Tag: Tsunami Selat Sunda

  • PWI dan SMSI Bentuk MCC Tsunami Banten-Lampung

    PWI dan SMSI Bentuk MCC Tsunami Banten-Lampung

    Bandarlampung (SL) – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) membentuk Media Crisis Center (MCC) tsunami Lampung dan Banten. MCC mengambil peran nyata dalam memberikan informasi terakurat dari update data-data korban terdampak tsunami.

    Koordinator MCC Provinsi Lampung Nizwar menyampaikan duka mendalam terhadap peristiwa yang terjadi Sabtu (22/12) sore tersebut. Karenanya, PWI dan SMSI tentu mengambil sikap dan langkah-langkah nyata guna membantu para korban tsunami, sekaligus bertanggung jawab menyampaikan informasi yang benar kepada masyarakat secara luas. “Keberadaan MCC akan menjadi jawaban akan informasi simpang siur yang diterima masyarakat terkait tsunami. Seperti Minggu malam, masyarakat pesisir di Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung kembali mengungsi karena khawatir terjadinya tsunami susulan,” ucap Plt. Ketua PWI Provinsi Lampung ini.

    Menurut Nizwar, sekretariat MCC selain di provinsi juga terdapat di kabupaten terdampak tsunami. “MCC juga akan mengupayakan penggalangan dana kemanusiaan untuk kemudian disalurkan kepada korban tsunami,” ujarnya.

    Selain itu, MCC berupaya berperan langsung dalam proses rehabilitasi daerah terdampak tsunami. PWI dan SMSI melalui MCC pusat berkoordinasi dengan sejumlah kementerian dalam proses rehabilitasi. Mulai dari Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pariwisata, hingga Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

    Koordinator Konsolidasi dan SDA MCC Lampung Donny Irawan memastikan sekretariat MCC Lampung akan bekerja maksimal meringankan beban korban tsunami pasca dibentuk Minggu malam. “Kita juga akan membuat rekening donasi korban tsunami,” kata Ketua Umum SMSI Provinsi Lampung tersebut. (red)

  • Para Pengungsi dan Korban Tsunami Tanjung Lesung Apresiasi Aksi Cepat Tanggap Dari Tim Jababeka

    Para Pengungsi dan Korban Tsunami Tanjung Lesung Apresiasi Aksi Cepat Tanggap Dari Tim Jababeka

    Banten (SL) – Pradipta Aditya selaku Dokter di Klinik Cikadu Indah memberikan apresiasi kepada Jababeka Group selaku pengelola KEK Tanjung Lesung yang bergerak cepat untuk mengevakuasi seluruh korban. “Jababeka selaku pengelola sangat cepat respon untuk mengevakuasi korban ke Klinik Cipadu Indah. Ada hampir 100 korban yang dievakuasi pada malam kejadian,” kata Pradipta saat ditemui di Desa Cikadu, Pandeglang, Banten (24/12/2018).

    Ditambahkan Pradipta, sampai pagi tadi tercatat ada 98 korban dilarikan ke Klinik Cipadu Indah yang didominasi oleh anak-anak, dan wanita. Namun, lanjutnya, setelah kondisi korban stabil, mereka kita larikan ke rumah sakit terdekat diantaranya RSUD Berkah Pandeglang, RS Sari Asih, dan Puskesmas Panimbang.

    Menurut pengakuan Pradipta, korban yang dilarikan ke Klinik Cikadu didominasi oleh tamu hotel dan karyawan Tanjung Lesung. “Korban cenderung lebih banyak dari keluarga PLN dan Kemenpora, sedangkan untuk karyawan hanya beberapa orang saja,” terangnya.

    Lebih lanjut, ia mengatakan, untuk tenaga medis yang bertugas di Klinik Cikadu hingga saat malam ini berjumlah 7 (tujuh) orang yang terdiri dari 3 Dokter dan 4 paramedis. “Untuk bantuan medis, pihak Jababeka sudah menyalurkan obat-obatan, alat, dan tenaga medis dari President University,” ungkap Pradipta.

    Jimmy, salah satu karyawan Tanjung Lesung yang berhasil selamat dari amukan ombak tsunami mengatakan, gelombang air menghantam setinggi hampir 2 (dua) meter lebih. “ketinggian air hampir 2 meter lebih, semua terhempas, dan alhamdulillah saya masih bisa selamat dan langsung dievakuasi ke Klinik Cikadu,” ungkap Jimmy.

    Saat ditemui, kondisi kesehatan Jimmy sudah mulai membaik, dan malam ini akan segera dievakusi ke Jakarta untuk pemulihan. Jimmy mengucapkan terima kasih kepada Jababeka selaku pengelola KEK Tanjung Lesung yang telah cepat tanggap untuk membantu mengevakuasi para korban.

    Hingga berita ini diturunkan, total pengungsi di Kantor Desa Cikadu berjumlah lebih dari 200 jiwa yang berasal dari Desa Cipakis, Citereup, dan Tanjung Jaya, dan didominasi oleh ibu-ibu dan anak-anak. Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) jumlah sementara korban dan kerusakan akibat tsunami yang menerjang wilayah pantai di Selat Sunda tercatat 222 orang meninggal dunia, 843 orang luka-luka, dan 28 orang hilang. Dan sebanyak 556 unit rumah rusak, 9 unit hotel rusak berat, 60 warung kuliner rusak, serta 350 kapal dan perahu rusak. (rls)

  • BNPB Laporkan Jumlah Korban Tewas dalam Tsunami Selat Sunda Terus Bertambah

    BNPB Laporkan Jumlah Korban Tewas dalam Tsunami Selat Sunda Terus Bertambah

    Jakarta (SL) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan korban tewas tsunami yang menerjang Selat Sunda, Anyer dan Lampung, pada Sabtu (22/12) menjadi 43 orang dan masih bisa bertambah.

    Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan korban luka hingga kini mencapai 584 orang sementara 2 orang lainnya dinyatakan hilang. “Hingga Minggu, 23 Desember pukul 07.00 WIB, data sementara jumlah korban dari bencana tsunami di Selat Sunda tercatat 43 orang meninggal dunia, 584 orang luka-luka, dan 2 orang hilang,” ucap Sutopo pada Minggu (23/12).

    Sutopo mengatakan tsunami yang menerjang pesisir Pandeglang dan Lampung tersebut juga menyebabkan kerugian fisik seperti 430 unit rumah, 9 hotel, 10 kapal, dan puluhan bangunan lainnya rusak berat.

    Sutopo memaparkan di Kabupaten Pandeglang tercatat 33 orang meninggal dunia, 491 orang luka-luka, 400 unit rumah rusak berat, sembilan hotel rusak berat, dan 10 kapal rusak berat.  “Daerah yang paling terdampak adalah permukiman dan kawasan wisata di sepanjang pantai seperti Pantai Tanjung Lesung, Sumur, Teluk Lada, Penimbang dan Carita. Saat kejadian banyak wisatawan berkunjung di pantai sepanjang Pandeglang,” kata Sutopo.

    Sementara itu di daerah Lampung Selatan, papar Sutopo, tujuh orang meninggal dunia, 89 orang luka-luka dan 30 unit rumah rusak berat. Sedangkan di Serang tercatat tiga orang meninggal dunia, empat orang luka-luka, dan dua orang dinyatakan hilang. “Pendataan masih dilakukan. Kemungkinan data korban dan kerusakan akan bertambah.”

    Lebih lanjut, Sutopo menuturkan penanganan darurat terus dikerahkan ke lokasi bencana. Status tanggap darurat seperti pembentukan struktur organisasi tanggap darurat, pendirian posko, dapur umum masih disiapkan bagi para pengungsi.

    Hingga kini, dia menuturkan jumlah pengungsi masih terus didata. Pandeglang, menurutnya, daerah yang paling terdampak tsunami. “Masyarakat dihimbau tidak melakukan aktivitas di sekitar pantai saat ini. BMKG dan Badan Geologi masih melakukan kajian untuk memastikan penyebab tsunami dan kemungkinan susulannya”, tambahnya.

    Tsunami terjadi pada Sabtu malam sekitar pukul 21.27 WIB. Sutopo mengatakan penyebab tsunami belum bisa dipastikan. Namun, melalui cuitannya di Twitter, Sutopo mengatakan fenomena tsunami di Selat Sunda kemarin termasuk langka. “Letusan Gunung Anak Krakatau juga tidak besar. Tremor menerus namun tidak ada frekuensi tinggi yang mencurigakan. Tidak ada gempa yang memicu tsunami saat itu. Itulah sulitnya menentukan penyebab tsunami di awal kejadian,” kata Sutopo. (CNNINDONESIA)

  • BMKG Menduga Tsunami Selat Sunda Diakibatkan Erupsi Gunung Anak Krakatau

    BMKG Menduga Tsunami Selat Sunda Diakibatkan Erupsi Gunung Anak Krakatau

    Jakarta (SL) – BMKG menjelaskan tsunami di Selat Sunda yang menerjang Banten dan Lampung bukan berasal dari gempa tektonik. BMKG menduga tsunami diakibatkan erupsi Gunung Anak Krakatau.

    Kepala BMKG Dwikorita Kurnawati mengatakan pada saat kemarin Sabtu (22/12) itu terdapat dua peristiwa, pertama adanya potensi gelombang tinggi yang diperkirakan terjadi di rentang 21-25 Desember di Selat Sunda. Kedua adanya pemberitahuan dari Badan Geologi Kementerian ESDM yang mengatakan pada (21/12) pukul 13.15 WIB terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau pada level waspada.

    “Informasi geofasial yang terekam BMKG menunjukan ada tiba-tiba kenaikan muka air pantai. Ada kenaikan air. Kami analisis kami memerlukan waktu apakah kenaikan air air pasang akibat fenomena atmosfir yg ada gelombang tinggi yang ada bulan purnama. Namun ternyata setelah analisis lanjut gelombang itu merupakan gelombamg tsunami. Jadi tipe polanya mirip dengan tsunami yang terjadi di Palu. Sehingga kami koordinasi segera dengan badan geologi dan kami sepakat bahwa diduga, kenapa ini diduga karena datanya belum cukup waktu saat ini kami belum bisa cek ke lapangan masih gelap, tadi kita coba pakai alat tapi tidak terlihat namun ada indikasi yang terjadi memang pada hari yang sama ada gelombang tinggi, purnama, dan erupsi anak gunung krakatau yang diduga menyebabkan tsunami,” ujar Dwikorita, di kantornya, Jl Angkasa, Jakarta Pusat, Minggu (23/12/2018)

    “Jadi tsunami yang terjadi bukan karena BMKG gempa. Tadi sudah dicek tidak ada gejala tektonik yang menyebabkan tsunami sehingga setelah kami koordinasi bahwa diduga akibat erupsi tersebut kemungkinan bisa langsung atau tidak langsung memicu terjadinya tsunami,” sambungnya.

    Sementara itu Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ir Rudy Suhendar dalam sambungan teleconference bersama Kepala BMKG menjelaskan aktivitas Gunung Anak Krakatau sudah terjadi sejak 9 Juni hingga saat ini. Menurutnya pada (22/12) kemarin pukul 21.00 WIB terus terjadi erupsi. “Kemudian dilaporkan jam 21.03 memang lagi terjadi letusan, hanya cuacanya kurang mendukung untuk pemantauan visual kita tidak melihat letusan ketinggianya. Namun demikian memang tiap letusan ini ada juga lereran-leleran lava yang timbul disisi lerenganya, diantara lumpur,” ujar Rudy.

    Akan tetapi terkait dengan tsunami ini, ia menduga ada keterkaitannya dengan Gunung Anak Krakatau. Namun menurutnya masih perlu dibuktikan besok saat sudah terang apakah ada longsoran atau tidak. “Ini memang kami masih menduga, apakah ada longsor material dari lereng anak krakatau atau bukan. ini masih perlu kami buktikan dulu sampai besok, apakah memanag ad longsoran atau tidak. Kalau secara visual, dan cara morfologi, Gunung Anak Kraktau memang ada kemungkinan, tapi kemungkinan nya kecil bisa merontokan tubuh dari Anak Krakatau,” ujar Rudy.

    Menurutnya aktivitas Gunung Anak Krakatau terjadi dengan beberapa waktu lalu. Serta tidak ada frekuensi yang mencurigakan, tetapi ia menyebut tsunami yang disebabkan erupsi Gunung Anak Krakatau masih diduga, nanti masih akan dilakukan verifikasi lagi. “Jadi yang menyebabkan tsunami itu Gunung Anak Krakatau ini sifatnya dugaan, kami bersama- sama BMKG akan melakukan verifikasi di lapangan. Saya kira itu,” imbuhnya.

    Berikut penjelasan lengkap yang disampaikan pihak BMKG dan Badan Geologi dalam jumpa pers pukul 02.00 WIB, Minggu (23/12).

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati

    BMKG berupaya untuk mengumpulkan seluruh informasi dan menganalisis karena ada beberapa hal yang terjadi dalam waktu hampir bersamaan. Jadi rentang waktu mulai tanggal 21-22 Desember. Jadi pada tanggal 21 Desember Badan Geologi jadi ini nanti kita akan proses konferensi bersama Badan Geologi, karena fenomena Badan Geologi dan Geofisika juga sampaikan konferensi pers bersama kami. 

    Kemarin yaitu pukul 13.51 WIB tanggal 21 Desember Badan Geologi mengumumkan terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau dan level meningkat pada level waspada. Kemudian juga BMKG mulai kemarin pukul 07.00 WIB memberikan peringatan dini karena kami menganalisis dan mendeteksi ada potensi gelombang tinggi di perairan Selat Sunda, diperkirakan mulai kemarin 21 sampai 25 Desember. Ini dua peristiwa berbeda tapi terjadi di waktu yang sama dan lokasi yang sama sama di perairan Selat Sunda. Pertama adalah erupsi Gunung Anak Krakatau dan kedua potensi gelombang tinggi. 

    Tanggal 22 Desember pukul 09.00-11.00 WIB tim BMKG ada di perairan Selat Sunda melakukan uji coba instrumen di situ terverifikasi terjadi hujan lebat dengan gelombang dan angin kencang. Oleh karena itu tim kami kembali ke darat dan akhirnya masih tanggal 22 Desember pukul 21.03 WIB Badan Geologi mengumumkan terjadi lagi erupsi Anak Gunung Krakatau. Kemudian 21.27 tide gauge Badan Informasi Geofasial yang terekam BMKG menunjukan ada tiba-tiba kenaikan muka air pantai. Ada kenaikan air. Kami analisis kami memerlukan waktu apakah kenaikan air air pasang akibat fenomena atmosfir yang ada gelombang tinggi yang ada bulan purnama.

    Namun ternyata setelah analisis lanjut gelombang itu merupakan gelombamg tsunami. Jadi tipe polanya mirip dengan tsunami yang terjadi di Palu sehingga kami koordinasi segera dengan Badan Geologi dan kami sepakat bahwa diduga, kenapa ini diduga karena datanya belum cukup waktu saat ini kami belum bisa cek ke lapangan masih gelap, tadi kita coba pakai alat tapi tidak terlihat. Namun ada indikasi yang terjadi memang pada hari yang sama ada gelombang tinggi, purnama, dan erupsi Anak Gunung Krakatau yang diduga menyebabkan tsunami. Jadi tsunami yang terjadi bukan karena seperti yg disampaikan BMKG gempa. tadi sdh dicek tidak tidak ada gejala tektonik yang menyebabkan tsunami sehingga setelah kami koordinasi bahwa diduga akibat erupsi tersebut kemungkinan bisa langsung atau tidak langsung memicu terjadinya tsunami. 

    Kami masih perlu mengecek pada saat sudah terang, kami mencurigai longsor karena pola grafik tsunami periodenya pendek-pendek dan mirip seperti Palu karena longsor. Besok pagi kami berupaya mengumpulkan data lagi apakah benar itu karena longsor tebing. 

    Tsunami cukup jauh sampai Bandar Lampung, Cilegon, Serang, Banten dan artinya energinya cukup tinggi. Sehingga oleh karena itu yang paling penting bagi masyarakat tenang namun jangan berada di pantai selat sunda, baik di wilayah Lampung, Banten, Serang itu jangan kembali dulu. Karena pemicunya ini masih diduga.

    Deputi bidang Geofisika BMKG Muhamad Sadly

    Jadi untuk tsunami ini ada beberapa tempat ada tide gauge penunjukan di Serang, pantai Jambu pukul 21.27 padahal erupsi 21.03 dengan ketinggian tsunami 0.9 meter, di pelabuhan ciwandar pada 21.33 ketinggian 0,9 mter atau 90 cm. Kemudian di Banten pada 21.33 WIB ketinggian 0.3 meter, di Lampung Kota Agung 21.35 WIB tercatat 0,30 meter, pelabuhan Panjang 21.53 0,28 meter ketinggian tetapi masih berproses jadi ini masih berlangsung dan erupsi terjadi getaran tremor di Gunung Anak Krakatau sehingga kita terus mmonitor dengan PMVG sejauh apa yang terjadi di sana.

    Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono 

    Kami pastikan gelombang yang masuk ke daratan mulai jam 21.27 itu dipastikan bahwa akibat gelombang tsunami yang awal mulanya kita ragukan apa, tapi yang pasti bukan karena gempa tektonik kami tak mendeteksi adanya aktivitas kegempaan sampai beberapa detik terakir di sekitar Selat Sunda. Namun dari data tide gauge karena tadi pagi jam 21.58 WIB dapat laporan dari teman-teman BMKG dan saya pastikan itu gelombang tsunami. Saya dikirimi gambar tide gauge dan saya pastikan itu adalah gelombang tsunami

    Saya komunikasi dengan Badan Geologi dipastikan mendapat informasi jam 21.03 WIB bahwa ada erupsi di Anak Gunung Krakatau. Makanya kita mengindikasikan bahwa tsunami yang terjadi di Selat Sunda dan Lampung dugaan sementara karena erupsi Anak Gunung Krakatau. Kenapa BMKG tidak memberikan warning karena tidak ada warning yang diakibatkan, kami memberikan warning tsunami yang diakibatkan oleh gempa tektonik. Sedangkan ini yang diakibatkan gempa vulkanik. Sebelumnya BMKG telah memberikan warning memang ada gelombang tinggi. Tadi disampaikan dalam waktu bersamaan disampaikan gelombang tinggi jadi tsunami karena memang sebelumnya gelombang tinggi pagi-berlaku besok pagi, memang mungkin tsunaminya kecil tapi karena ada gelombang tinggi membuat gel tsunami bisa sampai ke daratan. Pada saat bersamaan adanya tsunami yang diakibatan aktivitas Anak Gunung Krakatau. Kalau nggak ada gelombang tinggi tsunami bisa saja nggak masuk ke daratan. 

    Karena begitu saya dapat laporan dari teman BMKG saya pastikan ini adalah tsunami karena waktu itu sudah menduga karena ini akibat Gunung Anak Krakatau karena tak ada aktifitas kegempaan di sana, tak ada di sekitar Selat Sunda. 

    Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono (via sambungan telepon)

    kami mendapatkan laporan dari teman-teman mengenai adanya tsunami atau gelombang pasang dari pada tadi jam 21.00 WIB. Terkait akitvitas Gunung Anak Krakatau, memang aktivitasnya sejaj 29 juni 2018 sampai sekarang memperlihatkan aktivitas yang cukup besar dan pada hari ini sejak jam 13.39, jam 17.00, jam 19.00 dan jam 21.00, terus menunjukan aktivitas-aktivitas atau letusan-letusan ini terjadi bukan hanya malam ini saja, tapi sudah terjadi hampir tiap hari, dengan tipe tembusan sembroya. Jadi lontaran material gunung api diatas dengan ketinggian ada yang sampai 1500, tapi yang tadi jam 19.00 WIB yang masih bisa pantau dari pos pengamatan kami itu rata-rata lemparanya hanya 100-300 meter ditaas puncak. 

    Kemudian dilaporkan jam 21.03 memang lagi terjadi letusan, hanya cuacanya kurang mendukung untuk pemantauan visual kita tidak melihat letusan ketinggianya. Namun demikian memang tiap letusan ini ada juga lereran-leleran lava yang timbul disisi lerenganya, diantara lumpur.

    Nah keterkaiatan dengan tsunami ini memang kami masih menduga apakah ada longsor material dari lereng Gunung Anak Krakatau atau bukan. Ini masih perlu kami buktikan dulu sampai besok, apakah memang ada longsoran atau tidak. Kalau secara visual, dan secara morfologi, Gunung Anak Kraktau memang ada kemungkinan, tapi kemungkinannya kecil bisa merontokan tubuh dari Anak Krakatau. Tapi kita tidak tahu, nanti kita buktikan sebesar apa yang memang kalau betul itu dugaan itu bagian dari longsoran Gunung Anak Krakatau, karena kejadiannya letusan terjadi 22 ini sama dengan letusan beberapa hari lalu. 

    Jadi yang menyebabkan tsunami itu Gunung Anak Kraktau ini sifatnya dugaan, kami bersama-sama BMKG akan melakukan verikiasi dilapangan. Saya kira itu. 

    (dtk)

  • Tak Bisa Tidur karena BMKG

    Tak Bisa Tidur karena BMKG

    Oleh : Wirahadikusumah

    Saya terhenyak tadi malam. Saat sedang menyaksikan pertunjukan musik yang diselenggarakan Komunitas BPK OI Bandarlampung. Penyebabnya bukan karena suara vokalis band yang tampil. Yang mirip sekali Iwan Fals itu. Tetapi, karena adanya informasi yang masuk di WA saya tentang tsunami yang terjadi di pesisir Lampung dan Banten.

    Selain link berita, video dan foto yang menggambarkan warga tengah mengungsi berseliweran di grup-grup WA yang ada saya di dalamnya. Seraya menikmati pertunjukan musik, jari saya terus bermain di layar handphone untuk mencari informasi bagaimana kondisi terakhir di wilayah pesisir. Saya memang sangat khawatir jika terjadi tsunami di Selat Sunda. Sebab, banyak saudara-saudara saya tinggal di wilayah pesisir. Terlebih di Kota Kalianda.

    Di Kalianda, adik kandung ibu saya saja ada empat yang menetap di sana. Belum lagi saudara-saudara saya yang lain. Tetapi, saat itu, saya agak tenang ketika membaca salah satu link berita yang memuat pernyataan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Dalam link tersebut, BMKG menegaskan yang terjadi hanyalah air laut pasang. Bukan tsunami.

    Akhirnya saya menonton pertunjukan musik itu dengan tenang hingga pulang ke rumah pukul 00.00 WIB. Saat menjelang tidur, saya kembali membuka WA. Untuk mengupdate informasi nasib warga pesisir akibat air laut pasang. Tetapi, saat membuka salah satu link berita, saya kembali terhenyak. Penyebabnya ada ralat informasi dari BMKG yang menyatakan peristiwa tadi malam adalah tsunami. Bukan air laut pasang seperti sebelumnya yang disampaikan instansi tersebut.

    Adanya ralat informasi BMKG itu membuat saya tak bisa tidur. Saya merasa heran. Kok bisa BMKG meralat informasi? Jika kejadian itu belum terjadi, atau sifatnya perkiraan, saya menilainya wajar adanya ralat informasi.

    Tetapi, bukankah peristiwa itu sudah terjadi? Mengapa sampai BMKG tidak bisa menggolongkan, mana air laut pasang, mana yang tsunami. Apakah kemampuan alat yang dimiliki BMKG terbatas? Atau rusak? Jika iya, seharusnya pejabat instansi ini jangan asal “ceplos” ke publik.

    Pastikan dahulu. Baru beri keterangan ke publik. Sebab, saat ini BMKG, yang dipercaya masyarakat untuk mengetahui informasi mengenai terjadinya gempa maupun tsunami. Karenanya, keakuratan informasi sangat diharapkan masyarakat. Saya berharap ini menjadi pelajaran bagi BMKG, agar tidak sembarangan lagi mengeluarkan informasi.

  • BNPB : Total Korban Tsunami Lampung-Banten Hampir Seribu Orang

    BNPB : Total Korban Tsunami Lampung-Banten Hampir Seribu Orang

    Lampung Selatan (SL) – Data jumlah korban tsunami semakin banyak, baik yang meninggal, terluka, dan hilang di Provinsi Banten dan Provinsi Lampung hampir seribu orang.  Total korban tewas, luka-luka, dan hilang kedua provinsi menjadi 945 orang dengan rincian 168 tewas, 745 luka-luka, dan 32 hilang.

    Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan hal itu pada Minggu (23/12), pukul 13.00 WIB. “Kerusakan rumah terdapat 558 unit rumah, hotel sembilan rusak berat, 60 warung kuliner mengalami kerusakan, perahu, kapal ada 350 rusak,” ujar Sutopo dalam jumpa pers di Yogyakarta.

    Menurut dia, diperkirakan, korban masih akan bertambah. Sebab belum semua daerah-daerah terdampak tsunami dilakukan pendataan. Musibah tsunami, lanjut Sutopo, terjadi di saat kondisi long weekend menjelang libur Natal pada Selasa (25/12)“Libur empat hari, objek wisata sekitar pantai daerah Banten mulai Anyer, Carita, Tanjung Lesung padet wisatawan,  ada banyak acara yang kemudian terjadi tsunami secara tiba-tiba,” tuturnya. (RML)

  • Dua Pengunjung Alau-Alau Resort Kalianda Ditemukan Tewas Tersapu Gelombang Tsunami

    Dua Pengunjung Alau-Alau Resort Kalianda Ditemukan Tewas Tersapu Gelombang Tsunami

    Kalianda (SL) – Dua dari tujuh orang pengunjung Alau-Alau Resort di Kelurahan Way Urang Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan (Lamsel) ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa, Minggu (23/12/2018). Yusuf seorang karyawan Alau-Alau Resort mengatakan ada lima dari lima belas mobil milik pengunjung tenggelam di Danau Alau-Alau Resort.

    Dua dari tujuh pengunjung yang tersapu gelombang tsunami sudah ditemukan meninggal dunia.”Korban yang ditemukan dalam keadaan meninggal dunia ada dua, sedangkan lima orang lagi masih dalam pencarian tim Basarnas. Kalau mobil dan motor tamu sudah tersapu hingga keluar danau,” ujarnya.

    Sementara Cardam pengelola Alau-Alau Resort merinci, ada 7 cottage dan satu aula tersapu bersih oleh gelombang tsunami. Bahkan tamu yang menginap di alau-alau Resort, menempati cottage yang letaknya hanya 20 meter dari bibir pantai.”Semua pengunjung yang menjadi korban tsunami menginap di cottage yang di pantai, kalau tamu yang berada di villa tidak ada yang menjadi korban, artinya hanya di radius 50 meter yang tersapu bersih gelombang tsunami,” bebernya.

    Cardam juga merinci dari 7 cottage dan satu aula yang terbuat dari kayu tersebut, pihaknya rugi hingga Rp500 juta lebih. Mengingat, seluruh bangunan terbuat dari kayu.”Harga kayu kan mahal, jadi kemungkinan kerugian mencapai Rp.500 juta lebih,” tambahnya.

    Berikut data korban pengunjung Alau-Alau Resort yang menjadi korban tsunami:

    1. Putri (perempuan umur 8 tahun, ditemukan meninggal dunia)
    2. M. Rayen (laki-laki umur 6 bulan, ditemukan meninggal dunia)

    Yang belum ditemukan:

    1. Mutia (perempuan umur 2 tahun)
    2. Pradika  (laki-laki umur 2 tahun)
    3. M. Ibrahim (laki-laki umur 7 tahun)
    4. Nanda (laki-laki umur 20 tahun)
    5. Rifai (laki-laki umur 18 tahun)

    (RLS)

  • Sebagian Pengungsi Tsunami Tinggalkan Gedung Balai Keratun

    Sebagian Pengungsi Tsunami Tinggalkan Gedung Balai Keratun

    Bandarlampung (SL) – Pasca gelombang air laut di pesisir pantai Telukbetung Bandarlampung kembali normal. Sebagian pengungsi mulai meninggalkan gedung Balai Keratun, Minggu (23/12/2018) pagi.

    Kepala Dinas Sosial Provinsi Lampung Sumarju Saeni mengatakan usai sholat subuh Minggu (23/12/2018) para pengungsi mulai memberanikan diri untuk kembali ke rumah masing-masing. “Sejak usai sholat subuh, secara berangsur para pengungsi mulai meninggalkan gedung balai Keratun untuk kembali kerumah masing-masing,” kata dia.

    Dia mengatakan, untuk mobilisasi masyarakat ke rumah. Pemprov Lampung menurunkan beberapa armada kendaraan dari Satpol-PP dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). “Dua truk Satpol-PP dan 2 truk serbaguna dari BPBD diterjunkan untuk menghantarkan warga pulang kerumah di sekitar Gudanglelang,” kata dia.

    Sementara itu, Warkoni (34) salah satu warga Gudang lelang yang ikut mengungsi bersama anak dan istrinya di gedung balai Keratun mengaku sudah berani pulang kerumah karena mendapat kabar bahwa gelombang air laut sudah kembali normal. “Kita mau pulang mas, mau lihat rumah. Saya disini sejak gelombang pasang pertama, sekitar pukul 23.00 WIB,” kata dia.

    Dari pantauan dilapangan, gelombang air laut sekitar Gudanglelang sudah kembali normal. Sebagian masyarakat pun sudah melakukan aktivitas seperti biasa, berdagang dan kembali melaut. (SPD)

  • BPBD Sebut 210 KM Garis Pantai Pesibar Aman dari Ancaman Tsunami

    BPBD Sebut 210 KM Garis Pantai Pesibar Aman dari Ancaman Tsunami

    Tsunami yang menerjang di Selat Sunda seperti Provinsi Banten dan Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel) Sabtu (22/12) malam tidak berdampak terhadap terhadap sepanjang wilayah garis pantai Kabupaten Pesisir Barat (Pesibar).

    Demikian disampaikan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Syaifullah, ketika dikonfirmasi via ponselnya, Minggu (23/12).

    Menurutnya, sepanjang 210 KM garis pantai kabupaten paling ujungnya Lampung itu terbilang masih cukup aman dari ancaman tsunami. “Alhamdulillah Pesibar masih cukup aman dan mudah-mudahan dijauhkan dari musibah itu (tsunami-red),” kata sosok yang beken disapa Iful itu.

    Meski begitu, pihaknya tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, terlebih cuaca buruk seperti hujan deras dan angin kencang diakhir Tahun 2018 ini masih acapkali terjadi. “Meski masih aman, masyarakat wajib untuk terus waspada ketika cuaca buruk masih melanda. Karena musibah tidak hanya tsunami saja, ancaman bahaya banjir atau longsor bisa saja terjadi sewaktu-waktu ketika curah hujan tinggi dan durasinya yang sangat lama, cuaca buruk seperti ini, merupakan cuaca yang biasa terjadi ketika menjelang pergantian tahun,” tutup Iful. (JPnews)