Tag: Wirahadikusumah

  • Wirahadikusumah : Tegakkan Hukum Tanpa Pandang Bulu

    Wirahadikusumah : Tegakkan Hukum Tanpa Pandang Bulu

    Tulang Bawang (SL) – Wakil Ketua Bidang Pendidikan PWI Provinsi Lampung, Wirahadikusumah, menegaskan penegakan hukum berlaku kepada seluruh warga tanpa pandang bulu, termasuk terhadap jurnalis.

    “Seorang jurnalis dapat dipidana. Jurnalis tidak kebal hukum, jika kedapatan melanggar tindak pidana dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Apalagi kalau sudah sampai memeras, menekan, dan mengancam, laporkan saja ke aparat berwajib,” kata dia, saat memberikan materi pelatihan kepada operator kampung se-Kabupaten Tulangbawang, di Hotel Le’Man, Senin, 21 September 2021.

    Dalam menjalankan profesinya, lanjut Wira, seorang jurnalis wajib mematuhi rambu-rambu sesuai Kode Etik Jurnalistik (KEJ) yang tertuang di Undang-Undang Pers Nomor 40 tahun 1999 pasal 7 ayat 2.

    Sebab, kata dia, dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya, pers menghormati hal asasi setiap orang, karena itu dituntut profesional dan terbuka untuk di kontrol masyarakat.

    “Biasanya melanggar KEJ, belum tentu melanggar hukum. Tapi kalau sudah melanggar hukum, sudah pasti melanggar KEJ,” ujarnya.

    Dia berharap, dengan adanya pendidikan singkat mengenai pers dapat meningkatkan wawasan operator. Sehingga mampu mengetahui sejak dini, apakah jurnalis bekerja sesuai KEJ atau tidak. (red)

  • Menjerit Karena Tiket Melejit

    Menjerit Karena Tiket Melejit

    Oleh: Wirahadikusumah

    Saya sangat jarang berpergian ke luar kota. Paling maksimal hanya dua kali dalam sebulan berkunjung ke Jakarta.

    Tetapi kenaikan tiket pesawat domestik saat ini membuat saya khawatir. Meskipun intensitas ke luar kota terbilang sedikit.

    Saya yakin kegelisahan ini juga dialami orang-orang yang sering menggunakan pesawat untuk berpergian. Mereka pasti sama seperti saya; menjerit lantaran tiket melejit.

    Bagaimana tidak. Biasanya di traveloka kita menemukan tiket pesawat seharga Rp300 ribuan untuk tujuan Jakarta dari Bandarlampung. Tetapi sekarang, paling murah di atas Rp500 ribu.

    Karena penasaran atas kenaikan tiket pesawat domestik ini, saya sampai bertanya langsung kepada pengamat transportasi Lampung Bang I.B. Ilham Malik melalui WhatsApp.

    Mahasiswa S-3 Kitakyushu University Jepang ini mengatakan, kenaikan harga tiket pesawat domestik dikarenakan maskapai sedang berupaya tetap survive. Penyebabnya, biaya sewa, utang dan perawatan pesawat naik drastis akibat persoalan kenaikan dolar.

    Menurutnya, maskapai berkeyakinan jumlah penumpang pesawat tidak akan turun signifikan kendati harga tiket dinaikkan.

    “Maskapai melihat kenaikan tarif ini tidak akan mengganggu penerbangan mereka,” jelas penerima beasiswa pemerintah jepang Monbukagakusho MEXT 2015 tersebut kepada saya.

    Dia menambahkan, aksi korporasi maskapai ini memang merugikan. Tetapi masyarakat punya hak untuk memilih naik pesawat atau jenis transportasi lainnya.

    Atas penjelasan itu saya kian khawatir. Sebab, harapan harga tiket pesawat segera turun sepertinya bakal lama terwujud. Kecuali, nilai tukar dollar terhadap rupiah turun.

    Saya yakin, kenaikan tiket pesawat ini akan berdampak terhadap sektor lainnya. Terlebih saya dengar, kenaikan tidak hanya di level tiket, tetapi juga kargo pesawat.

    Saya menduga, kenaikan tiket pesawat ini bisa menyebabkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Lampung berkurang.

    Para wisatawan juga akan mengurangi volume pembelian oleh-oleh atau bisa jadi malah tidak membeli oleh-oleh. Penyebabnya tadi, biaya kargo yang juga ikut naik.

    Bisa jadi sektor lainnya juga terdampak. Seperti dalam hal ekspor dan import di provinsi ini.

    Karenanya, bukan tidak mungkin, dalam rilis Badan Pusat Statistik (BPS) bulan depan, kenaikan tiket pesawat ini menjadi komponen utama yang mempengaruhi inflasi di Lampung.

    Semoga pemerintah provinsi dan stakeholders lainnya bisa mengantisipasi persoalan ini.

    Terlebih menurut data BPS Lampung pada 2018, jumlah penumpang yang berangkat dari Bandara Radin Inten II 80-100 ribuan per bulannya.

  • Ungkap Kasus dan Jumlah Kriminalitas

    Ungkap Kasus dan Jumlah Kriminalitas

    Oleh Wirahadikusumah

    Memasuki akhir tahun, biasanya berbagai instansi menggelar konferensi pers. Termasuk di antaranya Polda Lampung, polresta, serta polres-polres lainnya di provinsi ini. Tujuannya untuk melaporkan kinerja selama satu tahun.

    Biasanya, salah satu yang dilaporkan adalah jumlah kasus kriminalitas yang berhasil diungkap. Kemudian dibandingkan dengan jumlah tahun lalu.

    Jika jumlah ungkap kasus lebih banyak dari tahun sebelumnya, maka dianggap kinerjanya baik.

    Dahulu, semasa masih menjadi jurnalis, saya sering mengikuti kegiatan ini. Tidak hanya di Polda Lampung, di Polresta pun saya luangkan waktu untuk meliput.

    Sebab, banyak bahan berita yang bisa didapat. Tidak hanya mengenai jumlah kasus yang berhasil diungkap polisi, data-data lainnya seperti jumlah narkoba yang disita juga dilaporkan dalam kegiatan tersebut.

    Kala itu, jumlah ungkap kasus biasanya menjadi salah satu fokus dalam laporan. Sebab hal ini dinilai berimplikasi terhadap kinerja.

    Namun, selama ini sebenarnya saya bertanya-tanya. Apakah fokus polisi hanya kepada banyaknya jumlah ungkap kasus yang dilakukan?

    Karena bisa jadi, dengan banyaknya pengungkapan kasus, akan berbanding lurus dengan jumlah kriminalitas yang bertambah.

    Begitu pun dengan narkoba. Makin banyak yang disita, bisa jadi berbanding lurus dengan maraknya peredaran barang haram itu di wilayah tersebut.

    Padahal saya sangat yakin, masyarakat akan senang ketika jumlah kriminalitas yang terjadi di daerahnya menurun, ketimbang jumlah ungkap kasus yang dilakukan kepolisian meningkat.

    Dan tentunya akan lebih senang lagi, ketika ungkap kasus yang meningkat dibarengi dengan jumlah kriminalitas yang menurun.

    Sebab, yang dibutuhkan masyarakat adalah kenyamanan, keamanan dan ketertiban. Bukan hanya soal banyaknya bandit yang ditangkap.

    Makanya dahulu, sebenarnya saya tidak sepakat ketika ada program pemberian bendera hitam kepada polsek yang dinilai ungkap kasusnya sedikit.

    Karena bisa jadi, sedikitnya ungkap kasus di polsek tersebut disebabkan jumlah kriminalitas yang terjadi di wilayah hukum polsek itu menurun.

    Alhamdulillah, program pemberian bendera hitam tersebut sekarang sudah tidak ada. Meskipun sepertinya saat ini masih ada anggapan bahwa yang berprestasi adalah yang mengungkap kasus paling banyak.

    Semoga keheranan saya ini salah. Dan polisi sebenarnya memang tidak hanya fokus terhadap jumlah pengungkapan kasus, tetapi juga penekanan jumlah kriminalitas yang terjadi di wilayah hukumnya.

  • Paruh Baya …

    Paruh Baya …

    Oleh Wirahadikusumah

    Alhamdulillah. Hari ini (10/6) usia saya genap 35 tahun. Suatu usia yang menurut beberapa artikel yang saya baca dini hari tadi, sudah tak disebut anak muda lagi.

    Bahkan, ada yang menyatakan, usia 35 tahun adalah awal umur seseorang disebut paruh baya. Karenanya, diimbau di usia 35 tahun mulai selektif mengonsumsi makanan sebagai persiapan menghadapi masa tua.

    Dari sekian artikel yang saya baca dini hari itu, ada pernyataan yang “menggelitik” hati. Yakni, pernyataan dari Jack Ma. Miliuner asal Tiongkok ini mengatakan, jika di usia 35 tahun kita masih miskin, jangan salahkan siapa-siapa, salahkan saja diri sendiri.

    Saya tidak tahu apakah parameter miskin Jack Ma sama dengan saya. Sehingga tidak diketahui apakah kondisi saya saat ini masuk kategori miskin atau kaya menurut owner Alibaba Group itu.

    Usai membaca artikel itu, saya membayangkan bisa bertemu Jack Ma. Ada pertanyaan yang akan saya ajukan kepadanya.

    Ya, saya ingin bertanya, apakah dengan kekayaannya saat ini, dia bahagia? Jika tidak, siapa yang harus disalahkan. Dirinya sendiri, orang lain, atau lingkungan?

    Beberapa orang bijak bilang, dalam kehidupan bukan kaya yang dikejar, tetapi kebahagiaan dan salah satu cara menggapai bahagia adalah bersyukur.

    Ya, bersyukur! Banyak orang, termasuk saya terkadang luput bersyukur. Selalu saja merasa kurang.

    Seperti hari ini, di momentum ulang tahun ini, seharusnya saya bersyukur atas nikmat umur. Masih dipertemukan Allah SWT dengan bulan suci Ramadan tahun ini. Alangkah banyak manusia yang ajalnya menjemput sebelum Ramadan tiba.

    Sebab, ulang tahun bukan hanya kuantitas umur yang bertambah, tetapi masa “kontrak” di dunia juga berkurang. Ya, kita tidak akan pernah tahu sampai usia berapa masih bisa hidup. Sewaktu-waktu ajal bisa menjemput.

    Karena itu, momentum ulang tahun ini harus menjadi ajang muhasabah atau refleksi diri bagi saya. Apakah sudah bermanfaat bagi kehidupan? Bagaimana kualitas ibadah saya? Bagaimana Hablum Minallah dan Hablum Minannas saya?

    Di hari ulang tahun ini juga, saya tak hanya berharap doa, tetapi juga pemberian maaf sebesar-besarnya dari semuanya, karena saya yakin banyak kesalahan yang saya perbuat selama hidup.

    Semoga di awal usia paruh baya ini menjadikan motivasi diri bagi saya untuk menjadi lebih baik lagi sesuai apa yang diperintahkan Allah SWT, hingga nantinya mengakhiri hidup dengan husnul khotimah. Aamiiin Ya Rabb…(*)