Tag: Wartawan

  • Jokowi Kunjungi Lampung, Ratusan Wartawan Kecewa Tak Diberi Akses Liputan

    Jokowi Kunjungi Lampung, Ratusan Wartawan Kecewa Tak Diberi Akses Liputan

    Lampung Timur (SL) – Ratusan wartawan di Kabupaten lampung timur, Provinsi lampung mengaku kecewa saat melaksanakan peliputan kunjungan Presiden Joko Widodo ke Islamic karena dibatasi oleh oknum petugas jaga kepresidenan. “Kemarin jum,at itu,puluhan dilarang masuk oleh petugas,” kata beberapa jurnalis yang ingin meliput kegiatan.

    Mereka mengaku kecewa dengan perlakuan tersebut karena tidak mendapatkan hasil yang maksimal saat peliputan kunjungan Presiden Jokowi 23-11-20180 ke Islamic Center kabupaten lampung timur pada 23/11 hari jum,at sore yang ditugaskan para redaksi medianya masing-masing. “Percuma kami buat ID card. Tapi masuk saja dibatasi,” tambah puluhan berbagai kabiro Lampung Timur.

    Senada dengan jurnalis lokal AN dari media Lampung Net menyampaikan bersama rekanya, merasakan hal yang sama . “Masa kita dilarang masuk ? Padahal kita ingin back up berita lokal Lampung,” kata reporter Net lampung  dan media cetak Suara Gegana Indonesia.

    Dengan kejadian ini Para Ketua Forum FKSKM Lampung Timur dan beberapa pengurus PWLT menyesalkan perlakuan diskriminasi itu, karena wartawan tertentu bisa diizinkan masuk tetapi wartawan lainnya dilarang, padahal momen itu merupakan momen yang penting karena baru pertama kali seorang presiden masuk ke dalam gedung Islamic, kemarin. “Padahal, Menurut UU Pers no 40 Apapun kegiatan menyangkut public wartawan boleh ngeliput kegiatan apapun, Tapi rupanya penjaga pintu tidak berikan izin,” Ujar puluhan wartawan.

    Pada saat kunjungan Presiden Joko Widodo ke Islamiq untuk berikan grasi kepada 14 tapol, pada Jum,at sore, sejumlah wartawan asing dan perwakilan wartawan lokal serta nasional mendapatkan akses masuk. Sementara sejumlah wartawan media lokal dan nasional lainnya tidak diberikan izin. “Namun, masih ada wartawan yang bisa masuk hanya memakai pakaian biasa . Ini jadi aneh, terkesan pilih kasih dan diskriminasi. Harapannya ini menjadi perhatian protokoler agar nantinya saat kunjungan Presiden Jokowi berikutnya ke Lampung Timur bersikap adil,”Kata ketua FKSKM dan pengurus PWLT. (Wahyudi)

  • Timnas Indonesia Tersingkir, Edy Rahmayadi: “Jika Wartawannya Baik, Maka Timnasnya Juga Baik”

    Timnas Indonesia Tersingkir, Edy Rahmayadi: “Jika Wartawannya Baik, Maka Timnasnya Juga Baik”

    Bandarlampung (SL) – Ketua PSSI Edy Rahmayadi kembali mengeluarkan pernyataan yang menjadi sorotan banyak pihak. Bahkan media luar negeri pun ikut membahas pernyataan Edy Rahmayadi yang baru-baru ini menyebut ‘Jika wartawannya baik, maka timnasnya juga baik’. Komentar Edy Rahmayadi saat ditanyai tentang peforma timnas Indonesia di Piala AFF 2018 turut diwartakan Fox Sports Asia.

    Fox Sports Asia memberikan judul dalam artikelnya, “AFF Cup 2018: PSSI Chairman Edy Rahmayadi states ridiculous reason for Indonesia national team’s failure (Piala AFF 2018: Ketua PSSI Edy Rahmayadi menyatakan alasan tidak masuk akal untuk kegagalan timnas Indonesia).”

    Dalam wartanya, Fox Sports Asia menyinggung soal rasa tidak senang pendukung Indonesia dengan timnas karena sejumlah alasan. Salah satu contoh ketidakpuasaan tersebut adalah dengan menunjukkan spanduk yang berisi pesan bernada frustasi pada pertandingan pertama melawan Singapura.

    Fox Sports Asia juga membahas soal berbagai seruan pemecatan ketua PSSI, Edy Rahmayadi, dan pelatih timnas, Bima Sakti.

    Timnas Indonesia telah terhenti langkahnya di fase grup Piala AFF 2018 dengan menyisakan satu pertandingan lagi melawan Filipina, Minggu (25/11/2018). Saat ditanya mengenai kegagalan timnas Indonesia, Edy Rahmayadi pun memberikan jawaban. Edy Rahmayadi berkomentar, “Wartawannya harus baik, jika wartawannya baik maka timnasnya baik.”

    Timnas Indonesia bisa dikatakan tampil kurang apik pada Piala AFF 2018, skuat Garuda harus bersaing dengan Thailand, Filipina, dan Singapura pada Grup B. Tim besutan Bima Sakti itu kalah di laga perdana melawan Singapura dengan skor 0-1.

    Lalu pada laga kedua, timnas Indonesia menang dengan skor 3-1 melawan Timor Leste. Pada laga ketiga timnas Indonesia kalah dari Thailand dengan skor 2-4. Timnas Indonesia pun masih menyisakan satu laga melawan Filipina yang akan dihelat di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu (25/11/2018).

    Akan tetapi apapun hasil laga melawan Filipina, tidak akan berpengaruh terhadap timnas Indonesia, skuat Garuda telah terhenti. (tbn/sony)

  • Misi Wartawan Kompeten, Memakmurkan Masyarakat

    Misi Wartawan Kompeten, Memakmurkan Masyarakat

    Simalungun (SL) – Keindahan Danau Toba mencuri perhatian siapa saja yang datang ke Provinsi Sumatera Utara ini. Salah satunya pengurus PWI Pusat. Ketua Bidang Organisasi PWI Pusat, Firdaus, mengatakan, Danau Toba pantas didukung semua pihak karena keindahannya sangat luar biasa.

    Hal itu disampaikannya pada penutupan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang diselenggarakan PWI Simalungun dan difasilitasi PT Jafpa. Penutupan UKW digelar di atas kapal KM Wisata Kabupaten Samosir. Kamis (22/11).

    Firdaus menuturkan, wartawan kompeten harus mampu memfilter mana berita yang layak atau tidak. “Sebab beberapa perusahaan yang ingin masuk ke Simalungun bisa saja membatalkan niatnya untuk berinvestasi ke suatu daerah akibat pemberitaan buruk bahkan ivestor yang ada juga bisa hengkang. Ini jelas merugikan masyarakat dan daerah,” terangnya .

    Firdaus berpesan agar terus menjaga investasi yang ada. Wartawan bekerja untuk kepentingan publik. “Wartawan yang telah kompeten, namun dalam melaksanakan kerja jurnalistik meresahkan masyarakat atau tidak sesuai kode etik, maka kartu kompetensi nya dapat dicabut sesuai usulan hasil sidang PWI provinsi,” jelasnya.

    Ke depan, kata Firdaus merencanakan akan melakukan rapat kerja Serikat Media Siber se-Indonesi dan direncanakan akan digelar di Danau Toba. “Kegiatan tersebut selain untuk promosi, juga untuk menjaga iklim investasi yang ada,” ujar Sekretaris Jenderal SMSI ini.

    Sebelumnya, Ketua PWI Sumut Hermansjah menuturkan, melalui Uji Kompetensi Wartawan (UKW) menjadi pegangan bagi wartawan dalam menciptakan wartawan berkualitas. Ini akan menambah wartawan berkompeten di Sumut. “UKW angkatan berikutnya akan dilaksanakan di Tarutung, Taput dan Medan hingga tahun 2018 ini,” ujarnya.

    Hermansjah juga berharap agar Pemko Siantar dan Pemkab Simalungun memberikan perhatian dengan pelaksanaan UKW, sehingga dapat menjadi mitra ke depannya.

    Selain itu Hermansjah juga berterimakasih kepada pihak PT Jafpa yang memfasilitasi pelaksanaan pembukaan dan penutupan kegiatan yang berlan gsung di atas KM Wisata Kabupaten Samosir, sembari mengelilingi kawasan Danau Toba. Di atas kapal diumumkan hasil UKW yang dilaksanakan PWI Sumut angkatan 20 terdiri dari 35 orang peserta muda. Yang belum kompeten dinyatakan sebanyak 6 orang dan yang berkompeten 29 orang. (rls/jun)

  • Kakek Anies Baswedan, Wartawan Yang Kini Dinobatkan Pahlawan Nasional

    Kakek Anies Baswedan, Wartawan Yang Kini Dinobatkan Pahlawan Nasional

    Jakarta (SL) – Anies Baswedan kecil tinggal bersama sang kakek, Abdurrahman Baswedan. Hari ini, Kamis (8/11), Anies menyaksikan Presiden Jokowi menobatkan kakeknya sebagai “Pahlawan Nasional” di Istana Negara.

    Anies yang kini menjabat gubernur DKI Jakarta menghadiri pemberian anugerah “Pahlawan Nasional” untuk kakeknya itu bersama sang bunda, Aliyah Rasyid Baswedan. “Saya tumbuh dan besar bersama kakek satu rumah di Jogja. Dia, dari muda sampai akhir hayatnya, berprofesi wartawan. Kemanapun pergi, beliau selalu bawa kamera, tape recorder,” ujar Anies di Balaikota DKI Jakarta, Kamis (8/11).

    Anies mengenang kembali masa kecilnya ketika masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Kakeknya sering memintanya menjadi juru ketik untuk setiap surat yang dikirimnya. “Beliau tiap hari kirim surat. Saya jadi juru tulisnya. Jadi duduk di mesin ketik. Saya yang ketik, dia yang mendikte,” ujar Anies.

    Ia sudah lupa apa yang diketik waktu itu. Namun di ujung surat, lanjut Anies, sang kakek selalu meminta nama dirinya yang dicantumkan : Anies Baswedan. “Saya bangga sekali. Saya tidak sadar dan baru tahu kemudian hari itu adalah cara beliau memberitahu si penerima kalau banyak salah-salah ketik itu bukan diketik oleh dirinya, tapi oleh cucunya,” kenang Anies tertawa

    Pergerakan kemerdekaan Indonesia juga tak lepas dari peran AR Baswedan. Anies menjelaskan, kakeknya adalah salah seorang anggota dari BPUPKI yang saat itu bersidang di Gedung Pancasila. Pada tanggal 1 Juni itu, kata Anies, ada tiga tokoh yang berpidato, yakni Bung Karno, kakeknya, dan satu lagi dia lupa namanya.

    Singkat cerita, kakek Anies kemudian menjadi menteri muda Penerangan tahun 1947. Salah satu peran penting AR Baswedan pada masa itu mengemban tugas diplomatik ke Mesir untuk mendapatkan pengakuan kemerdekaan secara de jure dan de facto. Mesir kemudian menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan RI, ujar Anies.

    Catatan Perjalanan

    A.R. Baswedan adalah seorang pemberontak pada zamannya. Harian Matahari Semarang memuat tulisan Baswedan tentang orang-orang Arab, 1 Agustus 1934. A.R. Baswedan memang peranakan Arab, walau lidahnya pekat bahasa Jawa Surabaya, bila berbicara.

    Dalam artikel itu terpampang foto Baswedan mengenakan surjan dan blangkon. Ia menyerukan kepada orang-orang keturunan Arab agar bersatu membantu perjuangan Indonesia. Ia mengajak keturunan Arab, seperti dirinya sendiri, menganut asas kewarganegaraan ius soli: di mana saya lahir, di situlah tanah airku.

    Pada titik inilah dia menjalani perubahan haluan yang sangat besar bagi pribadi, dan pada akhirnya menggerakkan perjalanan Indonesia. Pada masa-masa revolusi, A.R. Baswedan berperan penting menyiapkan gerakan pemuda peranakan Arab untuk berperang melawan Belanda. Mereka yang terpilih akan dilatih dengan semi militer di barak-barak. Mereka dipersiapkan secara fisik untuk bertempur.

    A.R. Baswedan sendiri pernah ditahan pada masa pendudukan Jepang (1942).[3] Saat Indonesia merdeka, ia mengorbankan keselamatan dirinya saat membawa dokumen pengakuan kemerdekaan Indonesia dari Mesir pada 1948. Dia mendapatkan gangguan dan hambatan tak sedikit dalam menjaga dokumen ini.

    Padahal, semua bandara di kota-kota besar, termasuk Jakarta, sudah dikuasai tentara Belanda dan Sekutu dan tidak ada yang bisa lewat dari penjagaan mereka. Tapi, berkat kelihaian dan kenekatannya, dengan menaruhnya di kaos kaki, dokumen penting dari Mesir itu bisa selamat dan Indonesia mendapatkan pengakuan sebagai negara merdeka secara penuh, secara de jure dan de facto.

    A.R. Baswedan adalah seorang otodidak. Dia mempelajari banyak hal secara mandiri, terutama kemampuan menulisnya. Tapi, dia mendapatkan dunia jurnalisme terbuka lebar setelah bertemu wartawan pertama dari keturunan Arab di Hindia Belanda, Salim Maskati, yang di kemudian hari membantu A.R. Baswedan dengan menjadi Sekertaris Jenderal PAI.

    Karena itu, profesi utama dan pertama A.R. Baswedan adalah jurnalis. Dia memang sempat menjalani kegiatan perniagaan dengan meneruskan usaha toko orang tuanya di Surabaya. Tapi, dia tak kerasan.

    Dia tertarik pada dunia jurnalisme. Soebagio I.N., dalam buku Jagat Wartawan memilih A.R. Baswedan sebagai salah seorang dari 111 perintis pers nasional yang tangguh dan berdedikasi.
    Saat bekerja di Sin Tit Po, ia mendapat 75 gulden–waktu itu beras sekuintal hanya 5 gulden. Ia kemudian keluar dan memilih bergabung dengan Soeara Oemoem, milik dr. Soetomo dengan gaji 10-15 gulden sebulan.

    Setelah itu dia bekerja di Matahari. Tapi, setelah mendapatkan amanah untuk menjalankan roda organisasi Persatuan Arab Indonesia (PAI), ia meninggalkan Matahari, padahal ia mendapat gaji 120 gulden di sana, setara dengan 24 kuintal beras waktu itu.
    “Demi perjuangan,” katanya.

    Sebagai wartawan pejuang, A.R. Baswedan produktif menulis. Saat era revolusi, tulisan-tulisan A.R. kerap tampil di media-media propaganda kebangsaan Indonesia dengan nada positif dan optimis, sebagaimana terekam dalam buku The Crescent and the Rising Sun: Indonesian Islam Under the Japanese Occupation, 1942-1945 karya Harry J. Benda.

    1. Redaktur Harian Sin Tit Po di Surabaya (1932).

    2. Redaktur Harian Soeara Oemoem di Surabaya yang dipimpin dr. Soetomo (1933).

    3. Redaktur Harian Matahari, Semarang (1934)

    4. Penerbit dan Pemimpin Majalah Sadar.

    5. Pemimpin Redaksi Majalah internal PAI, Aliran Baroe (1935-1939).

    6. Penerbit dan Pemimpin Majalah Nusaputra di Yogyakarta (1950-an).

    7.  Pemimpin Redaksi Majalah Hikmah.

    8. Pembantu Harian Mercusuar, Yogyakarta (1973).9. Penasihat Redaksi Harian Masa Kini, Yogyakarta (70-an).

    Karier Politik 

    AR Baswedan, Menteri Muda Penerangan (1947). Jalan politik A.R. Baswedan dimulai saat menjadi ketua PAI. PAI memperjuangkan penyatuan penuh keturunan Arab dengan masyarakat Indonesia dan terlibat aktif dalam perjuangan bangsa.

    PAI mendapatkan banyak kritikan dan cercaan dari sana-sini atas cita-citanya.
    A.R. Baswedan mengonsolidasikan kekuatan internal sekaligus membangun komunikasi dengan pihak luar, yaitu gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia lainnya, seperti Soekarno, Moh. Hatta, Sutan Sjahrir, dan Moehammad Husni Thamrin.

    Pada 21 Mei 1939, PAI turut bergabung dalam Gerakan Politik Indonesia (GAPI) yang dipimpin Moehammad Husni Thamrin. Dalam GAPI ini partai-partai politik bersepakat untuk menyatukan diri dalam wadah negara kelak bernama Indonesia. Berkat masuk dalam GAPI ini, posisi PAI sebagai gerakan politik dan kebangsaan semakin kuat.

    Selain masuk dalam GAPI, A.R. Baswedan juga membawa PAI ke dalam lingkaran gerakan politik kebangsaan yang lebih luas dengan masuk ke dalam Majelis Islam ala Indonesia (MIAI) pada 1937.
    Pada masa pendudukan Jepang, A.R. Baswedan diangkat sebagai anggota Chuo Sangi In, semacam Dewan Penasihat Pusat yang dibentuk Penguasa Jepang. Organisasi ini diketuai langsung oleh Ir. Soekarno.

    Menjelang Indonesia merdeka, A.R. Baswedan ikut menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), di sinilah A.R. bersama para pendiri bangsa lainnya terlibat aktif menyusun UUD 1945. Setelah Indonesia merdeka, A.R. Baswedan menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).

    Perjuangan A.R. Baswedan berlanjut di republik baru. Bersama dengan Haji Agus Salim (Menteri Muda Luar Negeri), Rasyidi (Sekjen Kementrian Agama), Muhammad Natsir dan St. Pamuncak, A.R. Baswedan (Menteri Muda Penerangan) menjadi delegasi diplomatik pertama yang dibentuk oleh negara baru merdeka ini.

    Mereka melobi para pemimpin negara-negara Arab. Perjuangan ini berhasil meraih pengakuan pertama atas eksistensi Republik Indonesia secara de facto dan de jure oleh Mesir.

    Lobi panjang melalui Liga Arab dan di Mesir itu menjadi tonggak pertama keberhasilan diplomasi yang diikuti oleh pengakuan negara-negara lain terhadap Indonesia, sebuah republik baru di Asia Tenggara.
    Pada 1950-an, A.R. Baswedan bergabung dalam Partai Masyumi. A.R. Baswedan menjadi pejabat teras partai Islam terbesar dalam sejarah Indonesia itu. Deliar Noer menyimpulkan bahwa A.R. Baswedan termasuk dalam kelompok pendukung Moh. Natsir dalam Masyumi. 

    Muballigh

    Saat bersekolah di Hadramaut School di Surabaya, A.R. Baswedan berkenalan dengan KH. Mas Mansoer, imam dan khatib Masjid Ampel, Surabaya. KH. Mas Mansoer pernah menjadi Ketua Cabang Muhammadiyah Surabaya. Dari perkenalan itu A.R. Baswedan sering diminta KH Mas Mansoer untuk ikut berdakwah ke berbagai daerah.

    Berkat kegiatan ini, komitmen keislaman mengental dan kemampuan pidato A.R. Baswedan terasah dengan baik; pada gilirannya kemampuannya ini sangat membantunya saat ia berkeliling ke berbagai daerah dan menyampaikan kampanye tentang PAI.
    Dalam bidang dakwah, A.R. Baswedan juga menjadi ketua Dewan Dakwah Islamiyah (DDI) Cabang Yogyakarta. Bahkan, dia menjadi pelindung dan rumahnya di Tamah Yuwono menjadi tempat berteduh bagi mahasiswa atau seniman Islam yang tergabung dalam Teater Muslim.
    Peranakan Arab dan Totoknya

    A.R. Baswedan menyelesaikan naskah autobiografinya di Jakarta pada akhir bulan Februari 1986. Sekitar 2 minggu kemudian, kondisi kesehatan A.R. Baswedan menurun dan meninggal. A.R. Baswedan dimakamkan di TPU Tanah Kusir berdampingan dengan para pejuang Indonesia yang menolak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan.

    Pemakamannya diiringi ribuan orang. Para pejabat tinggi, masyarakat, dan juga koleganya turut memenuhi jalan dan mengantarkannya hingga ke peristirahatan terakhirnya. Menteri Penerangan H. Harmoko saat mengiringi jenazah ke Tanah Kusir mengatakan bahwa A.R. ini lebih Indonesia dari orang Indonesia sendiri. Kementerian Penerangan sehari kemudian mengadakan upacara dan apel besar untuk menghormati dan mengingat jasa-jasa A.R. Baswedan.

    Obituari dan reportase tentang A.R. menghiasi media lokal dan nasional selama beberapa hari.

    Cucunya, Anies Baswedan adalah Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia pada Kabinet Kerja di era Presiden Joko Widodo di tahun 2014 hingga 2016. Pada 15 Oktober 2017 Anies dilantik menjadi Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk periode 2017-2022. Cucu A.R. Baswedan lainnya adalah penyidik antirasuah yang tangguh, Novel Baswedan.

    Penghargaan dan Tanda Jasa

    Berkat sumbangsihnya dalam perjuangan bangsa, negara memberi A.R. Baswedan penghargaan. Tak hanya Republik Indonesia yang turut A.R. Baswedan bangun, dua negara Islam lain pun turut memberinya penghargaan atas kontribusinya dalam membangun hubungan antarnegara dan juga sikapnya yang mendorong penuh kemerdekaan, yaitu dari Mesir dan Aljazair

    Pada hari Kamis 8 November 2018 Abdurrahman Baswedan, kakek dari Anies Baswedan dan Novel Baswedan, diberi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo, di Istana Kepresidenan Jakarta. (rmollampung)

  • Laptop Jadul

    Laptop Jadul

     

    Oleh : Wirahadikusuma

    “Ini laptop jadul ya bang?” tanya adik tingkat saya di kampus ketika berkunjung ke rumah saya pekan lalu.

    Ya, saat itu, dia berkunjung ketika saya sedang mengerjakan sesuatu dengan laptop ini.

    Saya membenarkan jika laptop tersebut sudah 10 tahun bersama saya. Namun, saya tegaskan kepadanya, kendati jadul, laptop ini bersejarah bagi saya.

    Laptop ini saya beli dengan hasil keringat sendiri ketika baru beberapa bulan menjadi wartawan SKH Radar Lampung. Seingat saya di akhir tahun 2008 saya membelinya.

    Saya ceritakan kepadanya, saya membeli laptop ini karena ada rasa “iri” kala itu lantaran di pertengahan tahun 2008 saya tidak mendapatkan pembagian jatah laptop dari kantor.

    Sebenarnya bukan saya saja yang tidak dapat jatah laptop kala itu, ada beberapa wartawan juga tidak mendapatkan bagian. Saat itu yang dibagikan laptop hanya tujuh wartawan. Lima wartawan yang memback-up pasangan bakal calon kepala daerah dan satu wartawan yang pos liputannya di pemkot dan pemprov.

    Kala itu, manajemen kantor menyatakan bakal ada pembagian laptop kembali kepada wartawan yang belum kebagian untuk tahun berikutnya. Tetapi jumlah laptopnya belum diketahui.

    Saya berpikir saat itu, meski ada pembagian laptop “kloter’ kedua, kemungkinan besar saya tidak akan kebagian juga. Sebab, saya adalah wartawan SKH Radar Lampung paling junior di tahun 2008.

    Kala itu saya realistis saja, sebagai wartawan paling junior yang baru beberapa bulan bergabung, pasti tidak akan menjadi prioritas dalam pembagian fasilitas dari kantor.

    Akhirnya, saya lantas memutuskan untuk membeli laptop sendiri di akhir tahun 2008. Tetapi karena tidak punya uang, saya memberanikan diri membeli laptop secara kredit.

    Angsurannya sebesar Rp700 ribu per bulan selama sepuluh bulan. Pembayarannya saya pilih setiap tanggal 15. Saya memilih tanggal tersebut, karena setiap tanggal 15 saya mendapatkan uang tunjangan prestasi (TP) dari kantor.

    Ya, jurnalis SKH Radar Lampung memang mendapatkan cash money dari kantor dua kali dalam sebulan. Pertama setiap tanggal 27, yakni berupa gaji pokok, tunjangan-tunjangan, uang transportasi, dan uang makan. Kemudian setiap tanggal 15, berupa uang TP.

    Uang TP besarannya dihitung dari jumlah laporan berita yang diterbitkan di koran. Ada rumus dalam menghitungnya. Jika laporan jurnalis tersebut headline, point-nya besar. Jika laporan beritanya hanya menjadi kirian koran, point-nya kecil. Jika tidak terbit, ya tidak dihitung. Kemudian, jika menulis features, nilai point-nya setara headline.

    Penentuan berita headline, second headline, atau kirian, pastinya dilihat dari news value dari laporan masing-masing wartawan.

    Nah, kala itu agar bisa mendapatkan uang TP yang besar, saya bersemangat mencari berita sebanyak-banyaknya dan sebagus-bagusnya. Sebab, dengan begitu, peluang untuk laporan saya terbit di koran juga besar.

    Saat itu saya menargetkan kepada diri saya minimal dalam sehari harus membawa pulang lima berita ke kantor. Dan lima berita itu harus memiliki news value yang tinggi. Kebetulan kala itu pos liputan saya cukup banyak yakni Polsek se-Bandarlampung ditambah Tanjungbintang dan Gedongtataan serta Padangcermin. Kemudian rumah sakit se-Bandarlampung, Polresta Bandarlampung, dan Polda Lampung.

    Di akhir tahun 2008 hingga 2009 itu produktivitas berita saya cukup banyak, bahkan beberapa kali halaman satu Radar Lampung didominasi berita saya.

    Alhasil, kala itu rata-rata saya bisa mendapatkan TP Rp1,8 juta, bahkan pernah beberapa kali diatas Rp2 juta.

    Dari uang TP itulah saya bisa membayar kredit laptop tersebut. Meskipun saat pembagian laptop “kloter” kedua, saya ternyata juga mendapatkan jatah dari kantor.

  • 22 Wartawan Ikuti Test Urine BNNP Lampung

    22 Wartawan Ikuti Test Urine BNNP Lampung

    Bandarlampung (SL) – Sebanyak 22 wartawan dari media televise, cetak maupun online, mengikuti test urine untuk mendukung program pemberantasan narkotik yang digalakan oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung.

    Demi mendukung program pemberantasan narkotika, Selasa pagi 6 november 2018 bertempat di kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung, sebanyak 22 pewarta dari berbagai media di Lampung melakukan test urine.

    Dalam test urine kali ini, Kepala BNNP Lampung, Brigadir Jendral Polisi Tagam Sinaga, mengawali pengambilan sample urine yang kemudian diikuti oleh para awak media.

    Muhammad Iqbal pewarta dari media rilis id menuturkan, dirinya mendukung serta mengapresiasi kegiatan yang positif ini.

    Dari 22 sample urine wartawan yang dilakukan test, hasil keseluruhannya dinyatakan negatif. (fajarsumatera)

  • Empat Wartawan Dipanggil Penyidik Tipiter “Terkait Pengaduan Direktur PT PKA”

    Empat Wartawan Dipanggil Penyidik Tipiter “Terkait Pengaduan Direktur PT PKA”

    Bengkulu (SL) – Terkait pengaduan dugaan pencemaran nama baik, yang disampaikan direktur PT Pesona Karya Abadi (PKA) Yeyen Permayanti, kepada pihak kepolisian Polres Bengkulu Selatan beberapa waktu lalu. Besok Kamis (18/10/18), penyidik Tipiter (tindak pidana tertentu) Polres Bengkulu Selatan akan memeriksa 4 wartawaan untuk dimintai keterangan sebagai saksi terhadap unggahan berita pada media sosial (facebook).

    Ke-empat wartawan tersebut yakni, Fongki Triolanda Putera dari Bengkulutoday.com, Asiun dari kejarfakta.com, Mas Yan dari ronin98.com serta Ade Putera dari media BE TV. Pemanggilan serta pemeriksaan ke-4 wartawan ini merupakan awal mulai dilakukannya penyelidikan atas dugaan pencemaran nama baik oleh Iksanuddin kepada Yeyen Permayanti terhadap pemberitaan pekerjaan Jalan Hotmix desa Muara Danau Kecamatan Seginim yang dikerjakan oleh PT PKA pada tahun 2018.

    Dalam pengaduannya, Direktur PT PKA yang akrab disapa Wah Yeyen itu menyampaikan bahwa Iksanuddin sebagai narasumber dalam sebuah pemberitaan, ia menyebut kalau pekerjaan hotmix Jalan Muara Danau yang dikerjakan oleh PT PKA  tidak sesuai spesifikasi, diantaranya yaitu:

    1. Pekerjaan proyek tersebut Hancur lebur
    2. Dirinya mengaku warga setempat (desa Muara Danau)
    3. Menyebut bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut melanggar ketentuan spesifikasi teknisyang tercantum dalamdokumen lelang dan SPK.
    4. Menyebut lapis pondasi agregat pondasi kelas B, seharusnya berupa adukan batuan pecah 2″ diganti dengan ukuran 5″ keatas dan bahkan sebagian bukan berupa koral (batu bulat)
    5. Menyebut lapis pondasi agregat kelas Asemestinya berupa adukan batu pecah 1,5″ dighanti batu berukuran 3′ keatas.
    6. Menyebut lapisan paling aas(AC-BC) mengandung begitu banyak campuran pasir (bukan abu batu)
    7. menebut mekanisme pekerjaan, proses pemadatan aspal dan temperatur bahan saat pengerjaan juga ditengarai menyalahi aturan dan mengakibatkan gemburnya hasil pengaspalan.
    8. Menyebut sepeda motor menjadi korban akibat gemburnya aspal.

    Merasa atas ke 8 poin tersebut tidak benar dan dianggap telah melakukan pencemaran nama baik, sehingga Direktur PT PKA ini menuduh tindakan maupun perbuatan Iksanuddin tersebut telah melanggar pasal 27 ayat (3) UU RI no 11 tahun 2008 tentang ITE. “Iya besok itu ada 4 wartawan kita panggil untuk dimintai keterangan sebagai saksi atas pengaduan Yeyen. Kalau Yeyen sendiri sudah kita periksa,” kata Kapolres Bengkulu Selatan, AKBP Rudy Purnomo, SIK, melalui Kasat Reskrim AKP Enggarsyah Alimbaldi didampingi Kanit Tipiter Bripka Pipin Apriadi.

    Disampaikan Kasat reskrim kepada lintasbengkulu.com, pemeriksaan ke-empat saksi ini belum teregister secara resmi dalam Laporan Polisi (LP). “Masih tahap penyelidikan, apakah ada unsur pidananya atau tidak saat ini masih kita dalami. Kalau nanti ditemukan ada unsur pidananya sesuai pengaduan itu, maka akan dibuat Laporan Polisinya dan ditingkatkan ke penyidikan,” demikian Enggarsyah.

    Sementara itu wartawan media online bengkulutoday.com yakni Fongki Triolanda Putera dan Asiun dari media online kejarfakta.com kepada media ini mengiyakan kalau mereka mendapat surat panggilan dari penyidik Tipiter Polres Bengkulu Selatan terkait pemberitaan yang dimuat. “Ia, besok kami akan diperiksa penyidik Tipiter. Ini surat panggilannya untuk dimintai keterangan sebagai saksi sudah kami terima,” kata Fongki dan Asiun.

    Dari informasi didapat, bukan Ianya 4 wartawan ini saja yang akan dipanggil penyidik Tipiter. Namun wartawan dari media online independen.com juga akan dimintai keterangan sebagai saksi, karena juga memuat pemberitaan dalam kasus yang sama dan narasumber yang sama. (pedomanbengkulu)

  • Iskandar Zulkarnain Raih Gelar Doktor Jadi Inspirasi Wartawan Lain

    Iskandar Zulkarnain Raih Gelar Doktor Jadi Inspirasi Wartawan Lain

    Bandar Lampung (SL) – Pemimpin Redaksi Lampung Post H. Iskandar Zulkarnain, resmi menyandang gelar doktor, setelah diyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan dalam ujian promosi doktor (S3), di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, Kamis (30/8/2018).

    Ketua Tim Penguji Prof Dr. Moh. Mukri, MAg, membacakan hasil rapat sidang senat merasa bangga dengan kelulusan Iskandar sebagai doktor ke-44 di UIN Raden Intan, bertepatan dengan HUT Lampung Post ke-44. Sebab, dia juga ikut memonitor proses studi Iskandar selama menempuh program doktor.

    Karena itu, Prof. Mukri mengatakan, dengan gelar doktor yang disandang oleh Iskandar, dapat menjadi inspirasi wartawan lainnya dalam meningkatkan profesionalisme jurnalistik. Mukri juga Rektor UIN Lampung ini menilai bahwa cerdas itu penting. Karena dalam Kitab Suci Al Quran sudah jelas kita diperintahkan supaya cerdas.

    Pernyataan yang sama dikemukakan penguji lain Prof. Dr. H. Chomsahrial Romli. Ia mengatakan bahwa gelar doktor yang disandang Iskandar dapat menjadi inspirasi wartawan lain. Selain, dia juga berperan agar gelar doktor yang disandang Iskandar dapat bermanfaat baginya juga menjadi inspirasi wartawan lain. Tidak hanya itu, dengan gelar doktor Iskandar diharapkan bisa berperan dalam konstribusi dunia jurnalistik di Lampung bahkan Indonesia.

    Dalam ujian promosi doktor ini, Iskandar Zulkarnain menghadapi enam Tim Penguji. Tim penguji yang diketuai oleh Prof. Dr. H. Moh Mukri, MAg, dengan anggota penguji Prof. Dr. H. Sudjarwo, MS, Prof. Dr. H. Khomsahrial Romli, M.Si, Prof. Dr. H. Sulthan Syahril, MA, Dr. Hj. Siti Patimah, M.Pd, Dr. H. Masykur, M.Pd dan Sekretaris penguji Dr. HM. Akmansyah, MA.

    Dalam disertasinya, Iskandar mengangkat tema “Pengembangan Model Pendidikan dan Pelatihan Konvergensi Media dalam Meningkatkan Mutu Jurnalistik Berbasis Karakter (Studi pada Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) – PWI).

    Iskandar mengatakan, bahwa desertasi dilatar belakangi dengan kegalauan maraknya berita hoax dalam beberapa tahun terakhir ini. Ada 10 karakter yang perlu dimiliki wartawan dalam penelitian yang digunakan oleh Iskandar. Bahkan, Iskandar sampai tiga kali melakukan penelitian terhadap responden.

    Melihat perkembangan media sekarang, maka wartawan sekarang dituntut lebih mengetahui kebutuhan masyarakat. Media cetak sekarang harus punyai terobosan untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Sebab, anak-anak sekarang pagi-pagi tidak lagi membaca koran tapi yang dibuka android untuk mencari informasi.

    Masih menurut Iskandar, media cetak bakal terancam gulung tikar dan ditinggalkan pembacanya kalau tidak dibarengi dengan konvergensi seperti adanya media online dan media lain. (nt/rel/jun)

  • Terkait Dugaan Pelecehan Wartawan Polda Lampung Masih Mengusut Laporan APPDL

    Terkait Dugaan Pelecehan Wartawan Polda Lampung Masih Mengusut Laporan APPDL

    Bandarlampung (SL) – Polda Lampung terus mengusut laporan Aliansi Pers Peduli Demokrasi Lampung (APPDL) kepada Direktur Rakata Eko Kuswanto atas dugaan pelecehan terhadap media dan wartawan melalui media sosial (facebook).

    Laporan tersebut terdaftar dengan nomor LP 672/IV/2018/SPKT, Selasa, 24 April 2018, dengan atas nama pelapor Erlan Heryanto, dari media online binar.com dan ditanda tangani oleh KA Siaga SPKT II Polda Lampung, Kompol Sulpandi.

    Kasubdit II Dirkrimsus Polda Lampung, Kompol I Ketut Suryana, mengatakan bahwa besok Rabu (9/5) dirinya akan menyurati pihak Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI. “Jadi kita izin ke mereka (Kominfo). Kapan mereka bisa datang, karena Kominfo ini kan ada dipusat,” terang Ketut, Senin (7/5).

    Setelah itu, Polda Lampung juga akan memanggil saksi bahasa. “Kita panggil saksi ahli dulu seterusnya memeriksa Eko dan pihak lainya. Nah untuk saksi bahasa kita sudah berkordinasi dengan mereka karena memang ada di sini (Lampung),” kata Ketut yang belum bisa membeberkan nama saksi ahli bahasa.

    Sebelumnya, Kuasa hukum pelapor yakni Wahrul Fauzi Silalahi mengatakan, bahwa  laporannya, Eko disangkakan dengan Pasal 27 ayat 3 jo Pasal 45 ayat 1 Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yakni menyebut melarang setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik, dengan ancaman pidana maksimal 6 tahun.

    Dijelaskan Wahrul, pelaporan ini sebagai bentuk efek jera terhadap Eko Kuswanto, agar tidak menghina media, dan mengkotak-kotakkan. (red)

  • Irjen Suntana : Laporan Wartawan Bukan Ditolak

    Irjen Suntana : Laporan Wartawan Bukan Ditolak

    Bandarlampung (SL) – Kapolda Lampung Irjen Pol Suntana meminta para jurnalis yang tergabung dalam Aliansi Pers Peduli Demokrasi (APPD), melengkapi bukti permulaan, terkait pelaporan Direktur Rakata Institute Eko Kuswanto, atas dugaan membatasi kerja jurnalis, dan melecehkan profesi wartawan.

    “Perlu dicarikan bukti-bukti lainnya. Jatuhnya Polda berhutang,” kata Kapolda Lampung seperti dikutip Lampung Post, Senin (23/4).

    Suntana menjelaskan, memang ada proses konsultasi usai ke SPKT, apa yang dilaporkan harus sesuai fakta, baru dibuat LP, kalau belum harus didalami dahulu.

    Kata Kapolda, tidak benar jika laporan tersebut ditolak, penyidik masih membutuhkan alat bukti lainnya, agar pasal-pasal yang disangkakan bisa memenuhi unsur. Karena pada laporan pertama, masih baru terdapat unsur dugaan.

    Sebelumnya, Polda Lampung dikabarkan menolak laporan dugaan pelecehan profesi Jurnalis yang dilakukan oleh Direktur Eksekutif Rakata Institute Eko Kuswanto.

    Polda beralasan penolakan laporan yang diajukan oleh aliansi pers Lampung peduli demokrasi tersebut, tidak memenuhi unsur pelecehan sesuai dengan materi pengaduan. Pelaporan itu disampaikan Erlan, wartawan dari biinar.com bersama puluhan wartawan di Lampung, Senin (23/4). (lp/tim)