan ada yang menolong. Sebab selama delapan jam dia teriak minta tolong tidak ada yang dengar,” kata dia.

    Jumani keponakan korban yang ikut mengevakuasi Sunenti dan bayinya menceritakan, saat diketemukan posisi Sunenti sedang memeluk bayi. Kondisinya pun cukup memprihatinkan, sudah bermandikan lumpur. “Alhamdulillah, ketika ditemukan keduanya masih hidup. Semua ini kuasa Allah, setalah delapan jam tertimbun puing bangunan dan lumpur masih bisa hidup,” kata dia.

    Keterbatasan alat, membuat evakuasi berlangsung lama dan dramatis. Novalia berhasil di evakuasi satu jam setelah ditemukan. “Novalia berhasil diangkat sekitar pukul 07.00 WIB, sedangkan ibunya berhasil diangkat sekitar pukul 08.00 WIB. Keduanya langsung dilarikan ke rumah sakit Bob Bazar Kalianda untuk mendapatkan perawatan,” kata dia.

    Saat ini kondisi keduanya telah membaik dan telah kembali ke pengungsian di Gunung Rajabasa. Mereka menginap sebuah gubuk milik warga. Kondisinya sangat jauh sekali dari layak untuk seorang bayi berusia 1 bulan. “Bukannya nolak untuk ke pengungsian yang lebih layak, namun  kondisi Bude saya ini masih belum bisa jalan,” kata dia. (suarapedia)

  • Bocah Enam Tahun Selamat dari Tsunami Lampung Selatan

    Bocah Enam Tahun Selamat dari Tsunami Lampung Selatan

    Lampung Selatan (SL) – Yudi Maudi, bocah berusia 6 tahun dari Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, menjadi saksi mata keganasan ombak besar pada Sabtu malam, 22 Desember 2018. Desanya diterjang tsunami dengan ketinggian ombak sampai tiga meter, meluluhlantakan rumah-rumah dan menelan korban jiwa, beberapa orang juga hilang.

    Sesaat sebelum kejadian pada jam 9 malam itu, Yudi sedang bermain di laut, sedangkan orang tuanya berada di rumah. Ombak menelan dan menyeretnya ke tengah laut, bocah tersebut mungkin tak sempat lagi berteriak meminta pertolongan. Ia hanya tahu setelah tersadar berada di pembaringan Rumah Sakit Bob Bazar, Kalianda, Lampung Selatan. “Gak kenal orangnya,” kata Yudi ketika ditanya siapa yang menyelamatkan dan membawa dirinya ke rumah sakit.

    Yudi satu dari ratusan orang yang selamat dari tsunami yang menghempaskan wilayah pantai Lampung Selatan. Hingga Minggu, 23 Desember 2018, sebanyak 22 orang tewas, 129 luka-luka, dan sejumlah lainnya hilang. Di antaranya anak-anak. Desa bocah tersebut salah satu wilayah terparah terkena bencana. Dilaporkan sebanyak 14 korban tewas ditemukan. Warga dan tim gabungan masih melakukan pencarian korban lainnya yang hilang. (LTV)

  • TNI-AL dan Pasukan Marinir Bantu Korban Tsunami Lampung-Banten

    TNI-AL dan Pasukan Marinir Bantu Korban Tsunami Lampung-Banten

    Jakarta (SL) – Merespons kejadian bencana alam tsunami yang kembali terjadi di Selat Sunda, dan mengakibatkan beberapa lokasi baik di Banten maupun di Lampung rusak, TNI AL langsung mengerahkan unsurnya sebagai reaksi awal penanggulangan bencana tersebut, Minggu (23/12).

    Sesaat setelah kejadian, TNI AL mengerahkan KRI Torani-860 dari Koarmada I dan KAL Sanca-815 dari Lantamal III Jakarta, 2 KAL lainnya dari Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Banten serta TNI AL juga mempersiapkan KRI Teluk Cirebon-543 untuk dikerahkan ke lokasi bencana Tsunami Banten dan Lampung

    Selain itu, Korps Marinir TNI AL dari wilayah Jakarta telah mengerahkan Satgas Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (PRCPB) dengan kekuatan 100 personel prajurit yang dipimpin Danyon Kes 1 Marinir Mayor Laut (K) Mohamad Arifin dilengkapi dengan alat penunjang seperti 3 truk LC, 2 truk SC, 1 foreider, 1 unit ambulance, 1 mobil operasional, 100 unit pelampung, 3 set tenda, 20 set perlengkapan medis dan 15 unit alkom.

    prajurit TNI AL diberangkatkan bantu korban tsunami Lampung-Banten

    Dalam waktu yang hampir bersamaan prajurit Marinir TNI AL dari Brigif 4 Marinir Lampung yang juga tergabung dalam Satgas PRCPB sejak pukul 08.00 WIB pagi ini, telah bergerak ke daerah terdampak bencana, di Pulau Lagundi dan personel Lanal Lampung juga sudah dikerahkan ke wilayah Kalianda.

    Dari informasi sementara yang telah di himpun oleh jajaran TNI AL, akibat dari terjangan tsunami di wilayah Selat Sunda, telah mengakibatkan Pos Angkatan Laut (Posal) Labuan rusak ringan, dan Posal Sumur rusak berat. (BHN)